News Breaking
Live
update

Breaking News

Mencermati Kebijakan Energi Dua Kandidat Presiden Amerika Serikat

Mencermati Kebijakan Energi Dua Kandidat Presiden Amerika Serikat



Oleh: Arcandra Tahar

SAHABAT energi yang Budiman,
Pada bulan November 2024 Amerika Serikat (AS) akan kembali mengadakan pemilihan umum (Pemilu) untuk memilih presiden baru periode 2025-2028. Partai Republik mengusung mantan Presiden Donald Trump sementara Partai Demokrat kemungkinan besar mengajukan Wakil Presiden saat ini Kemala Harris.

Bagaimana dampak kebijakan energi AS jika salah satu kandidat memenangkan pemilihan? Memang tidak ada yang tahu persis kebijakan apa yang akan diambil, tapi paling tidak ada beberapa petunjuk yang mungkin bermanfaat untuk kita analisa.

Sejauh ini baik Trump maupun Harris memiliki pandangan dan strategi pengelolaan sumber daya alam yang saling bertolak belakang. Partai Republik selama ini konsisten mendukung isu-isu yang berkaitan dengan nilai-nilai konservatif seperti penggunaan energi fossil, pelarangan aborsi dan kepemilikan senjata api. 

Sebaliknya, Partai Demokrat sangat mendukung isu-isu kekinian seperti perubahan iklim, energi terbarukan dan perdamaian dunia. 

Bagaimana jika Trump kembali memimpin AS? Sebagai presiden maka kebijakan energi dia untuk empat tahun ke depan adalah memperioritaskan produksi oil and gas. Dalam acara convention bulan Juli ini, Trump mengatakan bahwa AS harus mengusahakan pengelolaan sumber daya alam mereka terutama oil and gas untuk diproduksikan secara maksimal. 

Selain untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri, juga untuk kebutuhan dunia. Saat ini AS merupakan produsen minyak terbesar di dunia mengalahkan Arab Saudi dan Rusia.

Selanjutnya, Trump akan memotong pengeluaran yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mengurangi emisi gas karbon. Dana-dana ini nantinya akan dialihkan untuk membangun proyek infrastruktur seperti jalan, bendungan dan jembatan.

Satu hal yang sangat mencengangkan dari rencana Presiden Trump kalau terpilih adalah mengakhiri mandat penggunakan kendaraan listrik ke depan. Salah satu alasan Trump adalah untuk melindungi industri otomotif AS dari serbuan kendaraan listrik dari China.

Kalau kita cermati lebih dalam, tiga kebijakan Presiden Trump dibidang energi di atas tentu sangat bertolak belakang dengan usaha-usaha berbagai pihak dalam masa transisi ini. 

Perubahaan iklim akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan kelihatannya belum menjadi fokus pemerintahan AS kalau dipimpin oleh Presiden Trump. Pertumbuhan eknomi yang ditopang oleh kebijakan yang berbasis energi fosil akan mewarnai AS untuk empat tahun ke depan.

Bagaimana kebijakan energi AS kalau Kemala Harris menjadi Presiden? Kemungkinan besar kebijakan dia akan fokus pada penggunaan energi non-fosil atau energi terbarukan. Insentif-insentif pajak untuk pemakaian energi rendah karbon yang selama presiden Biden sudah diberlakukan akan lebih didorong lagi. 

Seperti kita tahu Wapres Harris adalah mantan Attorney General untuk negara bagian California yang sangat anti energi fossil. Di tahun 2019 sewaktu kampanye untuk menjadi kandidat wapres mendampingi Biden, ia mengusulkan untuk melarang teknologi hydraulic fracturing (fracking) digunakan untuk shale oil dan shale gas. Dapat dibayangkan kalau rencana ini terjadi maka produksi oil and gas AS akan menurun sangat tajam dan bisa mengancam ketahanan energi AS.

Selain itu Wapres Harris kemungkinan akan memberlakukan pelarangan penjualan mobil yang berbahan bakar fosil pada tahun 2035. Kebijakan ini sangat bertolak belakang dengan Presiden Trump yang mendorong penggunaan mobil berbahan bakar fosil.

Yang paling mengkhawatirkan adalah pelarangan ekspor LNG untuk project baru oleh presiden Biden sejak Januari 2024. Dalam masa transisi ini, sumber energi yang relatif lebih bersih adalah gas bumi. Dengan pelarangan ini, project-project LNG yang sudah direncanakan bisa tertunda dan bahkan bisa batal. Hal ini tentu akan mengganggu supply dan demand LNG untuk 30 tahun kedepan yang berakibat pada tidak terkendalinya harga.  

Apakah Wapres Harris akan melanjutkan kebijakan Presiden Biden ini? Ini yang perlu kita cermati. Semoga menambah wawasan kita bersama.


Diskusi ini dapat diikuti pada Instagram @arcandra.tahar 

Tags