News Breaking
Live
update

Breaking News

Soekarno Minta Kejelasan Status kepada Jenderal Spoor

Soekarno Minta Kejelasan Status kepada Jenderal Spoor




TanjakNews.com, Historia -- Ketika Agresi Belanda II dengan sandi Operatie Kraai-Operasi Burung Gagak, para pemimpin Republik berhasil ditawan oleh militer Belanda.

Proses penangkapan ini diakui pihak Belanda sebagai bagian yang paling dramatis dan mendebarkan selama berlangsungnya operasi militer tersebut. Namun, penangkapan dan pengasingan Soekarno beserta jajarannya disambut dingin oleh Komandan Tertinggi Tentara Belanda di Indonesia, Jenderal Spoor. Bukannya senang saat menerima laporan itu, Jenderal Spoor justru menyambutnya dengan teriakan, "Kita kalah!"

Rupanya dalam skenario besar Spoor, ia berharap Soekarno justru melawan dan terbunuh. Langkah Soekarno membiarkan dirinya tertawan itu merupakan langkah politik yang kelak berakibat baik bagi Republik, terutama jika dilihat dari sisi perjuangan diplomatik.

Ini kisah momen saat Soekarno ditawan:

Seorang Kapten Belanda masuk ke dalam Gedong Agung dan menghadap Bung Karno. 

“Tuan akan segera kami tangkap” 

Bung Karno tersenyum dan berkata singkat “Ya, kami sudah tahu…” 

Mata Bung Karno melihat ke arah Perdana Menteri Hatta, Sjahrir, KSAU Surjadarma dan beberapa
menteri lainnya. Lalu dia berkata pada kabinet Hatta itu “Ayo kita berangkat.” 

Lalu Bung Karno dengan menenteng jas dan kopernya dibawa seorang serdadu Belanda menumpang sebuah jeep dibawa ke Maguwo untuk bertemu dengan Kolonel Van Langen, Komandan Brigade T.



“Saya harus diperlakukan sebagai Presiden Republik Indonesia, apa yang Anda lakukan sudah menyalahi hukum perang,” kata Bung Karno dengan suara tegas pada Kolonel Van Langen. 

Kolonel Van Langen yang dari tadi duduk kemudian berdiri dan berjalan ke mejanya, ia mengambil sebuah surat dari atasannya. “Ini bacalah, Tuan” 

Bung Karno mengambil kertas itu lalu membaca singkat. “Saya bukan bagian dari negara Tuan, negeri kami sudah merdeka…dan saya adalah Presiden Republik Indonesia. Saya tidak mau kalian tangkap seperti
penjahat.” 

Kolonel Van Langen agak gusar dengan jawaban Bung Karno. Tapi dia juga tidak tahu status Bung Karno dalam penangkapan ini apa. Dia berjalan keluar ruangan kerjanya dan menyuruh anak buahnya menghubungi Jenderal Spoor. 

“Ya, ada apa Kolonel?”

“Jenderal, Tuan Sukarno minta kejelasan status.”

“Ya, dia tawanan perang” Jawab Spoor singkat.

“Status tawanan apa?” tanya Van Langen.

“Presiden Republik Indonesia. Biar saja, toh nanti akan segera kita likuidir Republik itu,” jawab Spoor.

“Ya kalau begitu baiklah,” ujar Van Langen.

Kolonel Van Langen melangkah ke dalam dan menemui Bung Karno. “Tuan, Anda kami tawan sebagai Presiden Republik Indonesia.” 

Bung Karno tersenyum lebar. “Baiklah tapi ingat Kolonel kalian punya pemerintahan sudah bikin kesalahan fatal!” 

Wajah Van Langen meringis lalu berkata pelan, “Saya tidak tahu politik, Tuan. Saya hanya tahu perang.” 

Bung Karno tertawa. “Lalu kemana kami akan kalian bawa”

“Tuan, akan kami putuskan setelah Tuan berada dalam pesawat. Saya juga tidak tahu di mana Tuan akan kami bawa” 

Wajah Bung Karno tiba-tiba muram ia takut Belanda main curang dengan mentorpedo pesawatnya. Tapi ia menenangkan diri, Belanda lebih sportif daripada Jepang, pikirnya.

“Tuan Sukarno, besok pagi Jenderal Mayoor Meijer akan datang menemui Tuan,” ucap Van Langen.

Bung Karno membenarkan letak duduknya. “Jaantje Meijer sudah jadi Jenderal?”

“Ya Tuan… Jenderal Mayoor," jawab Van Langen singkat. 

Bung Karno tahu Jaantje masih berpangkat Kolonel saat penyerbuan pasukan Belanda ke arah selatan Jawa dan sekitar Gunung Slamet.

Paginya Jenderal Mayoor Meijer datang ke ruang tahanan Bung Karno. Dengan berpakaian rapi dia menyapa sopan Bung Karno. 

“Goeden Morgen,Tuan Sukarno apa kabar?” 

Bung Karno berdiri menyambut Meijer. “Baik Tuan Meijer, saya masih Presiden Republik Indonesia.” 

Meijer tertawa dan mengajak Bung Karno bicara. ”Dengan serangan ini berarti pemerintahan Republik Indonesia sudah tidak ada lagi,” katanya jumawa.

Bung Karno bungkam dia menaham marah mendengar kata-kata Meijer. 

“Tuan Sukarno saya harap pasukan-pasukan liar ekstremis menghentikan perlawanannya,” 

Bung Karno semakin kesal mendengar ucapan
Meijer. Akhirnya Bung Karno bicara setelah mendengar Meijer bicara panjang lebar tentang kemungkinan-kemungkinan masa depan. 

“Dengar Tuan Meijer saya tidak akan tunduk dengan siapapun! Pasukanmu mungkin
berhasil menguasai Yogyakarta tapi pasukan-pasukan liar yang Tuan sebut tadi, akan merebutnya kembai. Kami bukan orang yang gampang menyerah,” kata Bung Karno tegas.

“Terserah Tuan. Tapi Tuan akan  
 segera kami tawan di luar Jawa”

“Saya tidak takut!”

Meijer menyalami Bung Karno dan pamit keluar.

Dua hari kemudian Bung Karno dan rombongan di bawa ke Brastagi. Lalu mereka di pindahkan ke tepi danau Toba. Di Danau Toba segerombolan pemuda Republik nekat mau membebaskan Bung Karno cs namun keburu ketahuan Belanda. Mereka kemudian diberondong peluru dan tewas semua. 

Di Prapat ini juga Bung Karno mendengar bahwa dia mau di eksekusi mati. Hati Bung Karno gelisah bukan main saat mendengar desas desus dia mau dieksekusi dari salah seorang pelayan yang nangis-nangis karena mendengar kabar dari
seorang serdadu Belanda Bung Karno mau dieksekusi. 

Bung Karno berjalan ke kamarnya dan membuka Al Qur’an dengan sembarang lalu menemukan sebuah ayat yang berbunyi : Mati Hidup manusia di tangan Allah Swt. 

Setelah itu hati Bung Karno tenang. Tak lama kemudian Bung Karno dipindahkan ke Bangka.

Menyerahnya Soekarno merupakan kekalahan bagi Jenderal Spoor.



Sumber : 

Tags