News Breaking
Live
update

Breaking News

15 Anggota OPM Aniaya 2 Petugas Covid-19 di Kampung Jae

15 Anggota OPM Aniaya 2 Petugas Covid-19 di Kampung Jae

Almelek Bagau, petugas Covid-19


TANJAKNEWS.com, Nabire  -- Kelompok separatis bersenjata (KKB) di Distrik Wandai menyerang petugas gugus tugas Covid-19, pada Jumat, (22/5/2020) lalu.

Almelek Bagau, petugas penanggulangan pandemi virus Covid-19 di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua menceritakan kejadian penembakan yang dialaminya bersama rekannya Heniko Somau yang meninggal Dunia oleh kelompok separatis yang mengaku sebagai Organisasi Papua Merdeka itu.

Pria yang juga merupakan Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya ini saat ditemui di rumah sakit RSUD Nabire, Kabupaten Nabire bercerita dengan suara terbata-bata disertai cucuran air mata.

"Diawali pada hari Rabu 20 Mei 2020, saya bersama saudara almarhum Heniko Somau dari Sugapa tiba di Kampung Jae, Distrik Wandai. Kami membawa obat-obatan. Kami lakukan ini karena saya dan saudara Heniko Somau adalah PNS pada Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya yang juga merupakan Tim Kesehatan Pencegahan Virus Covid-19," katanya berkisah.

Dalam dua hari perjalanan itu mereka membawa radio HT yang diberikan oleh Dinas Kesehatan untuk komunikasi dengan petugas kesehatan lapangan dan petugas Kesehatan di posko pencegahan virus Corona.

"Keesokan harinya, Kamis 21 Mei  saya bersama dengan saudara Somau masih berada di Kampung Jae, Distrik Wandai karena kami mengikuti ibadah kenaikan Yesus Kristus," papar dia.

Namun tak lama kemudian datang sekitar 15 orang yang mengaku sebagai anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang melakukan pengusiran terhadap masyarakat yang berada di kawasan tersebut.

Kelima belas orang itu, cerita Almelek, membawa senjata api laras panjang. 

"Mereka berbicara pakai Bahasa Dani.  Mereka mengusir masyarakat yang berada di sekitar pasar dan saat itu saya bersama dengan saudara Heniko Somau sudah sempat keluar dari rumah," jelas dia.

Dikatakan, mereka berdua berusaha berlari menjauhi lokasi pengusiran OPM yang berusaha mengejar mereka.

"Kami pergi ke arah pasar, namun sampai di depan rumah saya dan saudara Heniko Somau ditahan oleh 15 orang tersebut.

"Kalian tinggal di tempat!" perintah seorang anggota OPM.

"Duduk! Duduk!" timpal yang lain.

Kemudian salah satu dari mereka  bertanya, "Maksud kalian apa bawa radio HT? Kalian mata-mata to?"


Kaki dan Tangan Ditembak

Mereka bahkan menghitamkan muka Almelek dengan arang dan tanah.

Amelek Bagau kemudian menjelaskan tujuan sosial mereka guna mendistribusikan obat-obatan guna penanganan Covid-19 di daerah tersebut.

"Saat itu saya mengatakan, kami ini tidak tahu apa-apa, radio HT ini punya Dnas Kesehatan yang diberikan buat komunikasi masalah virus Covid-19," Almelek mencoba menjelaskan. Namun saat itu para pelaku tetap mencurigai dia bersama dengan  Heniko Somau. Lalu tiba-tiba  langsung menembak anjing peliharaan Almelek.

"Kamu mengaku sudah...!" saat itu langsung salah satu dari mereka KKB menembak kearah kaki Almarhum Heniko Somau menggunakan senjata api laras panjang sebanyak satu kali dan tembakan tersebut mengenai betis sebelah kanannya almarhum," kenang dia.

Selanjutnya kelompok separatis tersebut kembali menembak tumit dan betisnya dengan menggunakan senjata laras panjang sebanyak 3 kali  dan menembak rekannya sebanyak dua kali dan mengenai pada betis dan paha sebelah kiri.

"Setelah itu sambil saya mengangkat tangan kanan saya dan mengatakan, "Tuhan saya salah apa...." kemudian pelaku lainnya menembak telapak tangan sebelah kanan saya dengan menggunakan pistol sebanyak satu kali," jelas dia.

Setelah menganiaya kedua petugas kesehatan tersebut, kelompok separatis tersebut membakar rumah Almelek Bagau dan berteriak mengatakan bahwa kedua korban ditembak merupakan tanggung jawab dari pemerintah.

"Mereka mengatakan, 'Kepala kampung, kepala distrik, ini kalian tanggung jawab' dan mereka langsung pergi," ucap Bagau meniru seruan mereka.

Setelah kelompok tersebut pergi, Heniko mengatakan kepada dirinya, "Sobat, kita dua ini salah apa?"

"Sobat kita dua punya keadaan sama ini," jawab Almelek.

Beruntung tak lama kemudian datang warga dan mengevakuasi kedua kroban menggunakan sepeda motor ke Sugapa, Ibukota kabupaten Intan Jaya untuk mendapatkan perawatan medis. Namun dalam perjalanan nyawa Heniko Somau tidak dapat tertolong dan meninggal dunia.

"Saya hanya bisa berdoa dan memohon kepada Tuhan agar mereka dapat mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di hadapan tuhan kelak nanti Ketika saatnya Tuhan memanggil mereka karena perbuatan mereka, mereka lakukan di saat umat Kristen sedang merayakan hari paskah atau kenaikan Tuhan Yesus Kristus dan juga dunia sedang dihadapi dengan wabah virus corona," doa Almelek Bagau.

"Saya juga minta kepada Pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta HAM untuk melihat secara serius kondisi kami petugas Kesehatan yang sedang menjalani tugas kemanusian dalam memerangi wabah virus corona ini dari aksi keji yang dilakukan oleh KKB di Papua ini," tandas Almelek. (Oce/Ricky Lodar)



Tags