Fatrihayani: Menyambut Ekonomi Sumbar di Tahun 2023
Oleh Fatrihayani (MPP ICMI Pusat)
DI BERBAGAI media, menggambarkan ekonomi di tahun 2023 masih digelayuti kabut gelap ketidakpastian. Sebagai impak dari inflasi global yang masih tinggi, perlambatan, bahkan resesi global serta kebijakan moneter ketat di negara-negara ekonomi maju.
Berbagai metafora dan narasi superlatif tentang kecemasan di tahun 2023 terpublikasi. Badai yang sempurna atau The Perfect Storm, adalah metafora yang diasosiasikan pada kondisi ekonomi di tahun 2023
Namun badai pasti berlalu, begitulah cara kita keluar dari badai ketidakpastian? Apa yang dituahkan Anthony Robbins ada benarnya, “Where focus goes, energy flows.” Yang kita butuhkan hanyalah fokus, energi akan menyertai.
Begitupun menghadapi ekonomi di tahun 2023, kita hanya perlu fokus, pada sektor-sektor yang mampu menavigasi ekonomi di tahun 2023 agar tetap stabil (pro stable) dan bertumbuh (pro-growth). Begitu pula tentang ekonomi Sumbar di tahun 2023.
Di harian Bisnis Indonesia Edisi 26 Desember 2022, merilis berita yang menarik, JURUS SUMBAR KEREK PORSI SEKTOR PARIWISATA. Saya melihat ini sebagai hal yang on the right track. Kenapa? Inilah core business Sumbar sesungguhnya.
Kita memiliki aneka budaya dan legacy kearifan. Bertumbuhnya ekonomi kreatif di masa yang akan datang, adalah basis dan modal pertumbuhan di tahun 2023. Yang dibutuhkan adalah investasi pemerintah dan swasta, agar menjadi core business daerah.
Kearifan lokal serta berbagai derivasi heritage, adalah sektor ekonomi yang potensial. Hingga kuartal III 2022, komponen yang berkaitan dengan sektor ini pertumbuhan cukup ekspansif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumbar, bila dibandingkan dengan kuartal II 2022, menurut data BPS.
Berdasarkan data BPS, secara tahunan, sektor Akomodasi dan Mamin, mengalami pertumbuhan 22,97% (year on year/yoy) terhadap PDRB menurut lapangan usaha. Lebih tinggi dari 17 sektor lainnya.
Secara sederhana, dapat dikatakan, bahwa inilah sektor utama yang menggerakan PDRB Sumbar atau sebagai prime mover ekonomi Sumbar. Dus, sektor pariwisata beserta sub sektornya, adalah proksi ekonomi yang punya multiplier effect karena karakteristiknya yang padat karya.
Rencana Pemprov Sumbar di tahun 2023, dengan menarget 8,2 juta visitor ke Sumbar adalah langkah patut didukung. Karena impaknya, akan menggerakan ekonomi berbasis UMKM dari dalam sektor pariwisata. Sektor jasa pun akan bertumbuh disini.
Di kuartal III 2022, ekonomi Sumbar tumbuh 4,54% (yoy). Memang cenderung melambat, bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021, sebesar 5,08%. Namun overall, ekonomi sumbar tumbuh melewati masa pra-pandemi sebesar -4,94% di kuartal 2 2020, -2,93% di kuartal 3 2020, -2,24% di kuartal 4 2020 dan -0,15% di kuartal 1 2021.
Dengan pertumbuhan ekonomi Sumbar di kuartal III 2022 sebesar 4,54%, menandakan ekonomi Sumbar persisten di jalur pemulihan dan terus mengekspansi. Bukan tak mungkin tumbuh menyentuh 5% di tahun 2023, sebagai ramalan BI perwakilan Sumbar, bila core business daerah benar-benar digerakan.
Berbagai even seperti balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) 2023 dan even lainnya, adalah strategi untuk menggerakan sektor pariwisata Sumbar. Pemprov Sumbar hanya perlu memberikan insentif, agar sektor ini mengalami recovery dan dapat ekspansi secara akseleratif. Tentu disertai dengan dukungan perbankan serta institusi pembiayaan, agar sektor jasa dalam pariwisata Sumbar dapat bertumbuh lebih menggeliat di Sumbar.
Diversifikasi ekonomi, adalah kebijakan yang on the right track. Menimbang, seiring melambatnya ekonomi global, maka permintaan terhadap ekspor komoditas akan melandai. Namun bila daerah-daerah seperti Sumbar, mampu menggerakan core business daerah secara optimal, maka tak mungkin, ekonomi Sumbar akan cenderung resilien dan mampu berkontribusi terhadap kinerja ekonomi nasional. Semoga**