News Breaking
Live
update

Breaking News

Foto Air Mantjoer Lembah Anai 1892

Foto Air Mantjoer Lembah Anai 1892




tanjakNews.com, Historia -- Foto ini merupakan hasil jepretan seorang fotografer terkenal yaitu C. Nieuwenhuis pada bulan Desember 1892. Sekarang merupakan koleksi dari KITLV di Leiden, Belanda. 

Teks pada laman KITLV yang mengiringi foto ini adalah: Jembatan beratap dari Perkeretaapian Negara di pantai barat Sumatra di Lembah Anai dengan latar belakang saat banjir air terjun besar "Air Mantjoer" pada bulan Desember. 

Perhatikan bahwa pada saat itu jembatan diberi atap. Ini mungkin berguna untuk orang berteduh saat hujan, mengingat kendaraan yang ada pada saat itu adalah kuda (selain kereta api). 

Yang berkelok mulus di bagian atas, adalah jalan kereta api. Sedangkan jalan raya hanya sepenggal. 

Dari jembatan beratap, jalan itu sepertinya lenyap. Mungkin sebagian besar adalah jalan setapak atau malah belum ada. Hal ini karena jalan kereta apilah yang lebih dahulu dibangun oleh Belanda pada akhir abad ke-19 sebelum membenahi jalan raya antara Padang-Bukittinggi. 

Yang menarik lagi adalah bahwa Belanda ikut menyebut air terjun itu dengan nama Air Mancur. Padahal sebenarnya nama itu kurang tepat. Air Mancur mestinya menyembur dari bawah, kan? Selanjutnya terbaca juga bahwa pada masa itu belum ada yang namanya cuaca ekstrim. Buktinya banjir besar masih bulan Desember. Masih sesuai pakem. Bulan ber-ber-ber artinya harus siap-siap dengan ember!

Lembah Anai, sebelum ada jalur kereta api {akumassa.org]


Lembah Anai merupakan jalur utama yang menghubungkan kota kawasan ‘atas’ (darek) seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Batusangkar, Padangpanjang dan Solok dengan kota di kawasan ‘bawah’ (rantau atau pasisia) seperti Pariaman, Lubukbasung, Padang dan Painan. 

Jalur ini juga merupakan jalur awal perekonomian di Sumatera Barat untuk mengangkut hasil pertanian dari kawasan ‘atas’ ke ‘bawah’ dan hasil laut dari kawasan ‘bawah’ ke ’atas’. Akan pentingnya jalur ini, maka Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api sebagai sarana transportasi. 

Peresmian jalur kereta api Padangpanjang pertama kali, tahun 1895.


Setelah didirikannya PT Semen Padang pada tahun 1910, kereta api juga digunakan untuk mengangkut batubara dari Ombilin ke Padang.

Peneliti kereta api Sumbar, Aulia Rahman dalam buku Menikam Jejak Kereta Api di Sumatera Barat menyebutkan, pada awalnya pembangunan rel kereta api dilakukan untuk membawa hasil pertanian dari pedalaman Minangkabau ke Kota Padang.

Akan tetapi rencana tersebut berubah dengan ditemukannya batu bara di daerah Ombilin. Temuan tersebut berangkat dari laporan seorang geolog berkebangsaaan Belanda, W.H. de Greve pada tahun 1871 dengan judul ‘Het Ombilien-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het transportstelsel op Sumatra’s Westkust’.

Menimbang besarnya potensi keuntungan yang dihasilkan dari mengeksplorasi batu bara, maka Belanda rela mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menyiapkan berbagai sarana prasarana, mulai dari aktivitas pertambangan hingga alat transportasi.


Stasiun Padangpanjang tahun 1880-1900.



Orang-orang tua dahulu tidak akan lupa kenangan pahit pada 28 Juni 1926, di mana gempa sebesar 7,8 SR pernah melanda Padangpanjang dan sekitarnya. Konon saat itu sudah ada cerita turun-temurun yang beredar di masyarakat tentang dashyatnya gempa tersebut. Digambarkan setelah terjadi gempa, seluruh telur ayam menjadi katimalangan (tidak bisa menetas dan membusuk dalam cangkangnya).


Stasiun Padangpanjang setelah gempa tahun 1926.





Oce Satria
Sumber:Group MASA HINDIA BELANDA (Nederlands-Indië)Fb/akumassa.org/langgam.id

Tags