News Breaking
Live
update

Breaking News

Ajakan Pulang Hamka ke Mahasiswa Indonesia di Mesir 1971

Ajakan Pulang Hamka ke Mahasiswa Indonesia di Mesir 1971




Datang ke Mesir untuk beladjar dan mari pulang untuk membangun.

MESKIPUN kita membanggakan setinggi langit bagaimana peranannja Al-Azhar di Mesir ini jang kini hampir berusia 2.000 tahun itu, tapi kita dapat djuga berbangga hati bahwa Indonesia adalah pelopor dalam pendidikan Wanita Islam.

Demikian Prof. Dr. Hamka dalam suatu tjeramahnja di depaп masjarakat Indonesia baru2 ini (31 Djuli 1971) bertempat di Wisma Indonesia Kairo, sewaktu singgah sekembalinja dari Aldjazair.

Keinginan beladjar ke Mesir

Hamka mentjeritakan bahwa waktu zaman Belanda dulu bahkan sampai sekarang, kalangan pemuda Indonesia belum merasa puas kalau belum pergi ke Mesir untuk beladjar, Bahkan hal itu djadi tjita² bagi semua bapak jang punja anak untuk mensekolahkan anaknja ke Mesir.

Pun demikian pula bagi peladjar puterinja. Hal ini telah dipelopori oleh almarhumah Rahman El-Yunusiah jang telah mengirimkan peladjar Dinijah Puterinja ke Al-Azhar untuk pertama kali.

Dikemukakan oleh Hamka bahwa pada tahun 1956 Sjech Al-Azhar Abdul Racim Tadj jang berkundjung ke Indonesia sempat singgah di Padangpandjang dan menjaksikan anak² puteri beladjar dalam suatu Sekolah Dinijah Puteri, maka tergetarlah hatinja untuk men. dirikan sekolah serupa di Mesir.

Tahun 1957 Rahman El Yunusiah, pemimpin Sekolah Dinijah Puteri Padangpandjang diundang ke Mesir sebagai tamu Pemerintah. Tahun 1964 barulah dibuka setjara resmi Kulliah El-Banat El-Islamijah sebagai suatu Fakultas dari Al-Az-har University. Dan sebagai mahasiswi pertamanja dikirimkanlah puteri Indonesia, Malaysia dll.

Hamka mengomentarinja bahwa tidak selalu kita harus mengikuti Al-Azhar atau ke Mesir ini, tapi mereka djuga perlu menerima dan beladjar dari kita. Dikemukakan oleh Hamka bahwa Mesir adalah negara jang terkuat Timur Tengah. Mesir jang memelopori pergerakan kemerdekaan baik sekarang ataupun sedjak zaman Rasulullah dan sahabatnja. Empat negara jang terkenal sewaktu sahabat Rasulullah berdjuang jaitu Mesir, Iraq, Sjam (Syiria), dan Afrika Utara.

Sampai hari inipun Mesir tidak luput dari perhatian dunia. Dalam sedjarah Islam Mesir adalah mendjadi pertahanan terachir ketiza bangsa Mongol dan tartar menaklukkan dunia Islam. Di Mesir inilah Salahuddin Al-Ayubi mengatur rentjana perang Salib untuk mengembalikan Palestina sebagai suatu negara jang berdaulat.

Mesir sebagai harapan

Selandjutnja Dr. Hamka mendjelaskan bahwa Mesir adalah djadi suatu pengharapan bagi negara² Arab lainnja sebagai suatu negara jang besar dan kuat baik dalam bidang pertahanan ataupun dalam bidang pendidikan dan pembangunan, Saudara mahasiswa dan peladjar Indonesia jang tingal di sini adalah sangat penting artinja, karena djalinan hubungan kebudajaan jang erat terutama hubungan seagama, demikian Hamka.

Ambil langkah dan segera pulang

Dalam tjeramahnją di Wisma Indonesia Kairo itu, lebih djauh Dr. Hamka memesankan agar bagi siapa jang telah menjelesaikan studinja di Mesir ini, segeralah kembali ke tanah air. Ajunkanlah langkah, tanah air jang luas menunggumu, Demikian ungkapan Hamka dalam bahasanja jang chas itu.

Dalam hal keberatan bagi mahasiswa jang tidak hendak ingin pulang, Hamka berkata, tidak usah ragu, jang penting adalah keberanian untuk hidup. Djika sudah ragu, pasti tidak akan bisa melangkah ke muka, ibaratnja seperti duduk di atas menara gading. Tidak ada jang akan menganggur bila saudara sudah berada di tanah air. Apatah lagi djiwa Pemerintah sekarang adalah djiwa pembangunan.

Tapi pembangunan belum lagi di segala bidang, baru mulai dan karenanja segala tenaga perlu. Kewadjiban saudaralah untuk mengisinja. Kalau tidak ada lapangan pekerdjaan pada pemerintahan, pada swasta banjak sekali. Diakui oleh Hamka bahwa memang sudah banjak sardjana2 jang menganggur di Indonesia, tapi sardjana dari Mesir ini asal mempunjai initiatif tidak akan sampai menganggur pula.

Menjampaikan nasehatnja kepada peladjar Indonesia di Mesir itu Dr. Hamka mengemukakan, bagaimanapun djuga karena niat dulu datang ke Mesir adalah untuk beladjar dan untuk pembangunan negara, maka mau tidak mau saudara tentu akan pulang djuga ke tanah air. Niat keluar negeri adalah untuk beladjar, maka pahit dan getirnja adalah tanah air sendiri katanja. (*)



Demikian pembantu MA Ulharbi Salim memberitakan dari Kairo. 



Dilansir dari Majalah Kiblat Nomor 8 September ke II Th XIX - 1971
Judul: Indonesia Pelopor Dalam Pendidikan Wanita Islam

Tags