Reog Obyok, Lahir dari Pembatasan
tanjakNews.com, PONOROGO - Belasan grup menampilkan kesenian reog secara massal bertema Pentas Reog Obyok di Lapangan Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Jum'at (18/8/2023).
Pertunjukan Reog Ponorogo di luar festival atau disebut Reog Obyog itu menampilkan 19 Dadak Merak lengkap dengan penari Jathilan dan Bujang Ganong dari kelompok kesenian reog dari 19 Desa di Kecamatan Bungkal.
Pertunjukan kesenian Reog Obyok secara massal tersebut dalam rangka peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI.
Reog Ponorogo dalam pementasannya sendiri dibagi menjadi dua, yakni Reog Festival (Reog yang dikemas secara apik, serta terdapat koreografi, dan alur cerita).
Reog Festival hanya ditampilkan pada event besar seperti Festival Nasional Reog Ponorogo, penyambutan tamu besar, hari jadi Kabupaten Ponorogo, serta event besar lainnya yang bersangkutan dengan pemerintah daerah Ponorogo.
Sedangkan Reyog Obyok lebih sederhana, tidak melibatkan penari terlalu banyak, karena sifatnya yang lebih bermasyarakat.
"Kalau Reyog Festival itu lebih mewah mas, sedangkan Reog Obyok lebih simple karena tidak memerlukan alur cerita," ungkap Sunarji (62) seorang seniman Reog seperti dikutip folkpop.co.
Reog Obyok hanya memerlukan tari Bujangganong, Jathil (prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog) dan Singo Barong (Dadak Merak). Dadak merak adalah topenyang digunakan dalam tarian Reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram
Konon, sekitar tahun 1985-an Reog Obyok lahir karena pada saat itu para seniman Reog merasa terbatasi perihal kreatifitas mereka, serta job pementasan Reog yang menurun akibat penetapan pakem penampilan Reog Ponorogo oleh pemerintah daerah.
Akhirnya, para seniman Reog berinisiatif untuk membuat satu pertunjukan Reog lain yang dikemas secara lebih sederhana, bisa dinikmati oleh masyarakat di manapun dan kapanpun.
Camat Bungkal, Siti Hanifah menjelaskan, pertunjukan reog ini diniatkan menjadi hiburan bagi warga di wilayah Kecamatan Bungkal.
"Pertunjukan Reog Obyok kolosal ini tujuannya untuk memberi hiburan kepada masyarakat dalam memperingati HUT ke-78 Kemerdekaan," tutur Siti Hanifah.
Ia mengapresiasi antusiasme tinggi masyarakat Kecamatan Bungkal untuk menonton kesenian tradisional asli Ponorogo ini. "Para warga bahkan sampai memadati area lapangan dan rela berdesakan," paparnya.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyebut penampilan bareng belasan grup Reog itu sebagai sendratari besar untuk tingkat Kecamatan. Tak ubahnya penampilan Reog di Panggung Utama Alun-Alun bersamaan berlangsungnya Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Festival Reog dan Reog Obyog adalah bagian evolusi dari perkembangan budaya yang setiap masa mengalami pembaruan.
Pesona Reog Obyog tetap memukau. Masyarakat antusias menyaksikan sendratari yang melibatkan belasan dhadhak merak dengan jumlah penari sebanyak angka 200 orang itu. Penonton membuat kalangan (lingkaran) rapat tanpa sekat saat menyaksikan pentas Reog Obyog.
"Ketika gong dan kendang ditabuh (dipukul) dan bunyi srompet melengking, masyarakat langsung datang berbondong-bondong. Itulah kekuatan Reog Ponorogo yang dapat mengumpulkan massa dalam jumlah besar," beber Kang Bupati. (Oce/Muh Nurcholis)