News Breaking
Live
update

Breaking News

Jurus Cespleng Majalah MATRA Rebut Pembaca

Jurus Cespleng Majalah MATRA Rebut Pembaca



RIAU MAGAZINE — Majalah MATRA edisi cetak Maret 2020 ini, laris manis diborong,  hingga ludes. Banyak pembaca yang mencari di toko buku Gramedia, Gunung Agung, Newdbox hingga Kinokuniya tak mendapatnya, hingga kemudian membeli di e-magazine.

“Kami bisa dapatkan edisi cetaknya dimana lagi. Kalau enggak pegang edisi cetaknya, kurang afdol,”  telepon di kantor redaksi majalah trend pria itu terus berdering, mempertanyakan, mengapa untuk kali ini majalah MATRA sulit didapatkan.

Rupanya,  banyak yang penasaran. Mereka bertanya hingga ke grup medsos,  untuk mendapatkan edisi cetak majalah yang terbit sejak 1986 ini,  di toko buku mana. Karena, setiap ke Gramedia atau Gunung Agung selalu habis.

Begitulah yang terjadi, hingga akhirnya manajemen MATRA memutuskan mencetak ulang.

Sejatinya, majalah MATRA terbit (print) juga bisa berlangganan di lapak digital:  myedisi.com serta gramediadigital.com tapi banyak yang tetap penasaran untuk edisi cetak.


Jim Macnamara, seorang Profesor Komunikasi Publik di Universitas of Tecnology Sydney, menyatakan bahwa terjadi revolusi oleh kita dalam menggunakan media dan komunikasi public.

Pilihan “revolusi” layak digunakan karena perubahan sosial budaya yang berlangsung cepat dan berkenaan dengan dasar kehidupan masyararat.

Tak dapat dipungkiri, bahwa revolusi ini timbul karena keberadaan media baru (internet) yang bersifat dua arah, yang mempengaruhi masyarakat secara sigifikan (2010).

Harus diakui, banyak media cetak yang gugur, ada berpindah ke media internet. Namun, ada pula yang memutuskan berhenti total.

Hanya dengan menggenggam gadget, orang bisa melakukan banyak hal. Bertransaksi, berdagang, mempromosikan produk, atau menjalin relasi yang begitu luas dengan orang lain.

Majalah MATRA malah seperti “menggaet” kekangenan, di pecinta print alias media cetak.

Gaya bahasa features, dengan data dan investigasi serta liputan lengkap.

Majalah MATRA sempat beken dengan taglinemajalah Trend Pria.

Rapat redaksi harus rapat dan mencari tokoh yang penuh inspiratif, demikian juga liputan-liputannya.

Maka, di kala media massa lain, cetak koran dan majalah disebut “senjakala media cetak”.

Majalah MATRA dan majalah Eksekutif tetap eksis, karena memiliki ke-khasan, inovasi dan menampilkan tokoh dan sisi lainnya, termasuk liputan unik, menjadikan banyak perpustakaan sengaja memesan khusus.

Perpustakaan Insititut Pertanian Bogor (IPB) dan Perpustakaan STIE Trisakti, Kampus Bekasi adalah contohnya.

Perpustakaan di Universitas terkemuka itu, malah menelpon redaksi dan mentransfer sejumlah uang berlangganan setelah mengisi formulir berlangganan.

Jadi, bukan hanya pribadi dan korporasi yang terus menginginkan majalah eksekutif atau majalah MATRA edisi cetak.

Menjadi referensi “pusat kekuasaan” dan pebisnis dan tokoh pemegang keputusan di republik ini. Di tengah laju perekonomian digital bertumbuh, ke khasan untuk memegang majalah cetak tetap ada.

Inovasi yang out off the box , untuk melakukan penetrasi pasar.

Nielsen meriset sebanyak 5,8 juta penduduk masih membaca media cetak. Di mata pelanggan Jawa Tengah, apalagi di luar pulau Jawa, Koran dan Majalah masih dominan di Makassar, Palembang, dan Medan.

Majalah MATRA justru dicari di beberapa lokasi di Indonesia Timur, semacam Manado dan Ambon.

Majalah MATRA yang dikenal sebagai majalah Pria, malah kini juga dicari kaum perempuan dan milenial.

Unik, tapi itulah yang terjadi. Revolusi Media abad 21 justru menjadikan media tradisional semacam majalah eksekutif dan MATRA terus eksis. (*)


Sumber: eksekutif.id

Judul asli: MATRA Bahas Keluarga Grup Sinar Mas, Prabowo, Puan dan Jokowi Laris Diborong Orang Tak Dikenal

Tags