News Breaking
Live
update

Breaking News

Kala Berharga

Kala Berharga

ilustrasi/net


Oleh: All Amin

Yang disajikan sama. Itu juga barangnya. Tapi, rasanya beda jauh. Timur dan barat. Tenggara dan barat laut. Bertolak belakang.

Yang satu; bikin enek. Membosankan. Digratiskan pun; emoh.

Satunya lagi; gurih. Menggugah. Membayar mahal pun; mau.

Tentang; cerita susah. Cerita masalah.

Banyak orang, ketika ia menceritakan kesulitannya; ia ditinggal. Tak ada yang mau mendengarkannya. Kalau pun ada; terpaksa. 

Tapi, banyak juga yang ketika ia menceritakan kesulitannya. Orang lain takjub mendengarkan.

Padahal, topiknya sama. Sama-sama cerita tentang peliknya masalah yang ia hadapi.

Coba dirasa-rasa. Anda ada di mana?

Yang ditinggal, atau didengarkan?

Anda ngomong "susah," orang pergi?
Atau, Anda ngomong "susah," orang datang?

Bila termasuk yang ditinggal.
Tulisan ini mungkin baik untuk Anda. Silahkan dibaca sampai habis. Minimal sekali. Bila bermanfaat. Boleh diulang-ulang. Sampai 9 kali.

Bila Anda orang yang didengarkan.
Anda tak butuh tulisan ini. Teruskan saja artikel ini kepada yang suka curhat-curhat itu.

Kuncinya di; memilih waktu menceritakan itu.

Cerita "susah" saat sedang susah; ditinggal.
Cerita "susah" saat sudah kelar; didengarkan.

Memang, ketika beban sedang berat. Rasa ingin menceritakan itu, pada orang lain: kuat. Tapi, tahanlah. Nanti ceritakan bila sudah selesai. Maka, cerita itu akan berharga.

Karena begini. Coba renungkan.

Tiap orang sudah mumet dengan masalahnya masing-masing.

Kalau digambarkan, masalah itu seperti air yang merendam.

Banyak yang terendamnya sudah sampai ke leher. Satu senti lagi kelelep. Sudah megap-megap. Tapi, disembunyikan.

Lalu Anda datang menambahkan air. Dengan cerita-cerita "kesusahan" itu. Anda tidak disambit saja, itu sudah baik.

Jangan tambahkan lagi beban orang. Dengan 'memaksa' ia mendengar masalah Anda. Zalim itu namanya. Tega banget.

Kalau artikel ini terasa nyelekit. Anda pun boleh berhenti membacanya.

Kalau mau lanjut,

Langkah yang paling tepat; adukan semua masalah itu kepada Allah Swt. Yang Maha Melapangkan. Maha Kuasa. Maha Mendengar. Maha segala-galanya.

Pelajari cara-cara mengadu yang benar. Adab, tempat, dan waktu berdoa yang mustajab. Yang sesuai petunjuk Rasulullah Saw. Insya Allah akan ada jalan keluar.

Jangan salah cara berdoa.

Saya sedang mencari-cari; berdoa yang pakai cara menuliskan di postingan medsos itu.

Petunjuknya ada di mana ya?

Barangkali ada yang bisa memberi tahu. Saya belum ketemu dalilnya.

Nah, kalau sudah kelar. Barulah masalah itu menarik untuk diceritakan. Jadi berharga. Jadi menginspirasi.

Semakin dramatis ceritanya. Semakin menarik untuk didengarkan.

Misalkan Anda punya cerita begini:

"Pernah sendirian di hutan. Terjebak dalam pasir isap. Sudah sepinggang. Di tepi ada singa lapar menanti. Anda sudah pasrah. Sudah siap-siap mati.

Tiba-tiba gelap, turun hujan. Petir menyambar, merubuhkan pohon. Dahannya menjulur pas di jangkauan tangan. Anda naik, dan ditemukan singanya sudah mati karena serangan jantung."

Ceritakan dengan antusias, sambil mentraktir orang-orang minum kopi. Maka cerita itu akan terdengar hebat.

Namun, kalau pun harus bercerita. Di saat masalah itu masih ada. Karena itu menjadi bagian dari penyelesaian.

Perhatikan beberapa hal. Supaya Anda tetap didengarkan.

Tampil bersemangat. Pastikan wajah Anda tidak memelas. Tiada rona mengharap belas kasihan. Intonasinya datar. Dan, jangan pernah meminta-minta.

Saya sepakat dengan pendapat ini;

"Orang yang meminta-minta tidak akan mendapatkan apa-apa. Kecuali, ia kehilangan dua hal; pertemanan dan harga diri."

Dan, Islam pun melarang orang meminta-minta. Di antara hadistnya;

“Seseorang yang selalu meminta-minta kepada orang lain, di hari kiamat ia akan menghadap Allah dalam keadaan tidak sekerat daging sama sekali di wajahnya” (HR. Bukhari-Muslim)

Keterampilan memilih waktu, menceritakan kesulitan. Menjadi kunci, apakah seseorang itu, akan didengarkan atau diabaikan.

Kalau tulisan ini terlalu panjang dan njelimet untuk dicerna.

Saya bantu simpulkan menjadi dua kata. Kalau Anda ingin menjadi orang yang didengarkan. Bukan yang diabaikan. Tak mau dianggap cemen. Cam-kan dua kata ini baik-baik; berhentilah mengeluh! (*)

Tags