TINJAUAN PEMBANGUNAN EKONOMI 5 (LIMA) KOTA TERKECIL DI INDONESIA TAHUN 2020
TINJAUAN PEMBANGUNAN EKONOMI 5 (LIMA) KOTA TERKECIL DI INDONESIA TAHUN 2020
Pendahuluan
'Small but not weak', barangkali ini ungkapan yang pantas diberikan kepada 5 (lima) Kota dengan luas terkecil di Indonesia. 2 (dua) diantaranya, berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu; Kota Padang Panjang (23 Km2) dan Kota Bukittinggi (25 Km2).
Kota kecil lainnya yang berada di pulau Sumatera adalah Kota Sibolga Propinsi Sumatera Utara dengan luas 27,78 Km2 dimana hanya 10,77 Km2 yang jadi hunian, sehingga banyak yang menduga bahwa kota inilah yang terkecil di Indonesia.
2 (dua) Kota lainnya berada di Pulau Jawa yaitu; Kota Magelang (18,12 Km2) Propinsi Jawa Tengah dan Kota Purwokerto Propinsi Jawa Timur dengan luas 16,46 Km2, merupakan Kota paling kecil wilayahnya administratifnya di Indonesia.
Keberadaan kelima Kota-Kota ini tidak terlepas dari latar belakang historis yang menyertainya dan secara geografis berada pada posisi yang sangat strategis. Hal yang tidak kalah pentingnya juga adalah Potensi ekonomi yang dimiliki.
Tulisan ini, mencoba melakukan tinjauan terhadap kinerja pembangunan ekonomi, dan sekaligus memberikan perbandingan diantara kelima Kota terkecil di Indonesia selama Tahun 2020.
Struktur Ekonomi
Besarnya peranan berbagai lapangan usaha ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa, sangat menentukan struktur ekonomi suatu daerah. Struktur ekonomi menggambarkan, seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap kategori lapangan usaha.
Terdapat beberapa kesamaan struktur ekonomi dari kelima kota kecil ini, dimana lapangan usaha yang dikategorikan Sektor Perdagangan dan Sektor jasa dominan kontribusinya terhadap PDRB.
2 (Dua) lapangan usaha yang berkaitan langsung dengan sektor perdagangan yaitu : perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil & sepeda motor; dan transportasi & perdagangan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian daerah (PDRB) kelima kota, sbb:
- Padang Panjang (29,73%)
- Bukittinggi (43,79%)
- Sibolga (34,62%)
- Mojokerto (31,6%)
- Magelang (19,47%)
Untuk Sektor Jasa, lapangan usaha yg memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Kota-Kota tersebut adalah: Jasa Pendidikan; jasa keuangan; dan komunikasi. 3 (tiga)
lapangan usaha Sektor Jasa ini memberikan kontribusi, sbb;
- Padang Panjang (23,81%)
- Bukittinggi (19,79%)
- Sibolga (7,8%)
- Mojokerto (26,23%)
- Magelang (19,69%)
Industri pengolahan merupakan lapangan usaha yang mampu menciptakan lapangan kerja sekaligus 'ranah' bagi pengembangan UMKM dan wirausahawan. Kontribusinya di 5 Kota, sbb:
- Padang Panjang (8,43%)
- Bukittinggi (5,19%)
- Sibolga (4,65%)
- Mojokerto (11,38%)
- Magelang (16,12%)
Sebagaimana umumnya ciri perekonomian sebuah Kota, Sektor Pertanian relatif memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB, apalagi untuk kategori kota kecil. Sektor Pertanian hanya menyumbang di bawah 2% untuk Kota-kota Bukittinggi, Magelang dan Mojokerto, serta 5% di Padang Panjang.
Uniknya, Sektor Pertanian menyumbang sebesar 20,17% bagi perekonomian Kota Sibolga. Hal ini disebabkan karena sebagian wilayah Kota Sibolga adalah perbukitan - pantai. Sektor Pertanian juga masih menjadi andalan bagi penyerapan Tenaga Kerja (13,76%, Sakernas,2020).
Ciri-ciri sebuah kota yang berkembang adalah tumbuhnya kegiatan konstruksi dan real estate. Peranannya, sbb:
- Padang Panjang (13,42%)
- Bukittinggi (10,08%)
- Sibolga (17,04%)
- Mojokerto (13,15%)
- Magelang (19,96%)
Sektor Pariwisata dipercaya sebagai sumber pemicu pertumbuhan ekonomi kedepan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 'Equivalent' dengan kebutuhan terhadap wisata. PDRB tidak secara khusus mengelompokkan kepariwisataan, namun lapangan usaha yang bersentuhan langsung dengan kepariwisataan adalah Akomodasi dan makan minum. Adapun kontribusinya terhadap PDRB, sbb;
- Padang Panjang (2,64%)
- Bukittinggi (4,7%)
- Sibolga (4,97%)
- Mojokerto (6,86%)
- Magelang (5,58%)
Pengeluaran pemerintah dalam bentuk belanja Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial masih menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi di daerah. Terutama di masa krisis dan Pandemi seperti saat sekarang ini. Kotribusinya terhadap PDRB Kota-Kota dimaksud adalah sbb:
- Padang Panjang (10,09%)
- Bukittinggi (6,74%)
- Sibolga (8,09%)
- Mojokerto (5,1%)
- Magelang (11,21%)
Berdasarkan Analisis Struktur Ekonomi yang disampaikan diatas dapat disimpulkan sbb:
1. Kota Padang Panjang, struktur ekonominya dominan perdagangan dan jasa. Jasa Pendidikan termasuk lapangan usaha yang potensial. Pengembangan Industri mikro, kecil dan menengah jika dikembangkan akan bisa mendongkrak perekonomian daerah sekaligus membuka lapangan kerja. Pengeluaran Pemerintah berupa belanja APBD cukup memberikan kontribusi tinggi dan bila dijalankan secara efektif akan bisa menggerakkan lapangan usaha lainnya.
2. Kota Bukittinggi juga merupakan Kota Perdagangan dan jasa. Bahkan Sektor Perdagangan lebih dominan dibandingkan Kota-Kota lainnya. Sektor Perdagangan diyakini akan semakin berkembang kedepannya seiring dengan peningkatan sektor kepariwisataan dan pengembangan UMKM berbasis konveksi dan makanan ringan.
3. Kota Sibolga, merupakan Kota yang struktur perekonomiannya disokong oleh Sektor Pertanian & Perikanan laut dan Sektor Perdagangan. Cukup berkembangnya kegiatan konstruksi dan real estate menandakan akan semakin berkembangnya sektor industri kepariwisataan, terutama wisata pantai dan alam perbukitan.
4. Kota Mojokerto, meskipun kota terkecil di Indonesia, Struktur perekonomiannya mencirikan kota yang sedang berkembang. Struktur perekonomian yang dominan sektor perdagangan dan jasa didukung oleh industri pengolahan. Cukup tingginya kontribusi konstruksi, real estate dan jasa keuangan semakin menunjukan prospek perkembangan kota ini kedepan.
5. Kota Magelang, Struktur ekonominya didukung oleh Sektor Perdagangan dan jasa serta industri pengolahan yang berjalan beriringan (seimbang). Kontribusi kegiatan konstruksi dan realestate terhadap PDRB lebih tinggi dari 4 Kota lainnya. lapangan usaha jasa pendidikan juga memberikan kontribusi yang cukup besar disamping pengeluaran pemerintah berupa belanja APBD cukup menyokong perekonomian daerah.
(Bagian 2)
Besaran PDRB
Total PDRB, merupakan akumulasi keseluruhan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (lapangan usaha) di suatu daerah. Semakin besar nilai PDRB suatu daerah, menunjukan semakin besarnya transaksi ekonomi daerah tersebut.
Dari 5 kota terkecil di Indonesia yang dianalisis. Kota Magelang dan Kota Bukittinggi merupakan Kota yang memiliki PDRB terbesar pada Tahun 2020. Dengan nilai PDRB masing-masingnya, sebesar 8,72 Triliun dan 8,63 Triliun.
Berikutnya Kota Purwokerto, meskipun memiliki luas terkecil tapi menghasilkan PDRB sebesar 6,59 Triliun atau hampir 2 kali lipat dari Total PDRB Kota Padang Panjang yang sebesar 3,47 Triliun. Hal ini sejalan dengan jumlah penduduknya yang juga 2 kali lipat dari penduduk Kota Padang Panjang. Sedangkan Kota Sibolga memiliki PDRB sebesar 5,6 Triliun.
Dapat disimpulkan bahwa PDRB kelima Kota ini hampir beriringan, besar kecilnya proporsional dengan jumlah penduduk. Perbedaan luas wilayah tidak signifikan pengaruhnya terhada besaran PDRB.
Jika ditinjau besaran nilai tambah dari beberapa lapangan usaha yang dominan kontribusinya terhadap PDRB di lima Kota, maka lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil & sepeda motor adalah yang terbesar.
Besaran nilai tambahnya di Kota Bukittinggi sebesar 2,9 Triliun Rupiah. Lebih kurang 4,5 kali dari nilai tambah lapangan usaha yg sama di Kota Padang Panjang, 2 kali dari Kota Sibolga dan Kota Magelang, dan lebih kurang 1,5 kali dari Kota Mojokerto.
Demikian juga dengan nilai tambah lapangan usaha yg sangat berkaitan dengan usaha perdagangan yaitu Transportasi dan pergudangan. Kota Bukittinggi menghasilkan 868 milyar dari lapangan usaha ini. Rata-rata 2 kali lebih besar dibandingkan Kota-kota lainnya.
Hal ini semakin memperkuat posisi Kota Bukittinggi sebagai Kota Perdagangan, terlihat dari volume nilai tambah dan transaksi ekonomi dari dari 2 lapangan usaha Sektor Perdagangan ini.
Untuk nilai tambah Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Kota Sibolga lebih menonjol yaitu sebesar 1,13 Triliun Rupiah. 10 kali lebih besar dari rata-rata nilai tambah lapangan usaha yang sama pada empat kota lainnya. Hal ini semakin menunjukan Bahwa Kota Sibolga adalah Kota yg dominan Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan laut, disamping sebagai Kota Perdagangan hasil perikanan dan produk hasil pertanian di Propinsi Sumater Utara.
Kota Magelang lebih dominan lapangan usaha industri pengolahan dibandingkan keempat Kota lainnya. Dimana Nilai tambah yang dihasilkan dari lapangan usaha ini pada tahun 2020 sebesar 1,4 Triliun Rupiah, 2 kali lebih besar dari Kota Mojokerto, 5 kali kota Padang Panjang, 3 kali Kota Bukittinggi dan 5 kali kota sibolga, untuk nilai tambah pada lapangan usaha yang sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kota Magelang adalah Kota yang dominan industri pengolahan yang didukung sektor perdagangan yang seimbang, dibandingkan 4 Kota lainnya.
Kota Mojokerto dominan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil & sepeda motor yakni dengan volume nilai tambah lapangan usaha ini sebesar 1,88 Triliun, peringkat 2 terbesar setelah Kota Bukittinggi.
Sedangkan untuk Kota Padang Panjang, nilai tambah beberapa lapangan usaha yang dominan, baik di Sektor perdagangan, Sektor Jasa, Sektor Industri, dan Sektor Pertanian, berada posisi rata-rata. Tidak lebih menonjol dari 4 Kota kecil lainnya, jika diperbandingkan dari volume nilai tambah dan transaksi ekonomi.
PDRB Perkapita
PDRB Perkapita adalah Total Keseluruhan Nilai Tambah barang jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di suatu daerah.
PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu daerah.
Kota yang memiliki PDRB perkapita terbesar (ADHB) diantara 5 Kota tersebut adalah Kota Magelang sebesar 71,27 juta rupiah, selanjutnya Kota Bukittinggi sebesar 65 juta rupiah, diikuti oleh Kota Sibolga sebesar 63,85 juta rupiah dan Kota Padang Panjang sebesar 61,68 juta rupiah dan yang terendah kabupaten Mojokerto sebesar 50,54 juta rupiah.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sejak diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) secara Nasional oleh Presiden Jokowi pada tanggal 1 April 2020, sebagai langkah antisipatif menghambat penyebaran virus Covid-19, secara tidak langsung mempengaruhi perokonomian daerah/nasional.
Selama tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi. Menurut laporan BPS, pertumbuhan ekonomi nasional minus 2,07 persen. Selama 20 Tahun terakhir, baru tahun inilah terjadi pertumbuhan ekonomi terkontraksi (minus).
Demikian juga dengan 5 (lima) Kota terkecil di Indonesia. Berurutan, pertumbuhan Ekonomi Kota Sibolga -1,36% ; Kota Padang Panjang, -1,44% ; Kota Bukittinggi, -1,74,% ; Kota Magelang, -2,45% dan Kota Mojokerto, -3,69%.
PERTUMBUHAN SEKTOR/LAPANGAN USAHA
Ada 2 (dua) Lapangan usaha yang terkait langsung dengan sektor perdagangan,yaitu;
- Perdagangan besar & eceran, reparasi mobil & sepeda motor. Pertumbuhannya Terkontraksi (minus) sekitar 1% pada 3 Kota (Padang Panjang, Bukittinggi dan Sibolga), terkontraksi 3,5% di Kota Magelang dan tertinggi kontraksinya di Kota Mojokerto sebesar 9,2%.
- Lapangan usaha transportasi & pergudangan pertumbuhannya terkontraksi cukup besar yaitu: terkontraksi 5,58% di Kota Sibolga, 6,44% di Kota Mojokerto, 10,77% di Kota Bukittinggi, 11,12 % dan paling tinggi terkontraksi di Kota Magelang sebesar 27,68%
lapangan usaha industri pengolahan juga mengalami pertumbuhan yang terkontraksi di kelima kota. Secara berurutan kontraksinya sebesar 0,21% di Kota Magelang, 1,02% di Kota Bukittinggi, 2,21% di Kota Sibolga, 2,41% di Kota Padang Panjang dan 3,55% di Kota Mojokerto.
Lapangan usaha lainnya yang juga pertumbuhannya terkonstraksi di kelima kota adalah penyedian akomodasi dan makan minum.
Lapangan Usaha ini cukup penting karena berkaitan dunia kepariwisataan. Di dua Kota, Padang Panjang dan bukittinggi pertumbuhannya terkontraksi lebih dari 2 digit, masing- masingnya 12,04% dan 23,31%. Selanjutnya, di kota mojokerto pertumbuhannya terkontraksi 8,36% dan kota Magelang 9,52%.
Menariknya, di Kota Sibolga pertumbuhannya hanya terkontraksi kurang dari 1%. Hal ini, barangkali disebabkan karena kedatangan wisatawan ke Kota Sibolga lebih karena urusan bisnis dan perdagangan produk pertanian dan perikanan.
2 Lapangan usaha lain yang pertumbuhannya terkontraksi di lima kota adalah konstruksi: dan jasa lainnya. Masing-masingnya, sbb:
- Lapangan usaha konstruksi ; di tiga Kota pertumbuhannya terkontraksi di bawah 4% yaitu: kota Magelang 1,7%, kota bukittinggi 2,77% dan Kota Padang Panjang 3,25%. Sedangkan 2 Kota lainnya (Mojokerto dan Sibolga) pertumbuhannya terkontraksi diatas 6% (6,26% dan 6,4/%).
- Lapangan usaha jasa lainnya ; di dua kota pertumbuhannya terkontraksi lebih dari 2 digit yaitu; kota bukittinggi 10,39 % dan Kota Mojokerto 14,5%. Sedangkan di Kota Magelang terkontraksi 7,03%, Kota Padang Panjang 9,66%, dan yang terendah Kota Sibolga 3,92%.
2 (dua) lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan positif adalah;
- informasi dan komunikasi, pertumbuhannya di lima kota rata-rata diatas 6,8%, bahkan di Kota Magelang sebesar 17,12%.
- jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh rata-rata di tiga kota diatas 7%, bahkan untuk Kota Bukittinggi sebesar 12,39%. Hanya di kota Sibolga yang pertumbuhannya minus 0,72%
KESIMPULAN
1. Selama tahun 2020 pertumbuhan ekonomi di lima kota terkontraksi (minus) rata-rata 2%. Terendah kota Mojokerto terkontraksi 3,69 dan teringgi Kota Sibolga 1,36.
2. lapangan usaha disektor perdagangan secara rata-rata mengalami kontraksi yang cukup tinggi, demikian juga usaha konstruksi dan lapangan usaha jasa masyarakat diluar jasa pendidikan.
3. Lapangan usaha Akomodasi dan makan minum, yang terkait dengan kegiatan kepariwisataan, mengalami kontraksi yg cukup dalam. bahkan untuk Kota Padang Panjang dan Kota Bukittinggi diatas 2 digit. Terutama Kota Bukittinggi mencapai minus 23,31%
4. Pertumbuhan ekonomi di lima Kota tersebut sedikit tertolong dari pertumbuhan positif lapangan usaha informasi dan komunikasi dan jasa kesehatan kegiatan sosial. Meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk membeli pulsa handphone untuk kegiatan 'daring' dan kegiatan komunikasi lainnya karena kebijakan 'Work from Home'. Disamping itu juga tertolong oleh pengeluaran pemerintah dibidang kesehatan (penanggulangan pandemi covid-19) dan berbagai bantuan sosial kepada masyarakat.
Padang Panjang, Juni 2021
Indra Gusnady