Potensi Industri Pengeringan Ikan dan Misi Industrialisasi
![]() |
pertanianku.com |
"Saya telah berjalan selama 3 tahun ini di pesisir Pulau Sumbawa, sekitar 21 desa pesisir menyimpan sejuta potensi Industri Pengeringan Ikan. Tentu misi industrialisasi ini harus ditopang oleh kehadiran mesin, bahan baku garam dan ratusan ton ikan."
Oleh: Rusdianto Samawa, Front Nelayan Indonesia (FNI)
TELUK Saleh dan Selatan pulau Sumbawa: Labangka, Labu Lalar, Labu Bertong, Poto Tano, Raja Kepe, Berang Tiram, Tero Jotang, Pulau Panjang, Pulau Bungin, Pulau Kaung, Labuhan Burung, Pulau Bajo, Labuhan Sumbawa, Teluk Alas, Desa Prajak hingga ke Pantai Pink Sape Bima, bahkan pulau ular menyimpan banyak bahan baku ikan kering.
Daerah-daerah diatas, kegiatan nelayan hanya penangkapan ikan dalam ukuran kecil dan besar. Tetapi, selama perjalanan 3 tahun ini, saya belum menemukan industri pengeringan ikan.
Industri pengeringan ikan sebenarnya tidak harus selalu dilakukan dengan bantuan sinar matahari secara langsung (penjemuran) karena ikan dapat dikeringkan tanpa bantuan sinar matahari secara langsung contohnya melalui pengasapan ataupun pengovenan.
Tentu, potensi ini membutuhkan kehadiran mesin teknologi untuk menunjang kegiatan industri pengeringan. Masalahnya, diberbagai pesisir Pulau Sumbawa, belum ditemukan industri pengeringan sebagai plasma inti dari sistem penyerapan garam dan hasil penangkapan ikan.
Mendorong industrialisasi pengeringan ikan di Provinsi NTB, membutuhkan teknologi khusus pengeringan ikan yang dapat digunakan pada semua jenis ikan air tawar maupun ikan laut.
Bayangkan saja, sepanjang 2018 - 2020, jumlah permintaan dari Timor Leste pada Januari sebanyak 17 ton, Februari 12,3 ton, Maret 13 ton, April 28,1 ton, Mei 15,9 ton, dan pada Juni sebanyak 29 ton. Kemudian, Juli naik ke 56 ton, Desember 2019 lalu naik kembali ke angka 93 ton. Lalu naik lagi sepanjang tahun 2020 ini sebesar 288 ton.
Tak hanya ke Timor Leste, ikan kering asal Provinsi NTB juga dikirim ke negara tujuan lain seperti Jepang, Thailand, Malaysia, Australia, dan lainnya. Tentu, pola skema bisnis ikan kering menjanjikan, tak kenal merugi. Untuk menghasilkan ikan kering yang bagus, ikan harus diolah secara benar.
Untuk mengolahnya, ikan digantung dirak ditepi pantai dan dibantu pengeringannya dengan angin dan udara dingin. Namun dibeberapa daerah di Pulau Sumbawa, pengeringan ikan dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan matahari. Volume pengeringan sangat sedikit, bukan untuk industri. Tetapi untuk pasar-pasar tradisional.
Pemerintah daerah dan provinsi NTB harus kembangkan industri pengeringan ini yang ditandai kehadiran mesin-mesin pengeringan. Penting untuk memfasilitasinya, karena pulau Sumbawa, belum ada pengeringan yang menggunakan teknik mesin untuk mempercepat produksi.
Padahal bahan baku yang tersedia untuk menunjang proses industrialisasi itu sangat mungkin dilakukan. Mengingat potensi ikan dan garam di NTB sangat besar volume. Umumnya ikan yang dikeringkan beragam jenis.
Proses produksi Ikan kering tersedia sepanjang waktu, namun jenisnya bervariasi tergantung musim. Ikan yang dikeringkan dibersihkan terlebih dahulu, diberi garam, dan kemudian dikeringkan di atas para-para selama 8-10 jam.
Keuntungan bisnis pada industri pengeringan ikan di Pulau Sumbawa sangat menggiurkan. Prediksinya bisa mendapatkan puluhan miliar. Tentu syarat keuntungan besar dibarengi oleh sistem yang harus ditata terlebih dahulu, seperti menghitung kebutuhan pasar, pengiriman antar provinsi dan ekspor luar negeri.
Industrialisasi pengeringan ikan, kategori mendesak. Karena di Pulau Sumbawa, belum ada sama sekali. Pengeringan secara tradisional juga belum begitu banyak.
Kedepan, pemerintah harus mengakselerasi kehadiran industri pengeringan ikan dengan menggunakan sumber daya yang ada dan menciptakan basis distribusi garam Pulau Sumbawa.
Apabila, industri pengeringan ini menjamur di Pulau Sumbawa, maka garam - garam yang kategori kualitas rendah, maka bisa terserap di industri pengeringan ini. Tentu, solusi bagi petani garam yang selama ini, garamnya tidak bisa terjual, dimanfaatkan dan tidak bisa terdistribusi. Industri pengeringan sala satu solusi.[*]