Non Pekerja Seks Lebih Banyak Terjangkit AIDS
Laporan Eka satria, Pekanbaru
PEKANBARU, RiauMag -- MESKI Menteri Kesehatan diprotes dimana-mana atas program Pekan Kondom Nasional, namun kasus banyaknya warga terjangkiti HIV/AIDS diyakini salah satu penyebabnya adalah karena ketiadaan pemakaian alat kontrasepsi tersebut di kalangan oleh warga masyarakat tertentu. Penyebab lainnya adalah perilaku seks bebas seperti ditengarai aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Riau yang menggelar aksi keprihatinan , Ahad (1/12). Mereka prihatin dengan banyaknya warga Riau yang terinfeksi HIV/AIDS.
“Saat ini kan banyak tempat prostitusi terselubung di Pekanbaru, dan di Riau pada umumnya. Kami minta bukan direlokasi, tapi ditutup. Begitu juga dengan panti pijat esek-esek. Kami minta semua itu ditutup. Pemerintah harus tegas," ujar Ketua DPD I HTI Riau, Noverianti.
Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru, Muhammad Fadri AR juga tak setuju program bagi-bagi kondom gratis di kampus tersebut. Menurutnya, jelas program ini adalah program blunder Menkes karena penyebaran virus HIV paling besar bukanlah karena hubungan sex legal, tapi karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. (naza dan sebagainya). Setelah itu barulah karena sex bebas.
“Maka solusinya tentu adalah anjuran kepada masyarakat untuk tidak melakukan seks bebas atau berzina dan menjauhi pemakaian jarum suntik yang tidak steril serta menjauhi narkoba,” saran Fadri.
Sementara itu data yang dikeluarkan Komisi Penanggulangan AIDS Riau diketahui hingga kini banyak warga positif terinfeksi HIV/AIDS. Jika dipilah, tercatat penderita AIDS ternyata banyak diidap oleh kalangan pekerja swasta yakni sebanyak 242 orang atau 25,4 persen. Jumlah itu jauh diatas penderita AIDS di kalangan pekerja seks komersial yang tercatat 42 orang atau 4,4 persen.
Namun untuk pengidap HIV justru banyak ditemukan pada pekerja seks yang saat ini jumlah penmderitanya menurut M Taufik Mubarok dari Monitoring dan Evaluasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau, tercatat 369 orang atau 31,7 persen. Sedangkan di kalangan warga biasa diketahui terserang HIV sebanyak 148 orang atau 12,7 persen.
Faktor perbedaan tersebut diduga tidak adanya penanganan serius penderita dari kalangan wiraswasta, mereka disebut juga dengan istilah Tenaga Non Profesional (TNP) atau karyawan. Seharusnya menurut Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) pada saat fase HIV sehingga menjadi AIDS yang merupakan fase stadium dari HIV harus ada penanganan serius. Sementara itu para penjaja sex dianggap lebih waspada sehingga jumlahnya tidak terlalu banyak yang berujung menjadi AIDS.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain. ***
PEKANBARU, RiauMag -- MESKI Menteri Kesehatan diprotes dimana-mana atas program Pekan Kondom Nasional, namun kasus banyaknya warga terjangkiti HIV/AIDS diyakini salah satu penyebabnya adalah karena ketiadaan pemakaian alat kontrasepsi tersebut di kalangan oleh warga masyarakat tertentu. Penyebab lainnya adalah perilaku seks bebas seperti ditengarai aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Riau yang menggelar aksi keprihatinan , Ahad (1/12). Mereka prihatin dengan banyaknya warga Riau yang terinfeksi HIV/AIDS.
“Saat ini kan banyak tempat prostitusi terselubung di Pekanbaru, dan di Riau pada umumnya. Kami minta bukan direlokasi, tapi ditutup. Begitu juga dengan panti pijat esek-esek. Kami minta semua itu ditutup. Pemerintah harus tegas," ujar Ketua DPD I HTI Riau, Noverianti.
Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru, Muhammad Fadri AR juga tak setuju program bagi-bagi kondom gratis di kampus tersebut. Menurutnya, jelas program ini adalah program blunder Menkes karena penyebaran virus HIV paling besar bukanlah karena hubungan sex legal, tapi karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. (naza dan sebagainya). Setelah itu barulah karena sex bebas.
“Maka solusinya tentu adalah anjuran kepada masyarakat untuk tidak melakukan seks bebas atau berzina dan menjauhi pemakaian jarum suntik yang tidak steril serta menjauhi narkoba,” saran Fadri.
Sementara itu data yang dikeluarkan Komisi Penanggulangan AIDS Riau diketahui hingga kini banyak warga positif terinfeksi HIV/AIDS. Jika dipilah, tercatat penderita AIDS ternyata banyak diidap oleh kalangan pekerja swasta yakni sebanyak 242 orang atau 25,4 persen. Jumlah itu jauh diatas penderita AIDS di kalangan pekerja seks komersial yang tercatat 42 orang atau 4,4 persen.
Namun untuk pengidap HIV justru banyak ditemukan pada pekerja seks yang saat ini jumlah penmderitanya menurut M Taufik Mubarok dari Monitoring dan Evaluasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau, tercatat 369 orang atau 31,7 persen. Sedangkan di kalangan warga biasa diketahui terserang HIV sebanyak 148 orang atau 12,7 persen.
Faktor perbedaan tersebut diduga tidak adanya penanganan serius penderita dari kalangan wiraswasta, mereka disebut juga dengan istilah Tenaga Non Profesional (TNP) atau karyawan. Seharusnya menurut Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) pada saat fase HIV sehingga menjadi AIDS yang merupakan fase stadium dari HIV harus ada penanganan serius. Sementara itu para penjaja sex dianggap lebih waspada sehingga jumlahnya tidak terlalu banyak yang berujung menjadi AIDS.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain. ***