News Breaking
Live
update

Breaking News

Lima Lapangan Usaha Ini Genjot Ekonomi Sumbar

Lima Lapangan Usaha Ini Genjot Ekonomi Sumbar



TanjakNews.com, Padang -- Selama periode 2016-2020, rata-rata Perekonomian Sumatera Barat tumbuh 3,8 persen pertahun. Sebenarnya, selama tahun 2016-2019 rata-rata pertumbuhan ekonomi cukup bagus, berkisar 5 persen setiap tahunnya . Namun pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia semenjak Maret 2920, berdampak kepada penurunan aktifitas ekonomi. Sehingga pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terkontraksi (minus) 1,6 persen. 

Bagaimana potret pertumbuhan ekonomi Sumbar pada rentang 2016-2020?  Berikut analisa Indra Gusnady mengenai hal ini: 


TINJAUAN KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2020

Oleh; Indra Gusnady


Pendahuluan

Salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah adalah Perhitungan Produk Domestik Regional (PDRB) yang dikeluarkan oleh BPS. PDRB merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah/daerah. Kita bisa melihat Volume Nilai Tambah Produksi Daerah, struktur ekonomi daerah, laju pertumbuhan baik secara agregat maupun berdasarkan lapangan usaha, PDRB Perkapita dan sebagainya.

Tulisan ini  pertama, menjelaskan angka-angka statistik PDRB  Provinsi  Sumatera Barat Tahun 2020. Kedua, memberikan pembahasan dan analisa terhadap Kinerja perekonomian Sumatera Barat selama kurun waktu 5 tahun (2016-2020) dan upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan perekonomian Sumatera Barat ke depan.
---------

Pembangunan ekonomi

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional.

Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.

Salah satu tools untuk mengevaluasi kinerja  pembangunan ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahunnya.

Struktur Ekonomi


Besarnya peranan berbagai lapangan usaha ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa sangat menentukan struktur  ekonomi suatu daerah. Struktur ekonomi  menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap kategori lapangan usaha.

Selama lima tahun terakhir (2016-2020) struktur perekonomian Provinsi Sumatera Barat, didominasi oleh 5 kategori lapangan usaha. yaitu : 

1. Pertanian, kehutanan dan perikanan;
2. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; 
3. Transportasi dan pergudangan;
4. Konstruksi; 
5. Industri pengolahan

Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2020 dihasilkan oleh lapangan usaha :

1. Pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 22,38 persen (angka ini meningkat dibanding tahun 2019 yang kontribusinya 22,15 persen).
2. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, yaitu mencapai 15,76 persen (angka ini menurun dari 15,78 persen di tahun 2019). 
3. lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 10,44 persen (mengalami penurunan dari 12,60 persen di tahun 2019 ), 
4. Konstruksi sebesar 10,19 persen (angka ini mengalami peningkatan dari 10,09 persen di tahun 2019). 
5. Industri pengolahan sebesar 8,64 persen (angka ini mengalami peningkatan dari 8,38 persen di tahun 2019).

Di antara kelima lapangan usaha tersebut di atas, 2 di antaranya mengalami penurunan kontribusi saat pandemi Covid-19 yaitu: lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor;  dan transportasi dan pergudangan. tiga lainnya, cenderung mengalami peningkatan.


Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. 

Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu setahun.

Selama tahun 2020 Provinsi Sumatera Barat mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar -1,60 persen. Untuk pertamakalinya dalam sepuluh tahun terakhir ini, mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi (minus).

Kontraksi PDRB ini disinyalir sebagai dampak pandemi CoVID-19 yang dimulai semenjak bulan Maret 2020, semenjak diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi paling dalam adalah lapangan usaha transportasi & pergudangan ; penyediaan akomodasi & makan minum serta jasa lainnya. Tiga lapangan usaha ini mengalami kontraksi pertumbuhan di atas 2 digit

Lapangan usaha transportasi & pergudangan mengalami kontraksi (minus) sebesar 16,10 persen sedangkan pada lapangan usaha penyediaan akomodasi & makan minum mengalami kontraksi (minus) sebesar 15,95 persen. Sedangkan lapangan usaha lain yang cukup tinggi adalah jasa lainnya yaitu sebesar -10,10 persen; Pengadaan listrik dan gas sebesar -6,81 persen. Sementara tujuh lapangan usaha lainnya terkontraksi di bawah 4 persen. Hal ini disebabkan menurunnya aktivitas ekonomi pada masa pandemi Covid-19 ini. 

Di antara yang mengalami kontraksi, tetap ada enam lapangan usaha yang masih mengalami pertumbuhan positif. Terdapat dua lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi dan justru mengalami pertumbuhan lebih dari tahun 2019, yaitu;

- Lapangan Usaha Informasi dan 
Komunikasi. 

Lapangan kerja ini mengalami pertumbuhan sekitar 9,76 persen pada tahun 2020, lebih tinggi dari tahun 2019 yang sebesar 8,73 persen. Peningkatan pertumbuhan pada lapangan usaha ini dipicu karena kebijakan PSBB atau  yang sejenisnya. Masyarakat diharuskan untuk bekerja, kuliah dan sekolah melalui daring yang tentu saja membutuhkan internet. Bertambahnya pengeluaran setiap keluarga untuk membeli "kuota" data internet.

 - Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial .

Ini juga mengalami pertumbuhan sekitar 8,83 persen pada tahun 2020, lebih tinggi daripada tahun 2019 yang sebesar 7,54 persen. Hal ini dikarenakan karena kebijakan permerintah fokus pada penanganan pandemi Covid-19  terutama di bidang kesehatan dan bantuan sosial ke masyarakat.

Lapangan usaha yang masih bertumbuh pada tahun 2020 selanjutnya adalah  jasa pendidikan yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,03 persen. Lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar 7,94 persen. Hal ini termasuk wajar karena kebijakan belajar tidak dihentikan namun diubah menjadi daring. Lapangan usaha [ertanian, kehutanan & perikanan sebesar 1,19 persen; Jasa keuangan & asuransi sebesar 1,34 persen; dan real estate sebesar 0,22 persen.


Pendapatan (PDRB) Per kapita


Salah satu indikator tingkat kemakmuran suatu penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari PDRB per kapita, yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Meskipun angka ini bersifat agregat, angka PDRB per kapita ini bisa dijadikan pendekatan untuk mengukur tingkat pendapatan rata-rata penduduk perkepala di suatu daerah. 

Selama periode 2016-2020, terjadi peningkatan PDRB per kapita Provinsi Sumatera Barat dengan rata-rata pertumbuhan 2,63 persen pertahun. Namun, pada tahun 2020 mengalami kontraksi (minus) 2,63 persen.

Besaran PDRB per-kapita (penduduk) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2020 (berdasarkan harga berlaku) sebesar 44,03 juta rupiah. Mengalami penurunan 1,18 juta rupiah dari PDRB Perkapita 2019 tahun 2019 yang sebesar 45,21 juta rupiah.

PEMBAHASAN

Struktur Ekonomi Tahun 2016-2020


Struktur perekonomian Sumatera Barat dapat terlihat dari lima lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB. 

Berikut perkembangan kontribusinya dari tahun 2016-2020:

1. Pertanian, kehutanan dan perikanan, kontribusinya sebesar 24,06 persen pada tahun 2016 dan menjadi 22,38 persen pada tahun 2020 (turun sebesar 1,68 persen).

2. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, kontribusinya sebesar 14,76 persen pada tahun 2016 dan menjadi 15,76 persen tahun 2020 (naik sebesar 1 persen).

3. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar, kontribusinya sebesar 12,46 persen pada tahun 2016 dan menjadi 10,66 persen tahun 2020 (turun sebesar 2,02 persen)

4. Konstruksi, kontribusinya sebesar 9,29 persen pada tahun 2016 dan menjadi 10,19 persen tahun 2020 (naik sebesar 0,9 persen)

5. Industri pengolahan, kontribusinya sebesar 10,09 persen pada tahun 2016 dan menjadi  8,64 persen tahun 2020 (turun sebesar 1,45 persen).

Kelima lapangan usaha ini, pada tahun 2016 memberikan kontribusi sebesar 70,66 persen terhadap PDRB dan sebesar 67,42 persen tahun 2020 (turun 3,25 persen).

Penurunan kontribusi lima lapangan usaha terbesar ini, bisa terjadi karena meningkatnya produksi lapangan usaha lain sedangkan produksi lima lapangan usaha terbesar sudah berada pada produksi optimal. Atau, produksi lapangan usaha lain meningkat sedangkan lima lapangan usaha terbesar peningkatannya belum pada produksi optimal. Pergeseran kontribusi ini, akan terlihat dan terkait  dengan laju pertumbuhan masing-masing lapangan usaha.

2. Pertumbuhan Ekonomi tahun 2016-2010


Selama periode 2016-2020, rata-rata perekonomian Sumatera Barat tumbuh 3,8 persen pertahun. Sebenarnya, selama tahun 2016-2019 rata-rata pertumbuhan ekonomi cukup bagus, berkisar 5 persen setiap tahunnya . Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia semenjak Maret 2920, berdampak kepada penurunan aktifitas ekonomi,  sehingga pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terkontraksi (minus) 1,6 persen. Kontraksi pertumbuhan pada tahun 2020 inilah yang menyebabkan menurunnya pertumbuhan rata-rata pertahun selama periode 2016-2019.

Jika ditinjau dari masing-masing 17 lapangan usaha yang dikelompokkan dalam PDRB, terdapat delapan lapangan usaha yang mencapai pertumbuhan rata-rata pertahun selama periode 2016-2020,  yang melebihi pertumbuhan rata-rata PDRB, yaitu :
1. Informasi dan komunikasi, sebesar 9,03 persen
2. Jasa pendidikan 7,59 Persen.
3. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial, 7,54 persen.
4. Konstruksi, sebesar 5,28 persen
6. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sebesar 5,01 persen.
6. jasa lainnya, sebesar 4,51 persen.
7. Adm  pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial , sebesar 4,33 persen
8. Real estate, sebesar 4,30 persen

Berdasarkan data ini terlihat bahwa, hanya dua, dari lima lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun melebihi dari pertumbuhan rata-rata pertahun total PDRB. 

Tiga lapangan usaha yang berkontribusi besar terhadap PDRB lainnya, mencapai pertumbuhan rata-rata pertahun di bawah pertumbuhan rata-rata pertahun PDRB selama periode 2016-2020, antara lain:

1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,35 persen.
2. Industri pengolahan sebesar 0,81 persen 
3. Transportasi dan pergudangan sebesar 1,98 persen.

Ketiga lapangan usaha tersebut di atas, secara bersama memberikan kontribusi sebesar 41 persen dari Total PDRB. Jika dilakukan upaya-upaya untuk peningkatan pertumbuhan lapangan usaha, akan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pertumbuhan PDRB secara agregat, dibandingkan lapangan usaha lainnya. Apalagi, kelompok lapangan usaha ini, lebih melibatkan masyarakat dan kuat dugaan memberikan multiplier effect yang lebih besar terhadap pertumbuhan lapangan usaha lainnya.

Berdasarkan bahasan tersebut di atas, ada optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat ke depan bisa lebih meningkat, antara  lain melaui;

1. Optimalisasi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Lapangan usaha ini merupakan penyumbang terbesar PDRB Provinsi Sumatera Barat. Peningkatan produksi usaha pertanian, kehutanan, perikanan bisa dilakukan melalui peningkatan luas panen, diversifikasi usaha dan penerapan teknologi usaha tani dan perikanan. 

2. Pengembangan industri berbasis produk pertanian, perkebunan dan perikanan (agroindustri), akan memberikan peningkatan nilai tambah, dan peningkatan produksi lapangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lapangan usaha industri pengolahan.

3. Pengembangan industri pengolahan (manufaktur) berbasis UMKM dan kandungan lokal. Hal ini masih memungkinkan, mengingat masih rendahnya pertumbuhan lapangan usaha ini selama periode 2016-2020. Potensi, ada.

4. Pengembangan industri kepariwisataan, memberikan multiplier effect kepada beberapa lapangan usaha terkait seperti: lapangan usaha akomodasi, makan minum; transportasi dan perdagangan; dan lainnya tergantung jenis kepariwisataan yang dikembangkan.



Data Diolah dari, PDRB Sumatera Barat Menurut Lapangan Usaha 2016-2020, BPS,2021.

* Padang Panjang, Mei 2021







Tags