News Breaking
Live
update

Breaking News

Shah Iran Gelar Peringatan 25 Abad Kerajaan Iran

Shah Iran Gelar Peringatan 25 Abad Kerajaan Iran

Shah Iran sekeluarga. Tampak Ratu Farah (sedang menggendong putri Laila), Putri Farahnaz, dan Putra mahkota Ali Reza

TIGA hal atau peristiwa dalam tahun 1971 ini menjadikan Iran pusat perhatian dunia internasional.

Yaitu, pertama perundingan negara" penghasil minyak di Teluk Parsia dengan kongsi raksasa minyak yang dikampiuni oleh Shahinshah Mohammad Reza Pahlavi Aryamehr mengenai soal kenaikan harga minyak dan pajak beayanya, yang berakhir sukses dengan persetujuan yang tercapai pada bulan Februari lalu.

Kedua, masalah masa depan Teluk Parsia berhubung dengan maksud Pemerintah Inggris untuk menarik pasukannya dari daerah tersebut pada akhir tahun 1971, dan adanya gagasan untuk membentuk federasi yang terdiri dari sembilan Imarat, di samping ada satu dua Imarat yang ingin tetap meng-"gandul"kan diri kepada Inggris. Kesembilan Imarat itu terdiri dari Bahrain, Qatar, Abu Dhabi, Dhubai, Shardjah, Adjman, Um Al-Quwain, Ras Alkhaimah dan Fudjairah. Iran menundjukkan oposisinya terhadap gagasan federasi tersebut, yang dianggapnya sebagai proyek kolonial Inggris yang masih mencoba mempertahankan jejaknya di bagian bumi itu (Teluk Parsia). Di samping tetap mengklaim tiga pulau kecil tapi strategis di muara Selat Hormuz, yang terdiri dari pulau Abu Mussa dari kesultanan Sharjah dan dua pulau Tumb sebelah timur Abu Musa dan dari kesultanan Ras Alkhaimah. Tapi pembentukan federasi sembilan Imarat menghadapi kegagalan berhubung dengan soal susunan kabinet, parlemen dan iuran keuangan, sehingga akhirnya Bahrain pada 14 Agustus 1971 memproklamasikan kemerdekaannya. Qatar juga berbuat serupa. Namun suatu federasi dari enam Imarat masih diusahakan. Pihak Iran di samping menyambut gembira proklamasi kemerdekaan Bahrain dan menjanjikan bantuan keuangan dan jaminan keamanan, tetapi mempertahankan klaimnya terhadap ketiga pulau kecil dan strategis, sehingga tanpa kebijaksanaan kenegaraan dari pihak Arab, Inggris dan Iran, dikhawatirkan timbul hal yang tidak sama diinginkan kelak.

Ketiga, peringatan secara besar-besaran yang akan diadakan pada pertengahan 'bulan Oktober nanti, berhubung dengan genap 25 abad usia dinasti kerajaan Iran, yang mendjadi saksi sejarah dan zaman. Peringatan bersejarah itu akan dilangsungkan di Persepolis, dekat Shiraz, dengan dihadiri oleh sejumlah Raja/Kepala Negara/Pemerintah serta tokoh terkemuka internasional dari empat penjuru dunia.

Tapi baik peranan aktif Iran dalam masalah internasional belakangan ini, maupun penjelenggaraan peringatan hari bersejarahnya secara megah besar-besaran, pada hakekatnya cuma bisa dan mungkin terjadi adalah berkat stabilitas politik dan ekonomi yang dinikmati Iran pada tahun terakhir. Lebih tegasnya adalah sebagai hasil revolusi putih yang dilancarkan sejak Januari tahun 1963 di bawah pimpinan langsung dari Shahinshah, Mohammad Reza Pahlavi Ayamehr sendiri.

Sebab, Iran sebagai negara yang bermazhab Syi'ah dan yang dalam prinsip umum Undang Dasarnya menjebut dalam pasal 1, bahwa "Agama negara adalah Islam sesuai dengan ajaran Dja'farijah yang mengakui duabelas Imam", dan bahwa "Shah harus menganut dan mengembangkan kepercayaan ini", sampai akhir tahun limapuluhan merupakan negara yang sakit di Timur Tengah, akibat pertentangan politik, kegiatan" ekstrim kiri dan ekstrim kanan, serta campurtangan asing. Atau seperti dilukiskan sendiri oleh Shahinshah" sementara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang dengan pesat madju ke pembangunan industri, Iran mengalami masa kemunduran yang paling jelek, yang dimulai sejak dua abad sebelumnya. Sesungguhnya pada tahun 1907, keadaan Iran adalah tenggelam sedemikian rupa sehingga jatuh dalam dua lingkungan pengaruh. Yaitu Rusia di utara dan Inggris di selatan. Selanjutnya jurang perbedaan antara Iran dengan negara yang sudah maju, bertambah lebar. Kemudian, sebagaimana sering terjadi sebelumnya dalam sejarah Iran, suatu keajaiban terjadi. Bangsa Iran yang punya kemampuan dan tekad bangkit menyelamatkan negara dari anarki, bahaya asing dan dominasi feodal. Tapi tugas besar yang membentang di depan tinggal tak terselesaikan.  

"Perang dunia kedua pecah. Iran dengan posisinya yang strategis dan keadaan militernya yang lemah, dikorbankan untuk kepentingan perang. Bukan hanya kemajuan terhenti, bahkan kepentingan politik dan militer asing menciptakan iklim yang sesuai bagi kolone kelima, kaum reaksi, korupsi dan berkembangnya kekuasaan feodal tanpa batas-imbangan". 

Demikian antara lain lukisan Shahinsah mengenai situasi Iran pada masa dia naik takhta pada  16 September 1941, yang kemudian menggambarkan keadaan selanjutnya yang tidak kalah suram, akibat pengaruh asing, pergolakan politik dan merajalelanya kekuasaan feodal yang membikin rakyat Iran hidup merana sengsara.

Revolusi putih dilancarkan

SITUASI dalam negeri yang demikian dan posisi internasional Iran yang bertambah buruk itulah yang menyebabkan Shahinshah sampai kepada kesimpulan, bahwa cuma dengan suatu revolusi yang bertolak-dasarkan pada prinsip yang paling maju dari keadilan dan hak azasi manusia, yang mungkin mengubah bentuk dan wajah Iran serta menjadikannya sebagai negara yang maju. Dan revolusi tidak berdarah yang kemudian dilancarkan melalui proses demokrasi, yaitu dengan hasil referendum tanggal 26 Januari 1963 dan kemudian disebut dengan "Revolusi Putih", menurut Shahinshah, "dapat dilaksanakan dengan bantuan Tuhan dan sokongan sepenuhnya dari rakyat. Sebab, bukan hanya semata sesuai dengan ajaran Islam dan prinsip ting: dari keadilan dan cinta-kasih, tapi juga karena memenuhi hasrat-harapan rakyat".

Iran yang pada waktu ini mempunjai penduduk 30 (tigapuluh) juta jiwa, dan antaranya empat juta jiwa ahli sunnah wal djama'ah, adalah negara yang tiga kali luas Perancis, tapi dengan keadaan bumi yang sangat berbeda. Bagian barat Iran sukar dicapai. Sedangkan bagian selatan, tengah dan timur, sangat kering. Cuma bagian utara di sepanjang pantai laut Kaspia, merupakan daerah hijau, disebabkan banyak turun hujan. Luas tanah 1.645.000 Km², tapi hanya sekitar 30% dapat ditanami. Sejumlah 29 juta hektar terdiri dari tanah rumput, hutan dan kayu, dan cuma 7 juta hektar yang dapat menghasilkan. Sedangkan sejumlah 10 juta hektar lagi masih tandus. Tapi masih terdapat 33 juta hektar dari kualitas pertama, kedua dan ketiga, merupakan tanah yang menunggu tangan penggarap. 

Jumlah hujan tiap tahun rata seratus sentimeter di daerah Kaspia. Tidak lebih dari 20 sampai 40 sentimeter di setengah dari seluruh Iran, dan 10 sentimeter di satu pertiga Iran. Sedangkan di beberapa daerah, seperti Yazd tidak pernah melebihi 6 sentimeter. Tapi setengah dari luas tanah yang dapat ditanami adalah kepunyaan tuan tanah, yang di antaranya ada yang memiliki sampai seluas empatpuluh desa. Tuan tanah tersebut hampir tidak pernah tinggal di perkebunan mereka sehingga kurang perhatian untuk mengadakan perbaikan, baik pertanian maupun keadaan sosial petaninya. Karena sebagian besar mereka tinggal di ibukota Teheran atau di luar negeri. Akibatnya pengusahaan tanah tersebut jatuh ke tangan agen atau wakil mereka yang tidak punya minat, kecuali meng eksploitir kaum tani semata. Perlawanan dari kaum tani yang tidak jarang terjadi, ditindas dengan kekerasan dan tanpa ampun. Shahinshah dalam bukunya menyebut petani yang melawan digantung dalam sumur.

Bukan tidak ada usaha untuk menolong kaum tani itu. Shahinshah sendiri pada tahun 1950 mencoba membatasi pemilikan tanah yang luas, dengan jalan membagikan 2.000 (duaribu) desa milik pribadi dan mahkota kepada kaum tani. Tapi pihak pemerintah yang pada waktu itu dikuasai kaum tuan tanah feodal dan kapitalis merintangi pelaksanaannya. Dan cuma dengan pergantian pemerintahan distribusi tanah kepada kaum tani dapat terlaksanakan. Sehingga undang distribusi tanah yang disahkan pada tahun 1955 baru dapat berlaku tiga tahun kemudian. Bersamaan dengan itu ditentukan pula batas maksimum hak milik tanah bagi tiap orang, yaitu sepuluh hektar buat tanah yang punja irigasi, dan limabelas hektar buat tanah yang tidak punja irigasi. Dengan cara demikian tanah dapat dibagikan kepada sejumlah seratus ribu keluarga petani.

Berapa penghasilan kaum tani Iran pada waktu itu didjelaskan pula oleh Shahinshah. Yaitu hasil pendapatan tahunan petani adalah antara sepuluh dan limabelas ribu rial Iran atau sama dengan 133 sampai 200 US dollar. Sehingga apabila tiap petani rata punya tanggungan keluarga terdiri dari empat orang, maka berarti penghasilan per kapita mereka antara dua sampai tiga ribu rial setahun. Dalam keadaan begitu, Shahinshah bertanya, bagaimana dapat kita terima bahwa tiap petani, isteri dan anaknya harus hidup dengan 250 (duaratus limapuluh) rial sebulan atau sama dengan tiga US dollar tiga-puluh tiga sen?

Dengan latar belakang keadaan demikian dan karena landreform yang diintrodusir Shahinshah, juga disabotir pihak penguasa yang masih dipengaruhi golongan feodal, maka akhirnya Shahinshah keluar dengan prinsip yang kemudian dikenal dengan Revolusi Putih serta dilancarkan mulai Januari 1963, langsung di bawah pimpinannya sendiri.

Tapi oposisi yang dihadapi Shahinshah tidak kecil. Sehingga baik ekstrim kiri dengan partai komunis Tudeh, maupun ekstrim kanan dengan golongan tuan-tanah yang memperkuda agama dengan Ayatullah'nya, dipukul tanpa ampun. Pertai komunis Tudah sudah merupakan partai terlarang. Sedangkan yang ada sekarang, ialah partai jang berorientasi program atau bertujuan melaksanakan prinsip Revolusi Putih. Yaitu Partai Novin, partai pemerintah di bawah pimpinan P.M. Amir Abbas Huveyda yang dalam pemilu bulan lalu keluar dengan kemenangan mutlak. Partai opposisi, Mardom, di bawah pimpinan Prof Yahja Adl. Dan partai Pan Iran di bawah pimpinan Mohsen Pezehkpur yang sesudah pemilu yang baru lalu menjadi partai gurem.

BAGIAN terpenting yang dikehendaki Shahinshah supaja dilaksanakan dalam rangka Revolusi Putih guna mewujudkan keadilan sosial di Iran, diperincikan dalam bukunya "Revolusi Putih" dengan pertama dititikberatkan pada dua landasan pokok. Yaitu (1) memelihara jiwa semangat Islam: dan (2) menjunjung kebebasan pribadi, disebabkan tiap macam eksploitasi yang cuma menguntungkan satu golongan tertentu yang bertentangan dengan kepentingan rakyat banyak, harus dihapuskan. Sedangkan sasaran pelaksanaan ialah landreform, pengaturan hubungan kerja antara kaum pekerja dengan majikan pengusaha agar kaum pekerja tidak merasa dieksploitir, pengakuan dan pemberian hak bagi kaum ibu, melancarkan kegiatan pembanterasan buta huruf agar rakyat tahu membela hakanya, jaminan terhadap penghidupan rakyat dari kemiskinan, penyakit dan kesengsaraan, memajukan kehidupan desa sehingga tidak tercecer dari kemiskinan, penjakit dan kesengsaraan, memajukan kehidupan desa sehingga tidak tercecer dari kehidupan kota, Nasionalisasi sumber kekayaan alam dan industri berat, pertambangan dan sarana yang vital bagi kehidupan rakyat. 

Tapi di samping itu kebebasan dan hak pribadi diakui sehingga inisiatif perseorangan dan kegiatan swasta pada pelbagai bidang industri dianjurkan. Bahkan salah satu sebab suksesnya pelaksanaan landreform di Iran, ialah tanah yang diambil pemerintah diberi kompensasi, sedangkan tenaga yang cakap dan pandai dari golongan tuan tanah, di samping dipergunakan tenaganya, diberikan pula kesempatan untuk menanamkan modalnya pada cabang industri yang dibangun pemerintah. Sehingga dengan begitu funds and forces dimanfaatkan sebaiknya.

Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi (kiri) sedang bicara dengan Tungku Abd. Rahman Alhaj, Sekretaris Jenderal  Organisasi Negara Islam, setelah diadakan sidang di Teheran bulan April 1971 mengenai soal kantor-berita Islam. Di samping Tunku tampak Menlu Iran, Ardeshir Zahedi.


Memang tampak apa yang diidamkan Shahinshah dengan revolusi putihnya, adalah sangat ambisius. Tapi hasil yang dicapai sewaktu Shahinshah menulis bukunya, tahun 1967, dan kemudian pada tahun 1971, sewaktu saya pada bulan Mei lalu mengunjungi Iran, cukup alasan bagi Iran untuk berbesar hati dan bangga. Sebab pada tahun 1967 saja sudah lebih dari 21½ juta petani dengan 11½ juta keluarga yang menarik manfaat tahap pertama pelaksanaan undang landreform. Pembagian tanah telah dilakukan di 50.000 desa dan 17.000 tanah perkebunan. Dan pada musim panas tahun ini, Agustus 1971, menurut Shahinshah tidak akan ada lagi petani di Iran yang tidak punya tanah sendiri untuk digarap. Untuk memperkuat kedudukan kaum petani dibentuk kooperasi. Sejumlah 7.800 kooperasi sudah terbentuk yang meliputi 18.000 desa dengan jumlah anggota 11½ juta. Sedangkan jumlah modal kooperasi tersebut adalah 800 juta rial Iran atau sama dengan 10 juta 800 ribu US dollar (76 rial Iran sama dengan satu US dollar). Dan hasil yang dicapai negara dalam sepuluh tahun lalu terutama mengenai kenaikan pendapatan nasional per kapita, yang diakui oleh tim survey PBB sebagai tanda kemajuan, yaitu dari 159 US dollar pada tahun 1960, naik menjadi 311 US dollar pada tahun 1970. Pertumbuhan ekonomi dapat dipelihara pada tahun terakhir rata-rata 10%, dan 17% kenaikan pertumbuhan pada bidang industri. 

Dalam wawancara pers bulan Juli lalu Shahinshah mengemukakan tentang pertumbuhan ekonomi yang dinamis yang mengubah wajah Iran dari negara agraris mendjadi negara industri. Sehingga ibukota Teheran dan beberapa kota lainnya sudah menghadapi soal polusi atau soal kekotoran udara, akibat berkembangnya perindustrian. Dikatakan dalam sepuluh tahun saja Iran bergerak dari GNP yang tadinya 60% pertanian, 25% jasa dan 15% industri, dalam tahun 1970 mendjadi dalam keadaan perbandingan yang berimbang antara ketiganya. Sedangkan industri minjak Iran maju pesat dan menempatkan Iran di antara tiga besar dunia. Dalam pada itu kemajuan mengenai jaminan sosial berjalan sejajar dengan kemajuan ekonomi. Kaum pekerja Iran tadinya menerima upah sangat rendah. Oleh karena itu dengan undang diusahakan agar tiap pekerdja menerima 20% dari hasil keuntungan bersih tiap perusahaan di mana dia bekerja. Dan pada waktu ini tidak kurang dari seribu perusahaan - industri yang telah mengadakan per janjian kerja kolektif dengan kaum pekerja, yang menjamin penerimaan 20% keuntungan bersih tiap tahun.


Peringatan 25 abad kerajaan

APABILA peringatan 25 abad berdirinya dinasti kerajaan Iran diadakan secara besar-besaran pada bulan Oktober 1971 ini, maka yang demikian bukan suatu kebetulan. Tapi peringatan tersebut disesuaikan dengan suksesnya revolusi putih yang dilancarkan satu windu lalu. Shahinshah menolak pendapat yang mengatakan peringatan 25 abad berdirinya dinasti kerajaan secara besar-besaran sebagai "the greatest show on earth" atau seolah "Arabian Nights extravaganza".

Dikatakan orang yang memberikan julukan demikian tidak punya pengertian terhadap makna sejarah dan kepentingan arti spiritual dari rakyat dan negara Iran. Sebab peringatan 25 abad berdirinya dinasti kerajaan bukan sekadar upacara kemegahan, sebaliknya bersamaan dengan itu dibarengi dengan pembangunan lebih 25.000 sekolah teladan, klinik dan pemberian alat generator untuk desa di seluruh negara. Keistimewaannya, ialah bahwa biaya dari semua itu adalah berasal dari iuran rakyat sendiri sebagai memberikan arti kepada peringatan bersejarah bagi bangsa dan negara Iran. Sedangkan kaum pengusaha swasta berlomba memberikan dharma-bakti dan sumbangan dengan kesejahteraan rakyat.

Di samping itu, yang akan berkumpul pada pertengahan Oktober di Persepolis, dekat Shiraz, tidak hanya terbatas pada Raja, Kepala Negara/Pemerintah dan negarawan saja, tapi juga ahli sejarah dan arkeoloog terkemuka dari seluruh dunia. Dengan peringatan peristiwa bersejarah itu, Shahinshah bermaksud mengabadikan kepribadian Iran sepanjang zaman dan masa, yang seolah tak lapuk dihujan dan tak lekang dipanas. Dan dengan bangga dikemukakan bukan hanya Cyrus sebagai negarawan pembangun dinasti kerajaan Iran dan Zoroaster yang dianggap sebagai nabi, tapi juga filsuf Ibnu Sina, ahli ilmu pasti dan penjair Omar Khayam, ahli bintang Albairuni, ahli kimia Ar-Razi, dan penyair kenamaan seperti Ferdausi, Sa'adi, Hafez dan Ibnu Rumi, seolah-olah hendak menunjukkan sumbang-sih yang pernah diberikan Iran kepada dunia dan ummat manusia di segala bidang kegiatan dan cabang ilmu pengetahuan.

Tentu saja, menghadapi peringatan 25 abad berdirinya dinasti kerajaan Iran secara megah dan besar-besaran, terdapat pro dan kontra. Sebagaimana juga terhadap revolusi putih yang dilancarkan Shahinshah, di samping barisan pendukung, ada pula yang beroposisi. Tidak-mungkin dari dalam negeri, lalu mengeritik dan bergerilya dari luar negeri. Tapi Shahinshah selalu menunjuk bukti kepimpinannya kepada kenyataan dan manfaatnya bagi penghidupan dan kesejahteraan rakyat.  ***


Laporan Asa Bafaqih pada Majalah KIBLAT No 8, September 1971



banner

Tags