News Breaking
Live
update

Breaking News

Nasib Ummat: Dihajar Corona, Dizalimi Daging Sapi Palsu

Nasib Ummat: Dihajar Corona, Dizalimi Daging Sapi Palsu

TANJAKNEWS.COM, Bandung- Polresta Bandung berhasil mengungkap peredaran daging babi yang diolah menyerupai daging sapi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Sabtu (9/5/2020).

Pelaku pengedaran  berjumlah empat orang berinisial T (54), MP (46), AR (38), dan AS (39). Berdasarkan keterangan dari Polresta Bandung, para pelaku sudah beroperasi selama setahun lebih dengan perkiraan jumlah penjualan 63 ton.

Menanggapi hal itu anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani, mengatakan hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengawasan dari pemerintah.

"Kejadian seperti hampir selalu berulang setiap tahunnya ketika menjelang lebaran, karena tingginya permintaan masyarakat akan daging menjelang lebaran sering kali dimanfaatkan pedagang curang yang menggantinya dengan daging babi, ini karena kurangnya pengawasan dari Kementerian Pertanian dan BPOM" kata Netty dalam rilis medianya yang diterima Tanjaknews.com, Rabu (13/5/2020).

Netty sangat menyayangkan hal ini  mengingat jaringan pelaku sudah beroperasi selama setahun dan sudah menjual puluhan ton daging babi yang diolah mirip daging sapi.


 Netty Prasetiyani
"Bisa dibayangkan berapa banyak masyarakat muslim yang sudah mengonsumsi daging olahan tersebut. Ini harus dibongkar sampai ke akarnya, apalagi ada kaitannya dengan pemasok dari Solo. Bisa jadi pemasok Solo tidak hanya mengirim ke Bandung,  tapi juga ke daerah-daerah lain" ujar legislator dari Jawa Barat ini.

Menurut Netty selama ini masyarakat muslim sudah ada perlindungan untuk mendapatkan produk halal dengan adanya Undang-Undang Jaminan Produk halal.

"Setelah diberlakukannya UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH), kasus peredaran daging sapi palsu seharusnya tidak terjadi, tapi lemahnya implementasi UU dan pengawasan di lapangan membuat hal ini selalu terulang hampir setiap tahun" kata Netty.

Netty juga mempertanyakan keseriusan pemerintah untuk mengawasi peredaran daging di pasaran. Karena walaupun kondisi Covid-19 yang menyulitkan untuk bergerak tidak bisa dijadikan alasan melemahnya pengawasan.

"Walaupun sedang terjadi pandemi Covid-19, tetap pengawasan peredaran makanan harus digalakkan. Kalau perlu sidak ke pasar-pasar, tahun 2019 lalu katanya Kementan punya instrumen khusus untuk mengawasi peredaran daging celeng dengan alat pemindai lokasi atau Global Positioning System (GPS), mana hasilnya, kenapa masih terjadi peredaran daging palsu?" ujarnya.

Kasus ini, kata Netty,  membuat masyarakat semakin terganggu ketenangannya. "Masyarakat sudah mengalami pembatasan mobilitas, tidak bisa melaksanakan ibadah Ramadan seperti biasanya di mesjid, sebagian kehilangan pekerjaan dan kesulitan bahan pangan, sekarang ditimpa pula dengan daging sapi palsu. Betapa besar kezaliman yang telah ditimpakan pada masyarakat. Dimana tanggungjawab dan perlindungan negara?" tanya Netty.


Bahaya Makan Daging Babi


Dosen Prodi Gizi Kesehatan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Harry Freitag mengungkapkan, daging babi dianggap berbahaya lantaran ada potensi terinfeksi cacing pita.

"Jadi, daging babi memiliki risiko tinggi mengandung parasit Trichinella spiralis atau roundworm, Taenia solium atau tapeworm, dan Toxoplasma gondii," jelas Harry kepada Kompas, Rabu (13/5/2020).


Berikut beberapa bahaya daging babi seperti dilansir kembali oleh idntimes paling penting di antaranya.


1. Ada banyak racun yang terkandung dalam jaringan lemak babi karena proses pencernaan mereka yang terlalu cepat

Ada alasan kenapa daging babi lebih beracun daripada daging hewan ternak lainnya. Itu karena sistem pencernaan babi yang lebih cepat. Ia hanya membutuhkan waktu empat jam untuk mencerna dalam sistem pencernaannya, sementara hewan lain, seperti sapi membutuhkan waktu hingga 24 jam.

Padahal proses pencernaan itu penting untuk menyingkirkan racun dan komponen yang membahayakan kesehatan tubuh. Karena proses pencernaan yang terlalu cepat, membuat racun yang ada dalam makanan masih tersimpan dalam jaringan lemaknya.


2. Racun dalam babi pun disebabkan karena mereka memiliki sedikit sekali kelenjar keringat

Masalah lain dengan babi adalah mereka memiliki sedikit sekali kelenjar keringat fungsional dan tak bisa berkeringat sama sekali. Padahal, kelenjar keringat sangat penting untuk menyingkirkan racun. Itu sebabnya ada banyak sekali racun pada tubuh babi.

Jika mengonsumsi daging babi, orang akan mendapatkan semua racun yang tak tersingkir tersebut. Padahal tubuh manusia pun perlu mengeluarkan racun, salah satunya dengan memilah-milah makanan. Itu sebabnya, Anda perlu memikirkan untuk menghindari produk babi.


3. Daging babi dan olahannya meningkatkan risiko kanker

Menurut World Health Organization (WHO), daging babi dan olahannya, seperti ham, bacon dan sosis berisiko menyebabkan kanker. The International Agency for Research on Cancer mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogen yang berarti sesuatu yang menyebabkan kanker. Para peneliti menemukan bahwa konsumsi 50 gram daging olahan setiap hari meningkatkan risiko kanker usus besar sebanyak 18 persen.


4. Risiko flu babi

Adapun, salah satu penyakit yang dapat ditularkan babi ke manusia adalah flu babi. Infeksi ini kemungkinan menular secara fisik saat manusia berinteraksi dekat dengan babi.

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, H1N1 dan H3N2 adalah virus flu babi yang endemik di antara populasi babi di Amerika Serikat. Wabah pun dapat terjadi sepanjang tahun. Sebenarnya H1N1 telah diamati pada populasi babi sejak 1930, sementara H3N2 mulai di Amerika Serikat sekitar 1998.

Menurut CDC, flu babi belum terbukti ditularkan kepada manusia melalui makan babi. Adapun, saat babi dimasak dalam suhu 70°C saja sudah bisa membunuh virus dan patogen bawaan makanan.


5. Ancaman parasit Trichinosis

Meski begitu babi membawa berbagai parasit dalam tubuh dan daging mereka dan beberapa sulit dibunuh bahkan ketika dimasak. Itu sebabnya muncul banyak peringatan jika daging babi dimasak kurang matang.

Adapun, salah satu ancaman terbesar konsumsi daging babi adalah trichinosis atau trichinellosis sehingga larva cacing trichinella dapat menjangkiti manusia. Uniknya di beberapa negara dan budaya tertentu, babi dimakan mentah-mentah. Adapun gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, kelelahan, mual dan muntah.

Lebih parah lagi, setelah seminggu makan babi yang terinfeksi, cacing betina dewasa akan menghasilkan larva yang memasuki aliran darah dan akhirnya menggali ke dalam otot dan jaringan lain. Adapun, gejala trichinosis, antara lain sakit kepala, demam tinggi, rasa lelah, nyeri otot, mata kemerahan, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan pada kelopak mata atau wajah. Jika gak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kematian.


6. Ada banyak virus dan parasit yang dibawa babi

Babi membawa banyak sekali virus dan parasit bersama mereka. Penyebarannya bisa melalui kontak langsung atau dengan dikonsumsi. Adapun, babi membawa wabah cacing pita, virus hepatitis V (HEV), Porcine reproductive and respiratory syndrome virus (PRRSV), virus nipah, virus Menangle dan virus Paramyxoviridae

7. Meningkatkan risiko kanker hati

Dilansir dari Healthline selama beberapa dekade terakhir, konsumsi daging babi meningkatkan risiko kanker hati dan sirosis di seluruh dunia. Tidak lain karena berbagai racun yang dibawanya.

Dari penjelasan di atas, babi memiliki banyak penyakit yang berisiko menulari manusia. Hal yang mencengangkan, ternyata ada beberapa penyakit yang gak bisa musnah sekalipun telah dimasak. Untuk itu, Anda harus bijak jika ingin memakan daging babi. (Oce)

Tags