Rhoma Irama Dipaksa Masuk Sel Tahanan
tanjakNews.com, JAKARTA -- Rocky Gerung akhirnya berhasil "mengambil alih" studio Raja Dangdut Rhoma Irama. Kabar tersebut terkonfirmasi lewat pengantar RG, inisial populer Rocky Gerung, pada podcast miliknya, RGTV Channel ID yang tayang tiga hari lalu di Youtube.
Dalam podcast kali ini, Rocky Gerung memang menjadi host untuk podcastnya sendiri dengan mengambil tempat di studio Rhoma, studio di mana Rocky Gerung 3 pekan lalu menjadi tamu Bisikan Rhoma (Bincang Asyik Roha Irama), podcast Bang Haji.
Melalui perbincangan yang cair dan penuh tawa, Rocky Gerung berhasil membongkar banyak kisah unik sekaligus menegangkan Rhoma di masa lalu. Tak hanya soal biografi hidupnya, Rhoma juga banyak melontarkan argumen akal sehatnya seputar politik masa silam dan kontemporer.
"Orang mau tahu bagian yang tak pernah disinggung media massa, terutama media massa masa kini. Yaitu biografi politik dari seorang musisi," kata RG di awal obrolan.
RG mengilas balik kenangannya tentang Rhoma Irama sejak pemilu 1977 dan keterlibatan Rhoma dalam peristiwa Tragedi Tanjung Priok dengan tokohnya yang terkenal, Amir Biki.
"Yang paling menegangkan dalam catatan ingatan saya, Rhoma Irama ini pernah ditangkap dalam kasus Amir Biki di Tanjung Priok. Dari semua itu, peristiwa apa yang membuat Anda loncat dari panggung dangdut ke panggung politik?" tanya RG.
Raja yang juga bergelar Satria Bergitar itu mengungkapkan bahwa dalam dirinya, seni, agama dan politik adalah satu nafas. Dan itu sudah tertanam dan hidup sejak kecil.
Anak kolong putra seorang tentara ini bercerita, suatu ketika ia pernah melihat teman-teman mainnya di Bukit Duri yang juga senior dia, membongkar celengan. Dari pembicaraan yang ia curi dengar, kawan-kawannya akan pergi ke lokalisasi berbekal uang celengan. Rhoma mengaku terkesiap mendengar itu dan secara spontan ia berdoa agar Allah menyelamatkan kawan-kawan seniornya tersebut dari maksiat. Saat berdoa tiba-tiba ia dijitak seseorang yang menganggap Rhoma yang masih kecil itu sok tahu.
Terkait peristiwa Tanjung Priok, Rhoma pernah dipanggil Laksus Kopkamtib karena dituduh terlibat dengan Amir Biki. Pasalnya, sebelum peristiwa Tanjung Priok ia pernah berkeliling tablig akbar dalam rangka menolak politik asas tunggal Pancasila. Waktu itu suasananya sangat mencekam. "Kayak mau perang, antara ulama dengan tentara. Karena banyak banget korban mati waktu itu," ujar Rhoma.
"Saya waktu kejadian sedang syuting film Pengabdian di Pasuruan Jawa Timur. (Pemerannya, Ricca Rachim, Chintami Atmanagara, Dicky Zulkarnaen, dan Mieke Wijaya-red). Dan waktu pulang ke Jakarta istri saya Veronica melarang pulang ke rumah. 'Kamu dicari orang-orang bersenjata' kata Vero. Saya akhirnya kucing-kucingan dari petugas," ungkap Rhoma.
Namun, ujar Rhoma, akhirnya ia berpikir mengapa dirinya harus kucing-kucingan. "Memang salah gua apa?" ucapnya.
Lalu Sang Satria Bergitar memutuskan untuk datang ke Laksus di Kramat 5 Jakarta Pusat. Meski sempat dilarang 7 personel Soneta, namun Rhoma bersikeras datang ke Laksus. Ia berpesan pada kawan-kawannya untuk memantau dirinya setiap 24 jam. Kalau sampai dirinya tak bisa dikontak dalam 24 jam kawan-kawannya kompak akan mendatangi Laksus.
"Kami siap akan membuat kasus Priok kedua. Kita siap berdarah dan mati di sana!" tekad para personel Soneta seperti ditirukan Bang Haji.
Akkirnya Rhoma datang ke markas Laksus di Kramat 5 Jakarta Pusat. Ia diinterogasi sampai malam. Namun usai interogasi saat ia mau pulang, petugas melarangnya. Karena pemeriksaan akan dilanjutkan besok.
"Selesai untuk hari ini," kata petugas pemeriksa.
"Oke, saya izin dulu untuk pulang," jawab Rhoma.
"O ndak bisa Bang Haji. Harus tinggal di sini, sesuai prosedur."
"Saya harus tidur di sini?"
"Iya Bang Haji."
"Gak boleh pulang dulu?"
"Ndak boleh!"
Setelah bersitegang dan tawar menawar, tentara bergeming: Rhoma tetap tak boleh keluar dari markas mereka.
Peristiwa yang cukup mengagumkan adalah ketika Rhoma hendak dimasukkan ke sel tahanan Laksus. Ia menolak. Alasannya, sel itu adalah tempat orang yang bersalah, sementara dirinya belum dinyatakan bersalah, masih diperiksa. Ia bersikukuh.
"Buktikan dulu saya bersalah. Saya tidak bersalah, bukan tempat saya di situ," tegas Rhoma sambil menunjuk sel yang pintu jerujinya sedang dibuka petugas.
"Tapi ini prosedur Bang Haji! Jangan sampai kita dengan paksa," petugas menggertak.
Rhoma tetap keukueh. "Oo ndak bisa Pak. Selama nyawa saya masih hidup saya gak akan masuk ke situ. Bunuh saya dulu baru bisa masukkan ke situ!"
"O pokoknya ..bla, bla, bla," petugas ngotot.
"Jangan main-main Pak. Itu Soneta Group mereka siap datang ke sini bikin kasus Priok kedua. Mereka siap mati!" Rhoma balas menggertak.
Karena tak bisa memaksa Raja Dangdut masuk sel, pihak Laksus akhirnya menelpon Panglima Daerah KODAM V/Jaya, Mayjen Tri Sutrisno melaporkan perihal Rhoma Irama yang menolak masuk sel tahanan.
"Ya udah kasih di kamar atas aja!" perintah Pangdam pada Laksus. Rhoma akhirnya tidur di kamar atas, kamar komandan markas.
Peristiwa ketiga yang ditanya Rocky adalah isu tentang ia pernah dipanggil Pak Harto pada 1998.
"Saya dengar Bang Haji pernah diundang khusus oleh Pak Harto di hari-hari terakhir beliau berkuasa. Mungkin ada percakapan batin yang publik mau tahu apa sebetulnya itu (isi pembicaraan empat mata Rhoma dan Pak Harto)?"
Rhoma membenarkan ia memang pernah diminta Pak Harto datang ke Taman Mini untuk berbicara empat mata dengannya. Rhoma memang datang setelah dihubungi pihak Setneg. Namun Rhoma Irama menolak membuka ke publik apa isi percakapannya dengan Pak Harto. (Oce)