News Breaking
Live
update

Breaking News

Semburan Abu Marapi, Harga Sayuran Anjlok, Petani Minta Perhatian Pemprov Sumbar

Semburan Abu Marapi, Harga Sayuran Anjlok, Petani Minta Perhatian Pemprov Sumbar

Aktivitas Gunung Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi Marapi yang berada di Jalan Prof. Hazairin No. 168 Bukittinggi. (TNCM/tanahdatar.go.id)


tanjakNews.com, AIE ANGEK -- Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam Sumatera Barat (Sumbar), erupsi (meletus) pada Kamis (7/11/2024) pagi. 

Letusan itu membuat semburan abu vulkanik membubung setinggi 500 meter dari atas puncak.

Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Marapi mencatat letusan terjadi pukul 06.20 WIB.

"Telah terjadi erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat pada tanggal 7 November 2024 pukul 06.20 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 500 meter di atas puncak," sebut petugas PGA Marapi, Ahmad Rifandi, dalam keterangan tertulis.

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan tingkat aktivitas G. Marapi dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung dari tanggal 6 November 2024 pukul 15:00 WIB, dengan rekomendasi antara lain; masyarakat di sekitar Gunung Marapi tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) Marapi.

Kemudian masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

Salah seorang warga Nagari Aie Angek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Hafidz mengaku prihatin dengan kondisi khususnya kehidupan para petani pada kondisi saat ini. Ia menyesalkan Pemerintah Sumatera Barat tidak menyiapkan langkah jitu  untuk membantu para petani sayuran di kawasan Kecamatan X Koto, terkait harga komoditas hasil petani.

Anjloknya harga sayur, kat Hafidz, terus terjadi sehingga petani selalu menanggung kerugian yang besar.

"Apalagi saat sekarang ini dengan kondisi erupsi Gunung Marapi, petani menjadi sulit untuk menjalankan akivitas hasil panennya dan ditambah harga komoditasnya yang kian tidak ada kejelasan," keluhnya.

Hafidz meminta Pemprov Sumbar ikut memikirkan solusi mengatasi harga sayuran petani. Karena selama ini patokannya hanya ditentukan tengkulak.

"Kami masyarakat petani meragukan nasib kami ke depan," kata Watdy Masra, warga Aie Angek lainnya.

Terkait erupsi Marapi, pada Maret 2024 lalu Pemprov Sumbar sudah melaporkan kondisi wilayah dan pertanian akibat erupsi Marapi

Dilansir dari Harian Singgalang, tercatat hampir 8.000 haktere lahan pertanian hortikultura dan padi di Tanah Datar, Agam dan Padang Panjang, terkena dampak erupsi Marapi. Sebagian besar tanaman puso.Terparah tentu saja di Tanah Datar. Gubernur Sumbar sudah melaporkan kodisi terkini kepada Menteri Pertanian. 

Laporan sudah dibuat 13 Maret 2024 lalu. Dalam surat dan bundel yang sama dilaporkan juga derita rakyat akibat dihantan banjir yang luas di Sumbar.

Menurut Gubernur, sebagaimana disampaikan Kepala Biro Adpim Pemprov, Mursalim, di Padang Rabu (3/4/2024), pemerintah terus berkomunikasi dengan Jakarta. Kerugian petani yang kian hari terus bertambah

Dilaporkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang, terjadi kegagalan panen tanaman pangan dan hortikultura akibat semburan abu vulkanik dan lahar dingin yang menyebabkan kerusakan tanaman, kerusakan lahan dan kerusakan infrastruktur irigasi.

Tiga kecamatan di Agam, yaitu Canduang, Sungai Puar dan Kecamatan Baso, semua 134 kelompok tadi tempat bernaung 22.266 petani. Mereka berada di 8 nagari dengan luas lahan 294 ha. Kerugian Rp1,2 miliar.

Paling parah Tanah Datar dengan lebih 2000 ha dan lebih 7.000 KK atau sekitar 40 ribu jiwa. Total kerugian petani Rp50 miliar  dialami rakyat Tanah Datar.

Mursalim menyebut, ke depan perlu penguatan kelembagaan ekonomi petani. 

“Petani harus punya Badan Usaha Milik Petani ( BUMP) berdasarkan kawasan yang telah ditetapkn melalui SK Gub No : 525-757-2021 tentang Penetapan Kawasan Tan Perkebunan Tan Pangan dan Tan Hortikultura. Apabila sudah menanam berdasarkan kawasan maka tidak akan terjadi panen serentak/panen raya yang mnyebabkn harga turun, “ katanya.

Selain pembedayaan petani, menurut Mursalim, bagi petani korban erupsi, mesti ada bea siswa.

“Jika anak petani sawit disediakan beasiswa melalui dana SDM Petani Kelapa Sawit dari Badan Pengelolaan Dana Petani Kelapa Sawit pusat, maka untuk anak petani pangan & hortikuktura dapat difasilitasi melalui dana CSR & APBD provinsi," sarannya.

Editor: Oce Satria 

Tags