News Breaking
Live
update

Breaking News

Dukun Dipamer Artis Disawer (Antiklimaks Kemenangan Rakyat)

Dukun Dipamer Artis Disawer (Antiklimaks Kemenangan Rakyat)




Oleh: Oce E Satria~blogger

MINGGU, 10 Maret 2002. Hari itu adalah pelantikan saya dan nyonya sebagai marapulai dan anak daro. Setelah ijab kabul dengan mahar bacaan Surah Al Fatiha serta sebuah kitab Tafsir Fi Zhilalil Quran karya Sayyid Quthb berjalan lancar Jumat sebelumnya.

Untuk peristiwa penting itu saya tidak meminta Walinagari mengerahkan ratusan tenaga kemananan, tidak juga preman (karena saya juga anggota preman lapau). Alhamdulillah warga tidak ikut-ikutan terteror oleh tindakan over acting panitia. Alek berjalan lancar-lancar saja, meski kami tak menanggap Saluang apalagi orgen tunggal (karena alasan kantong cekak😁).

Memang lebay kalau membandingkan alek ketek-ketek yang bukan siapa-siapa itu dengan sebuah acara pelantikan tokoh muslim berpengaruh di dunia, Jokowi sebagai Presiden RI untuk kedua kalinya. 

Tapi histeria pelantikan Jokowi-Maaruf Amin kali ini terasa berlebihan. Ada semacam serangan ketakutan yang menimpa pasangan ini, pengusung pasangan ini, dan para penanggung jawab keamanan.  Hal itu terlihat dari persiapan yang sangat over acting. 

Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, berdasarkan sebuah frasa yang disorot saat upacara pelantikan, memperlihatkan ekspresi unik Amerika dari sistem Konstitusi Amerika.  Tema acara adalah "Amerika yang Unik". Juga menjadi sorotan adalah transisi damai kekuasaan, hadir melalui teladan orang-orang Amerika yang bersatu di belakang. Prosesinya sendiri diselenggarakan di Washington DC, dari tanggal 17 sampai 21 Januari 2017, acara pelantikan meliputi konser, upacara pengambilan sumpah, jamuan makan siang, parade, pesta dansa pelantikan, dan pembacaan doa pelantikan lintas agama. 

Ribuan warga AS, baik pendukung maupun demonstran yang kadang sangar, menunggu Trump di pinggir jalan sepanjang rute parade. Dengan berjalan kaki dan sedikit berlari, para Secret Service siaga mengawal di kanan dan kiri iring-iringan kendaraan yang ditumpangi Trump dan keluarga.

Meski sebelumnya ada aksi demonstran, tapi Trump tidak baperan apalagi cemas. Ia tahu bahwa demonstran anti dia bentrok dengan polisi yang mengamankan pelantikan. 95 orang ditangkap. Trump tenang-tenang saja.

Tokoh yang juga kontroversial (dalam pandangan barat) Recep Tayyip Erdogan dilantik sebagai presiden Turki untuk periode kedua pada Senin 9 Juli 2018. Ia memenangi pemilu pada Juni 2018 dengan suara dominan. Pelantikannya tidak diwarnai ketegangan di kalangan pejabat militer dan ketakutan berlebihan pada ancaman. Biasa-biasa saja. Dan pelantikan berjalan lancar-lancar saja.

Namun di Indonesia, pelantikan Jokowi-Maaruf Amin memperlihatkan sebuah kenyataaan kontradiktif: antara klaim kemenangan rakyat dengan pamer kekuatan super militer. Plus pengamanan aneh lainnya yang dikabarkan ikut.

Pengamanan ekstra 30.000 pasukan TNI tidak hanya fokus di areal pelantikan dengan tank perang dan kendaraan tempur lainnya. Tapi juga jauh di luar,  misalnya terlihat dengan penempatan dukungan kendaraan tempur dari TNI berupa panser Anoa di wilayah penyangga ibukota, seperti Depok untuk mem-backup kepolisian dari gangguan keamanan.


Karena sebelumnya demontran diwanti-wanti untuk meliburkan diri, tugas bapak-bapak tentara dan polisi jadi lebih santai. Artis dangdut menjadi pilihan untuk menghibur mereka. Lalu, masyarakat pun disuguhi tontonan video dan foto-foto yang viral: aksi sensual artis di depan tentara dan polisi. Mereka disawer sampai ke bokong. Masyarakatpun trenyuh dan mengomel. "Cawapresnya ulama besar, Ketua MUI tapi kenapa "dihadiahi" dengan pesta seperti itu?


Pengamanan plus lainnya yang tersaji di publik dan sangat bersinggungan dengan status Wapres yang ulama itu adalah keterlibatan kaum praktisi supranatural alias dukun. Meski pihak MPR membantahnya namun video yang viral memperlihatkan sebaliknya. Selentingan ini pertama kali beredar viral di media sosial Instagram dan YouTube dalam bentuk sebuah video berdurasi 2 menit.

Dalam video viral tersebut terlihat seorang lansia mengenakan pakaian serba hitam, duduk bersila di depan aula Nusantara V gedung DPR RI.

Lansia yang mengaku bernama Ki Sabdo ini dalam video tersebut mengatakan bahwa dirinya tengah melakukan ritual khusus.

Ki Sabdo mengaku dirinya sedang melakukan geladi bersih untuk mengamankan pelantikan presiden dan wakil presiden.

Untuk mengamankan jalannya acara, Ki Sabdo mengaku melakukan ritual khusus untuk memanggil para mahluk ghaib berkekuatan magis.

Bahkan mahluk ghaib seperti Nyai Roro Kidul dan Nyi Blorong pun akan dikerahkan Ki Sabdo untuk mengawal jalannya acara pelantikan.

"Apa yang saya lihat memang harus ada pengawalan secara spiritual. Ini yang saya taruh di sini ini komplit sudah, mulai Nyai Roro Kidul, Nyi Blorong, jin kayangan dan yang lain-lain. Jadi mantap sudah.

Pak Jokowi pasti dilantik, enggak ada halangan. Nanti yang menghalangi ya itu urusannya Ratu Selatan, urusan saya, saya yang beresin," ungkapnya, seperti dilansir Sosok.ID.

Semuanya menampakkan ketakutan yang berlebihan. Padahal kemenangan Jokma diklaim sebagai kemenangan rakyat, tapi mengapa di hari pelantikan rakyat justru dibuat cemas dan tegang?

Orang kemudian kembali menyusun historia: mozaik ratusan foto dan video kampanye Prabowo-Sandi yang memperlihatkan lautan jutaan pendukung. Lalu meng-kontra-kannya dengan foto-foto penggede Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokma saat hari pertama perhitungan suara. Terlihat nyata wajah-wajah murung dan patah semangat Jokowi, Yusril, Megawati, dan puluhan lainnya.

Masing-masing foto itu diberi kepsyen yang terbaca sebagai ekspresi keheranan.
Untuk foto-foto kampanye 02 dengan lautan pendukung ditulis: "Koq bisa kalah?"
Sementara foto-foto murung petinggi TKN dikepsyen: "Benarkah mereka menang?"

Pada akhirnya, the show must go on, pesta jalan terus. Dan seperti kata Rhoma, "Pesta Pasti Berakhir". Apa yang kita saksikan hari-hari belakangan dan hari-hari kedepan bukanlah mempersandingan fakta masa lalu dengan kenyataan yang bakal diterima sebagai rakyat biasa. Karena jika itu yg kita lalukan hasilnya adalah sia-sia. Kita tunggu saja apa yang akan terjadi.

* Pku, 20 Oktober 2019

Tags