Breaking News: Makin Menggila, Israel Bombardir Gaza
![]() |
Menara Gaza yang menampung AP, Al Jazeera terlihat selama serangan rudal di kota Gaza, 15 Mei 2021. [Mohammed Salem / Reuters |
SABTU 15 Mei 2021 tengah malam waktu Indonesia, sekitar pukul 16:36 GMT, jet Israel menghancurkan menara Mushtaha di Kota Gaza, gedung bertingkat kelima yang dibom sejak serangan udara dimulai pada hari Senin.
Pengeboman Israel di Jalur Gaza memasuki hari keenam berturut-turut, dengan serangan udara menghantam kamp pengungsi. Setidaknya 10 warga Palestina - delapan anak-anak, dua wanita - tewas dan meratakan gedung bertingkat tinggi yang menampung kantor organisasi media, termasuk Al Jazeera.
Sementara itu, warga Palestina pada hari Sabtu 15 Mei 2021 berkumpul di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki untuk memprotes pendudukan Israel yang terus berlanjut dan pemboman yang sedang berlangsung di Gaza. Setidaknya 140 warga Palestina, termasuk 39 anak-anak, telah tewas di Jalur Gaza sejak Senin. Sekitar 950 lainnya terluka.
Di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina. Sedikitnya sembilan orang di Israel juga tewas, dengan satu kematian baru dilaporkan pada hari Sabtu di Ramat Gan.
Tentara Israel mengatakan ratusan roket telah ditembakkan dari Gaza ke berbagai lokasi di Israel dan mereka telah menambahkan bala bantuan di dekat tanah timur kantong itu. Ribuan keluarga Palestina berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa di Gaza utara untuk menghindari tembakan artileri Israel.
PBB mengatakan diperkirakan sekitar 10.000 warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka di Gaza di tengah serangan Israel.
Dengan perasaan marah, Barghouti Mariam Barghouti, seorang penulis Palestina yang berbasis di Ramallah mengatakan kepada Al Jazeera, ada perasaan frustrasi , kemarahan, tapi harapan juga untuk Palestina.
"Saat ini, banyak perasaan bahwa kita berada pada nafas terakhir, dan ini adalah waktu untuk berubah," kata Barghouti.
![]() |
Seorang kerabat Palestina Malek Hamdan, yang terbunuh di tengah konfrontasi antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan keamanan Israel, berduka selama pemakamannya di Salim dekat Nablus, di Tepi Barat yang diduduki Israel [Raneen Sawafta / REUTERS] |
“Kemarahan adalah emosi yang sangat alami saat Anda ditindas, dan Anda sedang dipukuli. Saat Anda menerima pesan dari remaja berusia 19 dan 20 tahun di Gaza yang mengatakan kami hanya duduk seperti bebek menunggu untuk dibunuh. Kami marah karena punya harapan. Kami marah karena kami melihat kenyataan yang berbeda. Kebalikan dari itu akan menjadi sikap apatis, akan menjadi penyerahan. Ini akan menjadi apa yang Israel coba lakukan dengan Palestina dan itu menenangkan kami, ” kata Barghouti.
Oce/Al Jazeera