News Breaking
Live
update

Breaking News

Biar Bekas Asal Branded

Biar Bekas Asal Branded

TANJAKNEWS.COM, PEKANBARU -- Tak ada rotan akar pun jadi. Begitulah pepatah lama memberi saran. Dan bisnis pakaian bekas pun menunjukkan bahwa ada alternatif yang bisa dipilih masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka akan pakaian. Alasannya pun beragam.

Seperti diungkap Doni (22) mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Pekanbaru. Ia adalah satu dari sekian banyak pengunjung pasar pakaian bekas di pasar Senapelan, Pekanbaru. Baginya berbelanja pakaian bekas punya keasyikan tersendiri.

"Yang jelas harganya pasti lebih murah dari pakaian baru. Tapi bukan karena harganya aja, yang paling seru itu kalau kita pas dapat celana atau baju branded luar dan bagus," katanya mengungkap alasannya. Ia mengaku sudah berkali-kali mendatangi bursa pakaian bekas di pasar Senapelan.


Menurutnya pakaian bekas merupakan salah satu target untuk mendapat style yang berbeda dengan yang lain, karena kebanyakan pakaian bekas mempunyai merk ternama diluar negeri dan model pakaian yang tidak pasaran. Di sisi lain pakaian bekas ini tidak terlalu mahal sehingga dapat menghemat pengeluaran.

Bagi Doni dan banyak pembeli pakaian bekas lainnya harga, merek dan kualitas menjadi alasan berburu pakaian bekas. Namun bagi Ucok, pedagang pakaian bekas di pasar Senapelan, keasyikan berbisnis pakaian bekas karena keuntungan yang cukup menggiurkan dari bisnis ini.


Masuk Lewat Jalur Pesisir

Pakaian bekas di Pekanbaru biasanya masuk melalui daerah pesisir seperti Kota Dumai dan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir. Sumbernya kebanyakan dari sisa pemakaian di Singapura, Malaysia dan Korea. Rata-rata pedagang mengambil harga per baal Rp2 juta sampai Rp4 juta.

Dijelaskannya, untuk jenis-jenis tertentu yang sudah disortir ia bisa mengambil untung lebih dari jenis pakaian yang kualitasnya sedang atau dari merek yang tidak terkenal. "Kalau pas dapat yang bagus kita bisa jual dengan sedikit lebih mahal dari yang lain," ujarnya.

Meski begitu, minat pembeli tetap saja tinggi. Hal itu karena kebanyakan pembelinya adalah mereka yang paham merek alias merk minded. Sesudah merek, biasanya orang mengejar kualitas.

Dari menerjuni bisnis pakaian bekas sejak 6 tahun silam ia lebih paham mengapa pakaian bekas tak berkurang peminatnya. "Rata-rata kualitas pakaian bekas terutama yang impor, kondisinya masih sangat bagus. Bahkan ada yang masih baru (masih ada merk yang menempel) yang mempunyai merk luar ternama," katanya menyebut beberapa merk terkenal.

Apa yang disampaikan Ucok tersebut diamini Lili, salah seorang pengunjung yang mengaku sering datang ke sana. "Dengan seratus ribu bisa beli 3 baju yang bermerk, pakaiannya sama bagus dengan yang ada di mall. Kualitas bahannya juga bagus . Kalau di mall harganya pastilah mahal, palingan harga yang paling murah sekitar seratus lima puluh ribu, itupun kalau bajunya diskon," tuturnya.

Meski menawarkan harga miring, bukan berarti pembeli dan pelanggannya datang dari mereka berkantong tipis saja. Seperti diungkapkan Ucok, kebanyakan pembelinya adalah mereka yang berasal dari kalangan menengah atas. "Ketahuan dari pembawaan mereka, kita pasti tahu ini orang menengah atas atau bukan," simpulnya.

Dari penuturan Ucok dan pantauan di bursa pakaian bekas tersebut memang terlihat karakter pengunjungnya. Maka dari perilaku umumnya pengunjung, bisa diduga pembeli bukan hanya dari golongan kelas bawah namun juga dari golongan kelas menengah dan kelas menengah ke atas. Misalnya Lili yang mengaku karyawati sebuah perusahaan swasta. Ia mengaku tak merasa risih berbelanja pakaian bekas.

"Biasa saja tuh bang, nggak masalah kok," jawabnya.

Begitupun dengan Nia, Mahasiswi Universitas Riau (UR). Mahasiswi yang baru pertama kali membeli pakaian bekas karena baru tahu adanya pakaian bekas dijual di Pekanbaru ini mengaku bahwa ia mulai tertarik untuk membeli baju bekas karena harga dan kualitas baju tersebut cukup bagus. ‘’Harga baju-bajunya murah, kualitasnya juga boleh, high quality lah, enak dipake juga," katanya.

Ramai Jelang Lebaran

Bursa pakaian bekas ini juga mengalami masa-masa booming sebagaimana lazimnya dialami pedagang pakaian. Yang paling ramai dan penjualannya meningkat biasanyaterjadi pada bulan puasa menjelang lebaran. Masyarakat menjadikan bursa pakaian bekas sebagai nalternatif berbelanja.

"Omzet bulan puasa lumayan tinggi. Bisa naik dua sampai tiga kalinya. Kalau lancar penjualan, kita bisa dapat Rp8 juta sampai Rp10 juta," kata seorang pedagang pakaian bekas, Tamin (36).

Kini selain dijual di pasar Senapelan, pengelola Pasar bawah juga melirik calon pedagang pakaian bekas dengan menyediakan tempat di lantai 2. Sementara di berbagai tempat di luar pasar juga banyak pedagang pakaian bekas menempati kios atau ruko


Protes Pengelola


Beberapa waktu lalu cerita Ucok, sempat terjadi gejolak di kalangan pedagang pakaian bekas dengan pihak pengelola pasar Senapelan. Para pedagang pakaian bekas berunjuk rasa menuntut manajemen PT Peputra Maha Jaya (PMJ) tidak membuka kios pakaian bekas di lantai 1 atau lantai dasar.

Unjuk rasa tersebut dipicu rencana manajemen pengelola yang akan membuka kios pakaian bekas di lantai dasar. Rencana tersebut menurut para pedagang dapat mengancam usaha mereka yang berada di lantai dua.

Protes juga ditujukan untuk meminta pengelola agar tidak menaikkan sewa kios yang dianggaap belum waktunya. "Sewa gudang penyimpanan barang-barang pakaian bekas di lantai satu juga sudah sangat mahal," ujar Tarigan, seorang pedagang di sana.[ekast]


Tags