News Breaking
Live
update

Breaking News

Liburan Mengarang

Liburan Mengarang




Oleh: All Amin 


PERINTAHNYA selalu serupa. Tiap hari pertama masuk--atau hari berikutnya--ketika pertama kali bertemu guru di sekolah. Pascalibur.

"Ceritakan pengalaman kalian selama libur."

Disuruh mengarang. Dan, setelah memberi tugas itu. Biasanya, ibu-ibu guru itu balik ke ruangannya. Melanjutkan ngerumpi.

Mungkin tugas mengarang seperti itu hanya ada di sekolah saya saja. Mungkin di SD dan SMP lain tidak ada.

Tinggalah murid-muridnya ribut. Menerawang. Sebagian bingung mau bikin cerita apa.

Juga saya. Pergi berlibur. Bermain-main. Darmawisata. Seperti orang liburan pada umumnya, untuk saya; terlalu mewah. Hampir tidak pernah.

Masa libur sekolah: kesempatan mencari uang.

Jualan kue keliling kampung. Kue buatan emak. Pekerjaan rutin yang dilakoni hampir sembilan tahun itu. Dari umur 7 tahun. Di masa libur ditambah waktunya. Kalau hari sekolah, hanya sampai jam 7 pagi, dari subuh. Pas liburan bisa sampai jam 9-10. Tambahan waktu, berarti lebih banyak bawa kuenya.

Dan, beragam kegiatan paruh waktunya;

Jualan sayur mayur di pasar.

Jualan jambu atau nangka tetangga.

Jualan pakaian di hari pekan ke desa-desa.

Jadi pembersih makam TPU di musim ziarah.

Jadi agen oplet di pangkalan.


Semua itu kan tidak keren untuk diceritakan.

Misalkan, isi karangannya begini;

Di libur kemarin, saya main ke rumah saudara. Saya lihat di situ banyak umang-umang. Hasil tangkapan Ayahnya ketika memancing ke pulau.

Lalu saya bilang, "Eh, ini saya bantu jualkan, ya. Tapi, saya bawa dulu. Nanti kalau sudah laku baru disetor uangnya."

Jadi, selama libur saya jualan umang-umang. Dari pasar ke pasar. Laris. Jualan umang-umang itu seru. Tapi, syaratnya, tidak boleh tidur. Kalau ketiduran umang-umangnya bisa kabur.

Di mana keren-nya.

Kalau kawan-kawan sekolah tahu, gengsi bisa turun dong. Masak kegiatan liburannya; jualan umang-umang. Kan, malu-maluin.

Mendingan bikin cerita ngarang saja. Supaya gagah. Cocoklah, namanya juga mengarang.

Cari artikel di majalah; liburan ke rumah paman. Cerita panen jagung. Bermain dengan sepupu. Dapat hadiah sepeda baru. Nah, itu sajalah. Disalin, diubah dikit; jadi.

Toh, gurunya juga tidak pernah kroscek. Yang penting jadi karangan. Ceritanya menarik. Satu dua halaman. Dapat nilai; sudah.

Tapi sekarang, oleh guru-guru saya. Guru mengaji. Saya tidak dibolehkan mengarang; perihal ilmu agama.

Katanya; "Jangan mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." Dalilnya, Surah As-Shaff 2-3.

Sering diwanti-wanti, "Soal agama. Apalagi ibadah. Jangan mengarang. Harus sesuai petunjuk dari Rasulullah Saw. Harus ada dalilnya. Tidak boleh mengada-ada"

Mengarang dalam hal agama itu namanya: bid'ah. Dan, itu tidak boleh. Sesat.

"Siap, Guru! sami'na wa atho'na."

Semoga tulisan ini tidak sampai ke guru-guru sekolah dulu. Bisa ketahuan, sebenarnya dulu itu, saya tidak pernah pergi liburan. (All Amin)

Tags