Istri Pendiri Hamas Syaikh Ahmad Yassin Wafat di Gaza
TanjakNews.com, Gaza -- Halima Yassin, istri pendiri Hamas Syaikh Ahmad Yassin dinyatakan meninggal hanya beberapa menit setelah dirawat, Selasa (25/6/2020). Halima Ahmed Yassin meninggal setelah menderita beberapa penyakit, dan ketika kondisinya memburuk ia dilarikan ke Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza,
Berita wafatnya Halima dikonfirmasi salah satu keponakannya.
“Hari ini (Selasa) istri dari Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yassin, Halima Yassin meninggal pada usia 76 tahun di Kota Gaza, setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya,” ujar Naseem Yassin, keponakan dari Syaikh Ahmad Yassin, sebagaimana dilansir Arabi21.
Halima telah menderita beberapa penyakit, dan ketika kondisinya memburuk ia dilarikan ke Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza, tetapi dinyatakan meninggal hanya beberapa menit setelah dirawat.
Dalam rilis resminya, Hamas menyatakan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian istri Syaikh Ahmad Yassin.
“Dengan mengucapkan salam dengan penuh keridhaan atas segala ketetapan Allah, saya Ismail Haniyyah, kepala Gerakan Perlawanan Palestina, mewakili seluruh rakyat Palestina, negara Arab, dan umat Islam, menyatakan belasungkawa dan berkabung atas meninggalnya Halima Yassin, istri Asy-Syahid Sayikh Ahmad Yassin, pendiri gerakan ini,” ujar Ismail Haniyyah, pimpinan Hamas.
Haniyyah juga menambahkan, “Dia meninggal setelah berjuang dengan penuh pengorbanan, kesabaran dan keikhlasan untuk mendampingi Syaikh Ahmad Yassin dengan semua resiko yang akan dihadapinya”.
Halima merupakan sosok yang sabar dan tegar yang telah mendampingi Syaikh Ahmad Yassin semasa hidupnya, ia juga berkontribusi dalam perjuangan Syaikh Ahmad Yassin baik dalam medan dakwah maupun jihad.
Bahkan ia tetap tabah dan bersabar saat Syaikh Ahmad Yassin berada di balik jeruji besi dan menjemput kesyahidannya pada 22 Maret 2004, saat bom “Israel” menghantamnya setelah ia menunaikan shalat subuh di dekat rumahnya.
Syaikh Ahmed Yassin menikahi Halima pada 1968. Bersama-sama mereka memiliki tiga putra dan delapan putri.
Pada tahun 1987, bersama dengan sejumlah anggota Ikhwanul Muslimin lainnya, Sheikh Ahmed mendirikan Gerakan Perlawanan Islam, yang dikenal dengan akronim Arabnya Hamas. Dia ditahan oleh Israel beberapa kali selama bertahun-tahun, dan dibebaskan untuk terakhir kalinya pada tahun 1998.
Pada 22 Maret 2004, pemimpin veteran itu dibunuh atas perintah almarhum Perdana Menteri Israel Ariel Sharon. Sebuah rudal menabraknya di kursi rodanya ketika ia meninggalkan masjid setempat setelah sholat subuh. Pengawalnya dan sembilan lainnya tewas dalam serangan yang sama, yang dikutuk secara luas. ***
middleeastmonitor, arrahmah