Kisah Andi Ramang, Striker Legendaris Timnas yang Membuat Cemas Soviet

TANJAKNEWS.COM --  Ramang, begitulah nama pria bertubuh kecil dengan tinggi tak sampai 160 cm, seorang penarik becak dan buruh serabuta...

TANJAKNEWS.COM --  Ramang, begitulah nama pria bertubuh kecil dengan tinggi tak sampai 160 cm, seorang penarik becak dan buruh serabutan yang memiliki kemampuan sepakbola luar biasa yang membuatnya begitu dikagumi banyak orang dan disegani para lawan. Tendangan salto menjadi ciri khasnya meskipun tidak bertubuh tinggi, ia tak pernah kesulitan saat dalam posisi menendang bola di udara.

Sundulan maut dari kepalanya bak kilat yang menyambar-nyambar, tak lupa pula ia pandai memaksimalkan peluang sesulit apapun dengan mengandalkan larinya yang kencang. Sang Pembunuh Kiper, Si Pemburu Berani, Kurcaci Halilintar itulah julukan-julukan yang disematkan kepadanya.


Sosok striker paling mematikan yang bersikap sederhana dan rendah hati


Lahir pada 24 April 1924, Ramang mencuat tatkala memperkuat Makassar Voetbal Bond (sekarang PSM Makassar) dan tampil membanggakan saat menjadi penyerang andalan Timnas Indonesia. Berbagai prestasi ia raih baik di level klub ataupun timnas. Meskipun tergolong sebagai pemain berkualitas, Ramang tetaplah pribadi sederhana dan rendah hati.

"Saya tidak pernah bangga dengan kemampuan saya. Saya hanya bangga dengan (Timnas) Indonesia sebagai tim yang hebat, saya hanya orang biasa," kata Ramang pada waktu itu.

Saat pertandingan antara Indonesia melawan Uni Soviet di babak perempat final sepakbola Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia, pemain-pemain Uni Soviet yang terkenal pada masa itu seperti Lev Yashin, Igor Netto, Eduard Streltsov, dan Valentin Ivanov sampai harus jatuh bangun dan saling bertabrakan hanya untuk menghentikan laju Ramang dalam mengolah bola.



Lev Yashin yang hampir saja dibuat malu oleh Ramang
Uni Soviet yang notabene merupakan tim unggulan di luar dugaan dibuat kelimpungan oleh Indonesia yang berstatus tim underdog (bukan unggulan).  Saking tangguhnya permainan anak-anak Merah Putih yang dibesut pelatih legendaris asal Hungaria, Antony Pogacnik, membuat pelatih Uni Soviet yang sekarang lebih dikenal dengan Rusia, Gavril Kachallin merobek topinya lantaran heran pemainnya tak mampu mencetak gol. Padahal pada laga-laga sebelum melawan Indonesia timnya begitu mudah memproduksi gol.

Justru sebaliknya, malah Indonesia yang nyaris membuat sang raksasa malu, gocekan maut Ramang pada menit 84 memaksa Netto bertindak kasar, namun si mungil masih sanggup berlari walau lajunya kurang sempurna. Tendangan gledeknya memaksa Yashin terbang menepis bola.

"Seharusnya saya bisa mencetak gol tapi waktu saya berlari baju saya ditarik oleh salah satu pemain," kenang Ramang.

"Dia (Ramang) begitu membahayakan, ketika mendapatkan bola kakinya benar-benar luar biasa. Cepat sekali larinya, dan dia hampir membuat kami kalah, entah apalagi yang harus saya katakan tentangnya," ujar pelatih Uni Soviet, Gavril Kachallin dengan terheran-heran.


Kewaspadaan luar biasa Uni Soviet yang dilanda kecemasan

Uni Soviet harus bersyukur karena pada saat itu belum ada perpanjangan waktu sehingga laga yang berakhir 0-0 harus dilakukan tanding ulang di waktu yang berbeda. Begitu besarnya dampak Ramang membuat pemain yang ketika itu berusia 32 tahun mendapat penjagaan ekstra ketat oleh pemain-pemain Kachallin. Alhasil Indonesia harus mengalami kekalahan 0-4 pada laga ulang. Meskipun begitu, performa apik Indonesia dan Ramang tetap mendapat penghormatan dari Uni Soviet yang pada akhirnya tampil sebagai juara cabang olahraga sepakbola maupun pihak lain yang berkaitan dengan Olimpiade 1956.

Kisah kehebatan Ramang dan Indonesia tidak cuma terjadi saat berhadapan Uni Soviet. Kemampuan luar biasanya berhembus ke Eropa membuat sejumlah tim besar dari benua biru ingin menjajal kekuatan Indonesia. Timnas Yugoslavia dengan kiper legendarisnya Vladimir Beara yang menjadi pesaing Lev Yashin, klub Prancis Stade de Reims bersama pemain andalannya Raymond Kopa, dan klub raksasa Rusia Lokomotiv Moskow yang mengandalkan Sergei Bubukin, striker yang dijuluki Sang Penembak Jitu, hingga Timnas Jerman Timur sudah merasakan tangguhnya permainan Indonesia.





"Semua berkat kerjasama sama rekan-rekan di tim, Maulwi (Saelan), Rasjid, Chaeruddin, Ramlan, Shidi, (Tan Liouw) Houw, Aang (Witarsa), Thio (Him Tjiang), (Ashari) Danoe, Phoa (Sian Liong), Djamiat, mereka juga pemain bagus," ungkap Ramang memuji rekannya di Timnas Indonesia.


Kisah kurcaci melawan raksasa yang sangat fenomenal
29 November 1956, bertempat di Stadion Olahraga Melbourne, sebanyak 3.220 penonton datang untuk melihat aksi bintang-bintang Uni Soviet menghajar para pemain Indonesia. Namun mereka justru mendapati para punggawa Uni Soviet yang berpostur tinggi besar dibuat frustasi oleh para pemain Indonesia yang tingginya tak sampai hingga ketiak para pemain Uni Soviet. Maulwi Saelan tangguh menjaga gawangnya dari serbuan pemain Uni Soviet, Tan Liouw Houw dan Ramlan sibuk jadi tukang tabrak terhadap pemain Uni Soviet.

Sementara Phoa Sian Liong serta Thio Him Tjiang sibuk mengawal Maulwi Saelan di tembok pertahanan. Trio Ramang, Endang Witarsa, Ashari Danoe ditugaskan oleh sang profesor Tony Pogacnik untuk mengobrak abrik pertahanan Uni Soviet yang dijaga Igor Netto dan Valentin Ivanov. Dengan formasi 3-4-3 pasukan Merah Putih mulai beraksi.

"Kalau mereka (Uni Soviet) bisa bilang 'gampang kok mengalahkan Indonesia' maka kita bisa bilang 'gak takut kok sama kalian' saya rela patah kaki karena ditekel pemain mereka agar nama Indonesia gak dibilang remeh" ujar Tan Liouw Houw, mengenang kisah manis di Melbourne.

Ketangguhan dan perlawanan sengit yang dikeluarkan oleh para pemain Indonesia memaksa pemain Uni Soviet berlaku kasar hanya untuk membobol jala Maulwi Saelan, tak jarang tekel-tekel ganas diterapkan tim Beruang Merah. Tindakan kasar tersebut dominan mengarah ke sosok Ramang yang memiliki kualitas mumpuni yang mampu melewati tiga hingga lima pemain Uni Soviet.

Ramang menjadi perhatian dalam pertandingan yang berlangsung sore hari itu, para penonton yang semula mengira Indonesia bakal jadi santapan nikmat para pemain lawan sambil memuja ciamiknya penampilan Igor Netto dan kompatriotnya, mereka justru menggemakan teriakan kasar terhadap pemain-pemain Uni Soviet karena permainannya yang beringas kepada Indonesia. Disaat keringat dan rasa lelah mulai mendera para pemain Indonesia, para penonton yang didominasi orang Eropa itu berbalik memberikan dukungan kepada Indonesia, dukungan lantang mengetarkan stadion dengan menyebut nama Ramang dan Indonesia.

"Indonesisce come on you boy, keep fight Indonesisce come on, win! we have you win today," begitulah suara sayup-sayup para penonton yang terpukau akan ketangguhan luar biasa para pemain Indonesia terlebih aksi fenomenal yang dibuat Ramang.





Mereka secara mendadak ingin Indonesia menang, menyalahi takdir, dan menentang permainan tak terpuji anak asuh Gavril Kachallin itu, mungkin jantung mereka berdegup sangat kencang ketika Ramang si pemain bertubuh mungil melepaskan tendangan dahsyat yang nyaris saja merobek gawang Lev Yashin andai Yashin tak refleks dengan sigap, bola hasil tendangan secepat kilat itu sudah mengoyak gawang kiper terhebat di dunia sepanjang masa tersebut.

Sayang, laga perempat final yang bagaikan laga final tersebut berkesudahan 0-0 berakhir buruk bagi Yashin, alih-alih dirinya yang mendapat pujian justru malah orang yang hampir membuatnya malu yang namanya di agung-agungkan seisi stadion, Ramang! Pada laga ulangan, Kachallin sudah menyiapkan strategi guna membendung perlawanan Indonesia. Tapi, kemenangan 0-4 yang diperoleh anak-anak Uni Soviet tak berjalan mudah. Dengan stamina seadanya Indonesia memberikan perlawanan ketat, jeda istirahat yang singkat dan tenaga pemain Indonesia yang sudah terkuras di laga pertama memaksa Indonesia menyerah empat gol tanpa balas.

Dari pertandingan tersebut membuat media masa memberitakan duel sengit antara kurcaci-kurcaci kecil melawan segerombolan raksasa, mereka memberitakan: "Uni Soviet Hampir Saja Dipermalukan Oleh Tim Antah-Berantah Melalui Aksi Pemain Bertubuh Kerdil" dan "Lev Yashin dan Uni Soviet yang Dibuat Frustasi Oleh Indonesia". Mereka menuliskan dalam beritanya yang mempertanyakan 'Siapakah Pemain Bertubuh Kerdil yang Tampil Menakutkan Itu?'. Penampilan Ramang yang mampu melewati hadangan lima pemain Uni Soviet benar-benar menyentak perhatian bagaimana tidak, posturnya yang kecil bak seorang penari balet yang lemah gemulai diatas lapangan, gocekan mautnya membuat pemain Uni Soviet beberapa kali tercengang.
.
Dengan mengandalkan kecepatan terkadang pemain lawan tak sanggup mengejarnya, Lev Yashin, satu-satunya penjaga gawang sepakbola yang berhasil meraih penghargaan FIFA Ballon d'Or telah merasakan tendangan-tendangan luar biasa dari kaki kanan dan kiri seorang Ramang.


Penarik Becak dan Buruh Serabutan

Seluruh orang yang menyaksikan langsung pertempuran Uni Soviet dan Indonesia tentu takkan melupakan kejadian ketika seorang penyerang haus gol bertinggi 156 cm membuat kiper hebat bertinggi 200 cm terbang melayang hanya untuk menepis tendangan yang amat mematikan dihempaskan kaki kanan Ramang. Tentu mereka berpikir jika seorang Ramang mampu menjebol gawang Yashin, maka kualitas kiper kelahiran tahun 1929 tersebut dipertanyakan, bagaimana mungkin seorang penarik becak, buruh serabutan, serta kenek truk pasir mampu membuat kiper kebanggaan Eropa itu jatuh bangun menghalau bola yang ditendang Andi Ramang!




Ramang berdiri di sisi kanan tengah lapangan mendapat bola umpan dari Endang Witarsa, dengan kecepatan tinggi kakinya langsung menggiring si kulit bundar melewati hadangan empat pemain Uni Soviet, skill ciamik yang dimiliki Ramang mampu membuat pemain tim berjuluk Beruang Merah itu 'kecelengan' tapi rintangan kembali datang.

Bek tangguh yang disegani Eropa kala itu, Igor Netto, berusaha menyingkirkan Si Kurcaci dari Asia tersebut. Luar biasa, Ramang mampu mengecoh bek 194 cm lewat sepakan setengah juglingnya. Uni Soviet dalam posisi bahaya!, Netto lantas bergerak cepat menarik jersey yang dikenakan Ramang dengan cara kasar berharap si kurcaci lapangan hijau itu terhenti lajunya.

Tapi apa yang dilakukannya tak berhasil, Ramang lepas dari sergapan Igor Netto. Sempat terpeleset namun naluri predatornya benar-benar buas. Penempatan posisi Ramang tidak ideal dan lewat cara yang mengejutkan ia menendang bola dengan dahsyatnya ke arah kiper berjuluk The Black Spider, Lev Yashin.

Yashin sedang dalam posisi tidak siap, mungkin karena ia mengira pemain yang nyaris mempermalukannya itu dapat diatasi oleh kompatriotnya, Igor Netto. Boom! Yashin menerima tendangan spektakuler, dan layaknya elang ia terbang menepis bola agar tidak masuk ke gawang.

Ramang nampak terdiam beberapa saat melihat tendangannya mampu di halau sosok raksasa dalam pandangannya sementara Yashin usai jatuh dari terbangnya terlihat sedikit panik dan terengah-engah.

Andai Ramang tendangannya benar-benar masuk dan mengoyak jala Yashin pastilah Indonesia akan melaju ke semifinal dengan penuh kebanggaan. Bagaimana tidak? Lawan yang andai mereka kalahkan adalah tim paling diunggulkan dengan bintang utamanya yaitu Lev Yashin.

Lebih lagi Yashin berlabel pemain top Eropa dan dunia, ia bahkan delapan tahun setelah menghadapi Indonesia di Olimpiade berhasil merengkuh penghargaan FIFA Ballon d'Or dan menjadikan dirinya satu-satunya penjaga gawang yang mendapat penghargaan bergengsi menyangkut pesepakbola terbaik sejagad raya.

Berbeda dengan Yashin, meskipun berstatus pemain mumpuni tetapi Ramang keadaan ekonominya terbilang sederhana. Disela-sela kesibukannya mencetak gol, Ramang juga mempunyai pekerjaan sampingan, tiga pekerjaan kasar ia lakoni diantaranya sebagai tukang becak di sekitaran Pantai Losari. Buruh bangunan dan kenek truk juga pernah digelutinya.

Lantaran aksi fenomenalnya di Melbourne, Australia banyak pihak yang menilai Ramang pantas berkarier di sepakbola dunia. Klub besar pada masa itu seperti FC Barcelona, Manchester United, dan Real Madrid menurut berbagai pengamat wajib memakai jasa Ramang.
.
Akan tetapi keinginan sebagian pengamat agar Ramang berkompetisi di Eropa tak sepihak dengan media pemberitaan saat itu. Banyak siklus berita yang terkesan memutarbalikan fakta soal kemampuan Ramang, hal tersebut yang diyakini penggemar sepakbola Eropa membuat para klub ragu terhadap putra asli Makassar tersebut.


FIFA Kagumi Ramang

Ia dikenal luas sebagai salah satu legenda terbesar sepakbola Indonesia. Sosoknya terawetkan di Makassar baik itu karena prestasinya bersama PSM Makassar dan juga keberadaan patung replika dirinya di Lapangan Karebosi (meski kini sudah dibongkar). Dialah Ramang, yang oleh FIFA diakui sebagai sosok yang menginspirasi puncak kejayaan sepakbola Indonesia di tahun 1950-an.

24 4 April adalah peringatan ulang tahun ke-93 Ramang yang lahir di Barru, Sulawesi Selatan pada 24 April 1924. Ia memang sudah tiada sejak 1987 silam, namun namanya akan selalu dikenang oleh para penggemar sejati sepakbola Indonesia, terutama bagi fans PSM.




Pria bernama lengkap Andi Ramang memang dikenal sebagai striker kelas atas Indonesia pada dekade 40-an akhir hingga 60-an. Memiliki tendangan sangat keras, diberkahi kaki kanan dan kiri yang sama-sama hidup, gemar melakukan tembakan salto, dan punya kecepatan di atas rata-rata, tak pelak menjadikan Ramang sebagai pesepakbola nasional terbaik di eranya.

Ia juga begitu terikat dengan PSM, sampai-sampai julukan klub sebagai Pasukan Ramang terinspirasi dari namanya. Sebab, hampir seluruh kariernya ia habiskan bersama tim kebanggaan kota Makassar itu. Terbagi dalam dua periode (1947-1960 dan 1962-1968), Ramang mampu mempersembahkan dua gelar perserikatan kepada Juku Eja.

Namun, yang paling fenomenal dari Ramang adalah cerita manisnya bersama Timnas Indonesia. FIFA bahkan pernah mengangkat kisah kehebatan Ramang ini secara khusus dalam situs resmi mereka dalam peringatan ke-25 tahun kematiannya pada 26 September 2012 lalu.

Diberi judul “Orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950-an (Indonesian who inspired ’50s meridian), FIFA memusatkan kegemilangan Ramang ketika memperkuat Tim Merah Putih di Olimpiade Melbourne 1956. Ajang tersebut dinilai sebagai prestasi paling mentereng Timnas Indonesia di level internasional setelah menjadi negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia 1938 dengan masih bernama Hindia-Belanda.

Partai yang paling berkesan, tentu saja saat Indonesia berhasil menahan imbang 0-0 tim kuat Uni Soviet di babak perempat-final ajang Olimpiade tersebut. Ibarat kurcaci melawan sekumpulan bajak laut, Ramang mencuat sebagai kurcaci paling menonjol yang membuat Uni Soviet kalang kabut dan bahkan hampir menjebol kiper Lev Yashin, yang kini dikenang sebagai kiper terhebat sepanjang masa.

"Bek-bek Uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang, penyerang lubang bertubuh kecil, melewati dua pemain dan memaksa Yashin melakukan beberapa kali penyelamatan. Pada menit ke-84, pemain berusia 32 tahun itu [Ramang] hampir saja membuat Indonesia unggul, yang bakal menjadi puncak kejutan, andai saja tendangannya tidak ditahan oleh pria yang dikenal luas sebagai kiper terhebat dalam sejarah sepakbola," demikian tulis FIFA.

Ramang sendiri menjelaskan, ia seharusnya bisa menjebol gawang Yashin dalam laga yang hingga kini dikenang bak cerita dongeng oleh masyarakat Indonesia. “Ketika itu saya hampir mencetak gol, tapi baju saya ditarik dari belakang oleh pemain lawan,” tuturnya.

Setelah Uni Soviet tahu siapa sosok sesungguhnya di balik nomor punggung 11 Timnas Indonesia, mereka lantas memberikan penjagaan di partai ulangan. Pada akhirnya, Indonesia, yang saat itu dilatih pelatih legendaris Antony Pogacnik, terpaksa takluk 4-0 sehingga gagal melaju ke semi-final.

Status Macan Asia yang disematkan kepada Indonesia sebenarnya tak bisa dilepaskan dari Ramang. Dalam sebuah tur ke Asia Timur pada tahun 1953, Indonesia mampu memenangkan lima dari enam laga yang dipertandingkan, kalah sekali dari Korea Selatan. Menariknya, Ramang mencetak 19 gol dari total 25 gol Indonesia di keenam pertandingan tersebut!

Kisah sukses Ramang dan Timnas Indonesia tak berhenti di situ. Ia hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1958 setelah dua golnya menyingkirkan China dengan skor agregat 4-3 di babak kualifikasi. Indonesia kemudian melaju ke putaran kedua kualifikasi dan tergabung dengan Sudan, Israel, dan Mesir. Sayang, Indonesia mengundurkan diri lantaran enggan bertanding melawan Israel karena alasan politik. Andai menjadi juara grup, Ramang dkk. bakal lolos ke Swedia untuk melakoni debut Piala Dunia dengan nama Indonesia.

Ramang turut menginspirasi kesuksesan Indonesia menahan imbang Jerman Timur 2-2 dalam sebuah laga persahabatan di Jakarta pada 1959, sebelum sukses mengoleksi 20 gol dalam Turnamen Merdeka 1960 di mana Indonesia muncul sebagai juara ketiga.

Sayang, kisah mengesankan Ramang di dunia sepakbola tidak semanis nasibnya di kehidupan sehari-hari. Ya, meski punya skill mumpuni, Ramang hidup di sebuah era di mana sepakbola bukanlah sebuah pilihan hidup menjanjikan. Ia sempat menyebut pesepakbola tidak lebih berharga dari kuda pacuan. “Kuda pacuan dipelihara sebelum dan sesudah bertanding, menang atau kalah. Tapi pemain bola hanya dipelihara kalau ada panggilan. Sesudah itu tak ada apa-apa lagi,” katanya.

Akibatnya, jeratan kemiskinan tak mampu ia tampik. Bekerja serabutan dengan gaji seadanya ia lakukan demi menyambung hidup keluarganya. Kasus suap dalam Skandal Senayan 1962 yang menyeret namanya menggambarkan betapa pesepakbola seperti Ramang kurang diapresiasi sebagai aset nasional.

Sejak kasus itu, Ramang dilarang bermain untuk Timnas seumur hidup dan nasibnya terus terpuruk. Ia sempat berkarier menjadi pelatih PSM dan Persipal Palu, namun tersingkir secara perlahan akibat tak memiliki sertifikat kepelatihan. Ramang meninggal dunia di usia 63 tahun akibat penyakit paru-paru tanpa bisa berobat di rumah sakit akibat kekurangan biaya. Ironis memang, namun itulah suka-duka Ramang yang kisahnya akan terus dikenang.



Perjalanan Seorang Ramang
  
Ia lahir di Barru, Sulawesi Selatan, 24 April 1924 sejak kecil bakatnya akan olahraga sepakbola sudah terlihat. Konon banyak cerita yang menuturkan kalau Ramang kecil mampu menendang-nendang buah kelapa dengan lihai namun umumnya ia lebih sering berlatih dengan buah jeruk ataupun bola yang terbuat dari jerami.

Kemampuannya bisa dibilang merupakan warisan dari sang Bapak, Nyolo, yang adalah ajudan Raja Gowa Karaenta yang dikenal jagoan sepakraga di kampung tempat Ramang dan keluarga tinggal.

Mulanya ia memperkuat Barru Voetbal Bond namun menjelang proklamasi kemerdekaan RI, ia memutuskan pindah ke Makassar guna bergabung dengan Persatoean Sepakbola Indoek Soelawesi (Persis). Bersama sang istri Ramang meninggalkan usaha warung kopi yang dilakoni selama masih tinggal di Barru.

Bersama Persis, Ramang rutin tampil di berbagai kompetisi antarkampung, yang sering diselenggarakan di Lapangan Karebosi. Di tahun 1947, PSM Makassar yang saat itu masih bernama Makassar Voetbal Bond mengadakan sebuah kompetisi melibatkan beberapa klub tarkam dan Persis yang diperkuat Ramang termasuk diantaranya.

Dalam satu pertandingan kompetisi yang baru dimulai, Persis mengalahkan salah satu kontestan dengan skor 9-0 dimana delapan gol Persis dicetak oleh Ramang. Sejak saat itulah PSM pun merekrutnya sebagai pemain untuk bermain di Kompetisi Perserikatan.

Selama di PSM penampilan striker mungil ini benar-benar pada puncaknya sampai kemudian di tahun 1952 Ramang dipanggil PSSI untuk memperkuat Timnas Indonesia. Ia diminta untuk jadi ujung tombak Merah Putih yang dibesut pelatih asal Singapura, Feng Choo Kio atau karib di sapa Paman Choo dalam sebuah pertandingan uji coba melawan Timnas Hongkong, di Stadion IKADA, Jakarta.

Pada laga tersebut Indonesia berhasil memenangkan duel dengan telak, 8-0. Ramang sukses menyumbang 5 gol dan bermain luar biasa. Namun aksi yang lebih fenomenal ketika Timnas Indonesia mengadakan tur Asia dengan mengunjungi beberapa negara seperti Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Taiwan. Total Ramang mencetak 19 gol dari jumlah keseluruhan gol Timnas Indonesia yang berjumlah 25 gol dan cuma kebobolan sebanyak 6 kali.

Mungkin Anda mengira jika striker Indonesia era 1990-an, Widodo Cahyono Putro, adalah pemain Timnas pertama yang mampu menciptakan gol salto dengan teknik dan kualitas berkelas. Namun jauh sebelum Widodo, Ramang-lah pemain Timnas pertama yang mampu mencetak gol melalui salto.

Ya, itu terjadi ketika Timnas Indonesia membantai 13-0 klub dari Taiwan dalam agenda tur Asia. Di pertandingan tersebut total 9 gol diciptakan Ramang dan 4 diantaranya dilakukannya lewat tendangan salto yang mematikan.

Banyak yang heran dengan pemain ini, postur bisa dikatakan 'kerdil' tapi justru bisa melakukan tendangan salto yang biasanya dilakukan oleh pemain yang rata-rata bertinggi 170 cm. Tak hanya itu, Ramang juga terkenal dengan kemampuan mencetak gol lewat sundulan yang biasanya terjadi lewat bola-bola udara.

Tidak ada catatan resmi mengenai jumlah gol Ramang sepanjang kariernya namun diyakini total golnya lebih dari 200-300 gol. Dan gol untuk Timnas dipercaya jumlahnya lebih dari 65 gol.

Bersama PSM, Ramang mendulang beragam prestasi salah satunya mempersembahkan gelar juara Perserikatan. Ramang juga sering mendapat undangan dari Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) guna memperkuat tim Asian All Star, dan uniknya ia selalu membuat gol tiap dipanggil bermain untuk Asian All Star.

Tetapi pencapaian sensasionalnya sebagai pemain tak sebanding dengan keadaan ekonomi Ramang. Dirinya sekeluarga sempat menumpang di rumah kawan dekat Ramang karena belum sanggup membeli sebuah tempat tinggal.

Begitu memutuskan menjadi pelatih di tahun 1976, Ramang kembali menorehkan tinta emas di klub pertama dalam karier kepelatihannya Persipal Palu, klub asal Sulawesi Tengah itu pun dibuatnya jadi tim menakutkan. Saking efektifnya strategi dan taktik Ramang membuat seorang juragan tanah dari Palu memberinya tanah seluas 2 hektar sebagai hadiah atas keberhasilan Ramang membesut Persipal.

Usai kerja di Persipal, Ramang kemudian dipinang oleh PSM Makassar dan benar saja Ayam Jantan dari Timur itu di sulap sang legenda jadi tim berkualitas tinggi. Berbagai prestasi seperti menjuarai Perserikatan direngkuh PSM berkat keberhasilan taktik jitu legenda besarnya, namun karier Ramang sebagai pelatih amat ironis.

Akibat belum memiliki lisensi sebagai seorang pelatih sepakbola Ramang terpaksa berhenti menangani klub yang membesarkan namanya tersebut. Lebih menyediahkannya lagi Ramang terserang penyakit paru-paru di tengah kemiskinan yang melanda kehidupan sang maestro lapangan bola. Hujan mendera malamnya Makassar, terlihat seorang pria tengah berusaha melawan derasnya hujan dengan basah kuyup sambil menggendong tas akhirnya pria itu sampai dirumahnya yang sederhana disambut anak dan istrinya.

"Sudah 6 tahun (menderita sakit). Awalnya habis pulang dari lapangan sepakbola, melatih, lalu hujan malam-malam. Dan seminggu kemudian seperti ini (sakit)," imbuh Ramang, tiga bulan sebelum kepergiannya menghadap Sang Ilahi.

Kemiskinan membuat Ramang tak sanggup untuk mengobati rasa nyeri di dada kala ia teronggok batuk, rumah sempitnya hanya di terangi lampu petromak dan dinding rumahnya tampak banyak medali, piala, dan foto saat-saat masa jayanya.

Tak ada perhatian dari pihak manapun ditengah jerat derita kehidupan Ramang dan keluarga. Sampai akhirnya ia sang legenda, sang anak bangsa, sang maestro sepakbola menghembuskan nafas terakhir dalam kondisi kehidupan yang memprihatinkan.

Itulah prestasi terbaik yang pernah ditorehkan Sang Maestro Bola Ramang dkk. Performa Ramang, Maulwi Saelan, Rasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Witarsa, Him Jiang, Danu, Tee San Liong, dan Jamiat, semakin cemerlang dan mengharumkan nama Indonesia di berbagai event internasional, hingga sejak itu sepak terjang Ramang dkk menjadi magic untuk selalu diungkap.

Skill Ramang menjadi bayang-bayang menakutkan bagi tim yang pernah berhadapan dengan kesebelasan nasional Indonesia. Banyak cerita menarik seputar Ramang, manusia spektakuler di atas rumput hijau, tampil bak pemain Legendaris Brasil Manoel dos Santos Fransisco (Garrincha) gaya permainannya begitu beringas, lincah, dan menghibur ibarat bermain sirkus.

Maka tak berlebihan jika para analis bola mengatakan, jika ingin melihat kehebatan Ramang sesungguhnya, “Lihatlah skill dari Marco van Basten, ketika ia menggiring bola begitu sulit dihentikan”. Bayang-bayang Ramang pun menjadi hantu gelap tekanan jiwa bagi penjaga gawang yang pernah merasakan canon ball-nya, termasuk penjaga gawang legendaris dunia Vladimir Beara dari Yugoslavia (Serbia).

Bermain sebagai striker dengan nomor punggung spesial 9, “Ramang memiliki naluri menjebol gawang yang luar biasa, dia bisa menembak ke gawang dalam posisi apa pun” tutur Maulwi Saelan, kiper Indonesia era 1930-1960an.

Hal ini mengingatkan kita pada kehebatan pemain legendaris Italia, Paolo Rossi sebagai eksekutor dan penjebol gawang handal. Pada tahun 1950, hanya Ramang yang bisa melakukan tendangan salto ke gawang, pada sisi lainnya ia memiliki kehandalan corner kick yang sering menembus gawang lawan, dan keahlian ini hanya dimiliki oleh gelandang Tim Nasional Inggris, David Robert Joseph Beckham setelah Legenda Bola PSM Makassar tiada.

Ramang mampu membalikkan fakta sekaligus pengukir sejarah emas sepakbola negeri ini, namun sejarah pula telah meluluhlantakkan kehidupannya. Dia terhempas dari dunia bola yang dibangun dengan cucuran peluh, darah dan, air mata. Sebuah fitnah keji menghantam kehidupannya: “Menerima suap pada partai krusial PSM Makassar versus Persib Bandung pada laga perserikatan PSSI tahun 1960” dan Skandal Asian Games Senayan. Tanpa ada bukti kuat ia akhirnya dijatuhi hukuman skorsing, tahun 1962 Ramang come back ke Tim Nasional Indonesia namun pamornya telah pudar oleh perjalanan waktu.

Pada tahun 1968 terakhir kali bermain untuk kesebelasan “De hantjes van het oosten” PSM versus PSMS Medan, dengan sisa-sisa tenaga ia berusaha bangkit dari keterpurukan namun hukum alam membawa takdirnya, di penghujung karier ia kehilangan segalanya. Penyakit paru-paru telah merampas nama besarnya, selama enam tahun ia meringis dalam dekapan duka, dan akhirnya pada tanggal 26 September 1987 pahlawan olahraga ini menghembuskan nafas terakhir dalam dekapan sunyi di usia 63 tahun.

Di akhir hayat Sang Bintang, ia terbelenggu oleh kemiskinan, sungguh ironis kehidupannya, tanpa meninggalkan harta benda, dan hanya meninggalkan duka lara bagi anak cucunya. Sang Penyair Lebanon, Khalil Qibran berkata: “Jangan tangisi kematian karena sesungguhnya kematian adalah awal keabadian cinta”.

Panas terik kota Makassar tak dihiraukan oleh ratusan pelayat dan pecinta sepakbola negeri ini mengantar jenazah “Il Vecchio Maestro” ke pembaringan terakhir di TPU Panaikang Makassar.

Kini The Old Master terbaring dengan tenang di antara harum semerbak bunga Kamboja. Hanya beberapa jarak dari makam Sang Maestro Bola, berdiri pula dengan angkuhnya nisan-nisan Sang Pahlawan; Militer, Politik, dan Pemerintahan, serta orang-orang yang dianggap berjasa terhadap bangsa dan negara, entah logika apa yang digunakan sehingga patriot seperti Ramang termarginalkan.

Negeri Bugis Makassar berduka, kehilangan salah satu putra terbaiknya, namun sungguh ironis apresiasi bangsa dan negara ini terhadap patriotisme Sang Legenda hanya dihargai dengan sebuah patung di atas ilalang Karebosi, namun di tahun 2009 artifak patung Ramang telah rata dengan bumi Makassar karena keserakahan manusia. Satu-satunya fakta empirik yang tersisa tentang O Fenomeno (Sang Fenomenal) adalah pengabadian nama “Pasukan Ramang - Ayam Jantan Dari Timur” julukan PSM Makassar.

Sungguh ironis sebuah negeri besar namun tidak mampu menghargai jasa-jasa pahlawannya. Apakah bangsa ini telah kehilangan apresiasi? ataukah filosofi Siri na Pacce (harga diri) manusia Bugis Makassar telah tergadai oleh materialisme? Begitu sulitkah sebuah penghargaan untuk seorang pahlawan olahraga seperti; Ramang, Maulwi Saelan, Rasjid, Suardi Arlan dll? Lalu di mana Saudagar Bugis Makassar itu?

Saat ini, amanah terbesar yang diwariskan oleh pahlawan sepakbola Makassar adalah klub “De hantjes van het oosten” –Ayam Jantan dari Timur, harus diselamatkan dari kepunahan sejarah dan semoga PSM Makassar kembali berkokok seperti ketika seniman bola Ramang dkk merajai Jagad sepakbola Indonesia. (*)



Source Faizal Fahrizal, Indonesia Tempo Doeloe
image
Support media ini melalui Bank BRI- 701001002365501 atau Bank OCBC NISP - 669810000697
Nama

abdel,2,abu janda,1,Aceh,3,Ade Armando,1,Advertorial,2,Aisyah Istri Rasulullah,1,Akik,31,akmil,1,Alex Noerdin,1,alfa scorpii,3,Alip Ba Ta,1,Alipbata,1,Alquran,1,Alumni IPB,2,alumni SMAN91,6,amril mukminin,1,Anak,14,Anies Baswedan,11,Anwar Ibrahim,1,arab indonesia,1,arief budiman,1,arist merdeka sirait,1,arteria dahlan,1,Artikel,21,Azis Syamsudin,1,Azrul Ananda,1,Azyumardy Azra,2,Bahasa,2,Bandung,2,banjir,3,Barcelona,1,Batam,3,Baznas,1,Bea Cukai,1,Bengkalis,15,beruang madu,1,bill gates,2,Birokrasi,48,BLT,4,Bola,23,bpjs,7,Budaya,19,Buku,10,bulog,1,Buruh,22,buruh china,3,Buya Gusrizal,1,buzzer,6,Capres,1,Cek Fakta,27,citilink,1,Covid-19,164,CPNS,2,CPO,1,csr,1,cuaca,3,Curhatan Bisnis,6,Daerah,48,daihatsu,1,dapodik,1,debt collector,1,deksametasone,1,Demonstrasi,15,Disclaimer,1,diskriminasi,1,dita,1,doni monardo,1,DPD IPK,1,Dumai,4,Duniasiana,2,Ekonomi-Bisnis,78,enggano,1,facebook,2,farid gaban,6,Fashion,1,Fikih,10,Film,9,FPI,18,Gajah,3,Gaza,8,Golkar,1,gubernur kepri,1,Gus Yaqut,1,Habib Rizieq,5,haji,12,HAM,7,hamas,1,Hantavirus,1,hasril chaniago,1,Herbal,6,Hiburan,3,HijrahFest,1,Hoax,7,honorer,1,Hukrim,163,Hukum,40,IBMT Surabaya,1,ijp,29,IKASMANSAPAPA,4,indonesiana,35,Inhu,3,Internasiona,10,Internasional,72,Investigasi,26,Islam,91,Izet,1,Jakarta,6,Jalan Tol,1,Jasa Raharja,1,Jawa Timur,6,john kei,1,joke,1,jokowi,14,judi,1,Juventus,2,Kabar Mualaf,3,Kaltim,1,Kampar,22,Kampus,51,Kanal All Amin,57,kapolres,12,Karet,1,Karhutla,22,kawasaki,1,Kece,1,Kehutanan,17,kejagung,1,Kejari,1,Kelelakaan,1,Kesehatan,68,kisah nyata,7,konflik lahan,9,Kopi,5,Korupsi,35,KPAI,7,KPID,1,KPK,7,Kriminalita,33,Kriminalitas,28,Kuansing,12,Kuliner,24,lakalantas,1,leasing,3,Lifestyle,10,Liga Eropa,18,liga indonesia,3,Lingkungan,29,lion air,1,Literasi,1,liverpool,2,lobster,2,Makassar,2,mamah dedeh meninggal,1,Maradona,1,Medan,1,Media,79,Melayu,2,Meranti,6,Messi,1,mesum,2,migas,15,Migor,3,Militer,43,Minang,12,motogp,1,MTQ,1,muannas alaidid,1,Musik,4,Nadiem Makarim,6,Narkoba,63,NASA,1,Nasional,67,Nasrul Abit,1,new normal,2,News,259,Oce Satria,1,Olahraga,17,Omnibus Law,9,otomotif,19,Padangpanjang,3,Pajak,4,paleka,2,Palestina,1,Papua,11,Parkir,1,Parpol,2,PBNU,1,pedagang kaki lima,2,pedofil,1,Pedoman Siber,1,Pekanbaru,31,Pelalawan,3,Pelecehan Seksual,1,pemilu,21,Pendidikan,38,Pensiun,1,Perbankan,5,Perda,1,perikanan,2,Peristiwa,83,peristiwa. hanyut di sungai,1,Perspektif,131,Pertamina,7,Pertanian,7,petronas,1,piala dunia,3,pilgubri,13,pilkada,11,pindang,1,PKI,5,PKS,9,Pledoii,1,Polda Riau,7,Polisi,40,Politik,96,Polres Rohul,1,Pontianak,1,Porprov X Riau,1,PPDB,1,PPKM,1,prabowo,4,prakerja,4,Properti,4,psikologi,2,PSSI,5,Puan,1,pulai anak air,1,PWI,3,Quran,2,radikalisme,2,Ramadan,1,Redaksi,1,Riau,93,Rocky Gerung,1,Rohil,2,Rohul,4,rokok,3,rokok luffman,1,Ronaldo,2,rossi,2,RPP,1,rsud,7,Sambo,4,samsat pelalawan,1,Sastra,5,Satbrimobriau,1,Satwa,1,sawit,4,Sejarah Islam,12,Selebritas,31,sensus,1,sepakbola,4,Seri A,1,sex,1,Siak,4,sigit yuwono,1,Slank,1,Sosok Tanjak,90,Sport,61,Suarez,1,Sumbar,52,Surabaya,3,susi pujiastuti,4,Syamsuar,4,Tabir Kehidupan,1,Tanah,1,Tanjak TV,5,tarif listrik,2,Tekno,45,televisi,4,telkomsel,1,Tempo Doeloe,83,tengku zul,1,Tentang Kami,1,THR,3,Tips,9,TKA China,1,tkw,1,Transportasi,7,Trayek,1,triomacan2000,3,Trump,1,UAS,3,uin suska,1,Unand,1,unik,10,Unri,2,uu cilaka,1,Vaksinasi,3,Viral,24,waterpark,1,Wisata,20,yamaha,7,YLKI,5,Yogyakarta,1,Zakat,2,
ltr
item
tanjakNews.com: Kisah Andi Ramang, Striker Legendaris Timnas yang Membuat Cemas Soviet
Kisah Andi Ramang, Striker Legendaris Timnas yang Membuat Cemas Soviet
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC7BZ2cK0bo9K8FG6ONAOaLLhY47-T4XdVUDbIYDP9l2-XjKeE_iRUp8FKKhZ4R6f7-7QlVeWEgUsNsmlgCkSP0gMHE93puh_pyVbhDP8YrThBYsWbXIkSPiT86hBuxqnZRBBh9zFv2t_X/s640/IMG_ORG_1589099504027.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC7BZ2cK0bo9K8FG6ONAOaLLhY47-T4XdVUDbIYDP9l2-XjKeE_iRUp8FKKhZ4R6f7-7QlVeWEgUsNsmlgCkSP0gMHE93puh_pyVbhDP8YrThBYsWbXIkSPiT86hBuxqnZRBBh9zFv2t_X/s72-c/IMG_ORG_1589099504027.jpeg
tanjakNews.com
https://www.tanjaknews.com/2020/05/kisah-andi-ramang-striker-legendaris.html
https://www.tanjaknews.com/
https://www.tanjaknews.com/
https://www.tanjaknews.com/2020/05/kisah-andi-ramang-striker-legendaris.html
true
881158084939466902
UTF-8
Memuat Semua Artikel Cari Artikel lain Buka Klik Reply Cancel reply Delete - Home HALAMAN ARTIKEL Buka ARTIKEL MENARIK LAINNYA FOKUS FILE CARI SEMUA BERITA Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content