News Breaking
Live
update

Breaking News

Pandemi Qarunisme

Pandemi Qarunisme



Oleh: All Amin

Coba dulu Qarun menulis buku. Orang yang teramat kaya raya itu. Orang kaya sombong yang hidup di zaman Nabi Musa itu.

Bukunya; Paham Qarunisme. Cara Menjadi Kaya--Sekaya-kayanya--dan Memamerkannya.

Buku itu bisa jadi best seller. Rich Dad Poor Dad; Robert Kiyosaki dan Financial Revolution; Tung Desem Waringin. Pasti kalah jauh.  

Kini, buku-buku, pelatihan, wangsit, atau apa pun itu. Yang berisi teori-teori tentang cara-cara menuju kaya. Sangat diburu. Banyak sekali peminatnya. 

Makin bisa meyakinkan, itu adalah cara paling instan. Paling spektakuler; makin laku keras.

Kecuali, seminar saya. Yang mengajarkan bagaimana cara berjualan itu. Sudah pakai iming-iming kaya juga. Tapi, tidak laku. Pembicara seminarnya kere. Jadi, tidak sahih teorinya.

Meski tak pernah dibukukan, penyebaran paham Qarunisme lebih masif dari ideologi Karl Marx. Lebih bertahan lama. Tak dimakan zaman seperti jalan pikiran Hitler yang di Mein Kampf itu. 

Gaya Qarun terus populer sampai sekarang. Dengan tampilan terbarukan. Berevolusi.

Soal kaya--dan ingin menjadi kaya--tentu sangat boleh. Siapa pun boleh. Dan, harus malah. Asalkan dengan proses dan niat yang baik.

Yang salah itu tabiatnya. Rada-rada mirip Qarun; sombong. Padahal kaya-nya masih bumi dan langit dengan Qarun. Tapi, sombongnya; setara.

Allah Swt murka dengan sikap sombong. Manusia pun tak menyukai. Bahkan sesama sombongers pun, saling sebal. Komunitas Sombong Bersatu; kan tidak pernah ada itu.

Sombong itu: menolak kebenaran, dan merendahkan orang lain. Like the Qarun style.

Saya kerap melihat gaya serupa itu. 
Barangkali Anda pun pernah melihat. Atau, mungkin belum. Semoga tak ada di sekitar Anda. 





Mudah kok mendeteksi orang yang terpapar paham Qarunisme itu. Tak perlu pakai alat tes seperti Covid-19. Pandemi Qarunisme.

Perhatikan. 

Kalau mengomong selalu di atas. Susah menjangkaunya. Saya kadang khawatir. Takut itu omongan menabrak pesawat. Ketinggian.

Topik omongan itu 99,9% tentang dirinya. Hebatnya. Jagonya. Suksesnya. Kayanya. Mobil mewahnya. Bebek peliharaannya.  Sampai tusuk gigi yang menusuk gusinya.

Hobinya pamer. Kepalanya mendongak. Sudut matanya sinis. Senyumannya asem. Palsu. Kalau sedang bicara urat lehernya nongol. Rahangnya kuat untuk berdebat. Bicaranya sering nyelekit.

Kalau melihat ciri-ciri seperti itu; waspadalah. Bisa jadi ia terpapar pandemi Qarunisme.

Saya ada tip. Cara menyikapi model songong begitu. Tapi, untuk kita-kita saja. Jangan ketahuan oleh yang sudah tertular itu.

Begini.

Kalau memang terpaksa berurusan dengan yang petentengan itu. Tak bisa menghindar. 

Pertama; sebelum ketemu atau mau ngobrol dengannya. Lindungi diri, minum dulu obat maag. Untuk mencegah Anda nanti tetiba mual, mendengar ceritanya.

Kedua; saat bicara, biarkan ia yang banyak membual. Anda mendengar dan memberi persetujuan saja. Pakai kata; Iya. Bagus. Mantap. Hebat. Luar biasa. Dan, sejenis itu lah. Perbanyak mengangguk, dan mengacungkan jempol. Kalau ia melucu, walaupun garing, berjuanglah untuk tertawa. Semaksimal mungkin. Ngakak. 

Namun, bila Anda sudah tidak kuat. Mulai berasa ingin muntah. Kliyengan. Mata berkunang-kunang.

Segera injak jempol kakinya. Yang kencang sekalian. Agar matanya terbelalak.

Itulah tip ngawurisme dari saya. Boleh dipakai boleh tidak. Semoga Anda terhindar pandemi Qarunisme itu.

Kecuali, meniru kaya; boleh.

Atau, jangan-jangan Qarun memang pernah menulis. Lalu buku itu tenggelam bersama harta-hartanya. Yang tidak ikut tenggelam tabiat sombongnya; terus mewabah. Sampai ke zaman Donal Trump ini. (*)


28 Juni 2020

All Amin, entrepreneur

Tags