Pertama Sekeluarga Masuk Islam di Bangkinang
BANGKINANG -- Cahaya Islam yang menyapa Epaluasi (45) sekeluarga membuat dirinya berubah total, dari tingkah laku hingga perbuatan. Meski demikian warga Desa Sei Jernih, Kecamatan Bangkinang Barat asal Pulau Nias ini terlihat sangat bersyukur serta membuat jiwanya tentram tiada tara.
Epaluasi dengan semangatnya dia menceritakan bahwa dirinya kini sudah sangat tentram.
"Apalagi di dalam bulan Ramadan ini, hati saya rasa saat mendengarkan azan dan suara mengaji seolah-olah memanggil saya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang," jelasnya.
Meski dirinya yang memiliki 7 orang anak ini mengaku sedikit kesulitan dalam beribadah dan menjalankan segala perintah Allah, " saya tetap semangat untuk belajar mengaji dan belajar sholat pada pak Ustad yang mengajarkan saya," ujarnya.
Namun, rasa kuat untuk belajar mengalahkan rasa lelah, " kadang-kadang saya capek pulang kerja, tapi mengingat akan belajar mengaji dan sholat semangatnya timbul lagi," terangnya.
Sementara di bulan Ramadan inilah, rasa belajar mengaji, sholat dan puasa semakin menggebu-gebu. "Setiap ada yag mengaji di Masjid buat saya semakin ingin belajar mengaji lebih giat," tambahnya.
Dan dirinya mengakui, meski di puasa pertama di bulan Ramadan dia sangat canggung. " Apalagi menahan haus dan lapar, kadang-kadang saya gak tahan. Namun mengiat puasa kewajiban setiap manusia, membuat saya enggan membatalkannya," lugasnya.
Yang paling berkesan dibulan Ramadan ini adalah saat saya sahur, " kami sekeluarga awal puasa kami tidak sahur, karena ketiduran. Tetapi sekarang sudah mulai terbiasa, dengan di bantu para tetangga yang membangunkannya," ujarnya dengan mengiat masa itu.
Meski baru 7 bulan masuk agama Islam, mereka terlihat semangat dengan menjalankan setiap ajaran agama islam. Terlihat dari anak-anaknya yang masih kecil sudah menggunakan hijab termasuk istrinya.
"Anak-anak saya juga sudah mulai hafalan sholat, dan hanya tinggal beberapa ayat yang mereka belum bisa," ujarnya.
Namun, sejak saja masuk Islam sejak Jumat (21/11/2014) kemarin mengucapkan dua kalimat syahadat di depan ratusan jamaah Masjid Islamic Center Bangkinang yang dipandu oleh imam besar Islamic Center Zulifikar lalu, " Saya akui, hidayah besar dalam hidup saya sangat banyak terjadi," ujarnya.
Ditambah Epaluasi, istrinya Perhatian (39) dan tujuh orang putra-putrinya Raimon (20), Herman (18), Lilian (12), putri (10), Hefit (8), Arif dan Alif (5 bulan) ini kita sikapnya juga berubah total.
"Mereka sangat menurut dan tahu sopan satun sekarang, dulunya yang hidup kami tanpa tujuan, saat ini tujuan kami untuk mencari surga Allah," tambahnya.
Dikenang Epaluasi, saat dia mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lancar, tanpa ada kendala sedikit pun di Masjid Jami’ Al-Ihsan Markaz Islami Kabupaten Kampar kala itu.
"Ketika itu kami di saksikan oleh ratusan masyarakat usai sholat jumat, kenangan itu tidakpernah saya lupakan seumur hidup saya," tambahnya.
Dia mengaku saat itu dia mendapat hidayh karena merasa tertarik memeluk agama Islam ketika ia menyaksikan aktifitas kehidupan muslim yang selama ini ia tinggal dan bergaul.
"Dimana umat Islam begitu hidup teratur dan menghargai waktu," ujarnya. Contohnya ketika menjelang tengah hari umat Islam berhenti untuk melaksanakan ibadah shalat, begitu juga ketika senja menjelang.
"Niat itu sebenarnya sudah adasejak 6 tahun yang lalu, namun masih dipendam kala itu dan untuk bertanya pada hati kecilnya apakah ia benar-benar mantap untuk menjadi mualaf, mengingat aktifitas keagamaan orang Islam begitu padat," kenangnya.
Lama kala itu keluarga kami berdiskusi akhirnya cahaya Islam itu benar-benar menancap dalam qalbunya dan dibuktikan di Islamic Center Bangkinang.
"Setelah resmi memeluk Islam saaya berniat bersungguh-sunguh belajar tata cara ibadah, shalat dan ibadah lainnya, dan ia berharap kepada saudara-saudara seiman lainnya untuk membantunya mengajari banyak hal tentang keislaman," tambahnya.
"Dengan bertambahnya umur, saya selalu bertanya-tanya tentang arti hidup ini, saya selalu ingin dekat dengan Tuhan. Namun dengan seperti apa saya mendekatkan diri pada-Nya? Setelah melihat orang Islam menjalani hidup saya juga ingin seperti mereka, Ustad Salman, salah seorang tokoh agama di Sei Jernih yang selalu membimbing saya," terangnya penuh haru.
Namun kini, tiada penyesalan saya memeluk Islam. " Dengan di bulan Ramadan ini, hati saya sudah semakin kokoh untuk terus dan berusaha untuk belajar islam. Doakan saya selalu, biar taat kepada Allah SWT," tandasnya.
Nur Afni Domo, dimuat di Harian Pekanbaru MX