News Breaking
Live
update

Breaking News

Syafruddin Prawiranegara, Sang Presiden yang Terlupakan

Syafruddin Prawiranegara, Sang Presiden yang Terlupakan



TANJAKNEWS.COM -- Lahir di Banten, 28 Februari 1911. tokoh yang akrab dipanggil Pak Syaf ini pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian saat zaman orde lama.

Saat Belanda menduduki ibukota Indonesia yang saat itu bertempat di Yogyakarta, para pemimpin Republik Indonesia seperti Bung Karno, Bung Hatta dan Sutan Syahrir diasingkan Belanda ke luar Jawa, Pak Syaf mengambil alih kepemimpinan dengan mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Pada 22 Desember 1948.

Pemerintahan yang di pimpinannya pula diakui oleh Jenderal Soedirman sebagai pengganti dari pemerintahan Soekarno dan Hatta. Setelah menjabat sebagai pemimpin tertinggi republik selama 270 hari, akhirnya pada 13 Juli 1949, ia menyerahkan kembali roda pemerintahan kepada Bung Karno dan Bung Hatta.

Dianggap berjasa, namun Syafruddin dicap sebagai pemberontak saat dirinya kecewa dan protes terhadap Bung Karno. Ia menuntut agar pemerintah menjalankan otonomi daerah secara meluas dan merata.

15 Februari 1958 ia mendeklarasikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan membentuk kabinet tandingan.

Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai perdana menteri.
Manuver Syafruddin dengan PRRI ditanggapi dengan keras oleh Bung Karno karena menurutnya gerakan tersebut merupakan bentuk pemisahan diri dari NKRI.
Operasi militer diturunkan untuk membungkam gerakan PRRI, Ahmad Yani dan Ibnu Sutowo memimpin pasukan tersebut. Saat gerakan tersebut bubar, Soekarno memutuskan untuk mengampuni Syafruddin dkk, yang terlibat gerakan PRRI.

Setelah itu ia meninggalkan panggung politik dan memilih jalan berdakwah. Masuk ke orde baru,  dakwah Syafruddin semakin keras mengkritik tangan dingin Soeharto, berkali-kali pula ia harus ditangkap aparat akibat dakwahnya yang terus mengkritik Soeharto.

Pada 15 Februari 1989, Syafruddin Prawiranegara tutup usia di Jakarta. Tokoh yang dianggap berjasa sekaligus pemberontak ini mendapat gelar pahlawan pada 7 November 2011. (*)


Sumber: Indonesia Tempo Doeloe

Tags