News Breaking
Live
update

Breaking News

Siapa Taliban?

Siapa Taliban?



TanjakNews.com, Taliban  -- Taliban menyapu Afghanistan hanya dalam 10 hari, menguasai kota-kota di seluruh negeri.

Pejuang Taliban merebut ibu kota provinsi pertama mereka pada 6 Agustus - dan pada 15 Agustus, mereka sudah berada di gerbang Kabul.

Serangan kilat mereka mendorong puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka, banyak yang tiba di ibu kota Afghanistan, yang lain menuju negara tetangga.

Dan terjadi kekacauan di Kabul, saat Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu dan ribuan orang sebangsanya mencoba melakukan hal yang sama. Ketika Presiden Ghani melarikan diri dari negara itu, staf kedutaan AS diterbangkan dengan helikopter keluar dari kompleks mereka yang dijaga ketat.

Dan ribuan orang sedang menuju ke bandara Kabul.

Pasukan Afghanistan runtuh


Terlepas dari dukungan luar selama 20 tahun, pendanaan miliaran dolar, program pelatihan ekstensif dan dukungan udara AS, sebagian besar pasukan keamanan Afghanistan runtuh.

Di beberapa daerah, mereka memang berdiri dan melawan.

Di Lashkar Gah, pasukan Afghanistan terjepit kembali di posisi kunci, saat Taliban menyerang berulang kali.

Ratusan pasukan komando dikirim untuk memulihkan ketertiban - tetapi ketika Taliban meledakkan bom mobil besar-besaran di luar markas polisi, pada 11 Agustus, pertempuran sebagian besar telah berakhir.

Di banyak daerah, unit Afghanistan yang kehabisan amunisi dan perbekalan lainnya langsung melarikan diri.

Pasukan yang dipersenjatai dan dilatih oleh AS untuk melindungi warga Afghanistan biasa membuat mereka sebagian besar berjuang sendiri.

Dan di beberapa tempat, pihak berwenang setuju untuk mengizinkan Taliban mengambil alih, untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.

Di Ghazni, laporan menunjukkan kepala polisi dan gubernur keduanya diizinkan meninggalkan kota dengan imbalan menyetujui pengambilalihan Taliban.

Pada 14 Agustus, Mazar-i-Sharif jatuh ke tangan Taliban, dengan sedikit perlawanan dari pasukan Afghanistan, beberapa di antaranya meninggalkan kota dan menuju perbatasan dengan Uzbekistan di Haraitan.

Bagaimana tepatnya Taliban berniat untuk memerintah masih belum jelas - dan mungkin berbeda di seluruh negeri.

Laporan dari dalam wilayah yang dikuasai Taliban sejauh ini memberikan gambaran yang beragam.

Di Balkh, 20km (12 mil) dari Mazar-i-Sharif, BBC News menemukan perempuan dan anak perempuan diperbolehkan di tempat umum tanpa pendamping - tetapi ada laporan tentang seorang wanita dibunuh karena cara dia berpakaian.

Di tempat lain, termasuk distrik utara pedesaan dekat perbatasan Tajik, para wanita mengatakan bahwa mereka sekarang dipaksa untuk menutupi diri mereka dengan burka dan tidak bisa keluar tanpa pendamping.

Ada juga laporan tentang wanita muda yang ditawarkan kepada pejuang Taliban untuk pernikahan paksa.

Meskipun, perwakilan Taliban di Qatar bersikeras bahwa ini adalah "kebohongan".


Siapa Taliban?


Taliban berarti "murid" dalam bahasa Pashto orang-orang Pashtun bertumbuh pada 1990 di pesantren-pesantren  yang biasanya menganut aliran Sunni. 

Pakistan dituding sebagai arsitek berdirinya gerakan Taliban. Tuduhan itu lantaran banyak warga Afghanistan yang bergabung dengan gerakan ini adalah lulusan madrasah-madrasah di Pakistan.

Mereka mulai terlihat terang-terangan  bergerak usai  pasukan Uni Soviet menyerah dari Afghanistan.

Kelompok ini bertekad  mengembalikan perdamaian dan keamanan berdasarkan syariat Islam jika mereka berkuasa. Pengaruh kelompok ini menyebar dengan massif. 





Pada September 1995, Taliban merebut Provinsi Herat, di perbatasan Iran. Lalu tak menunggu lama, akhirnya ibu kota Afghanistan, Kabul jatuh ke tangan mereka. Taliban sukses menggulingkan rezim Presiden Burhanuddin Rabbani — salah satu pendiri mujahidin Afghanistan yang menentang pendudukan Uni Soviet. Pada 1998.

Taliban menguasai hampir 90 persen wilayah Afghanistan. Tiga negara yakni Pakistan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), mengakui Taliban saat mereka berkuasa di Afghanistan.

Masyarakat Afghan, yang sudah lelah dengan ekses mujahidin dan pertikaian setelah Soviet terusir, secara umum menyambut kemunculan Taliban saat mereka pertama kali muncul.

Popularitas ini sebagian besar karena keberhasilan mereka memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalan-jalan dan area-area di bawah kekuasaan mereka aman untuk perdagangan.

Hanya saja, karena landasan mereka adalah aliran Sunni yang oleh barat dicap sebagai garis keras, Taliban menerapkan hukum syariah. Praktiknya semisal  eksekusi di depan umum terdakwa pembunuhan dan pezina, dan  hukum potong tangan bagi pelaku pencurian.

Tak hanya itu, perilaku keseharian warga negara juga diatur. Para pria diharuskan menumbuhkan jenggot, sementara para perempuan diwajibkan mengenakan burka yang menutup seluruh tubuh. 

Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, juga tidak memperbolehkan anak perempuan di atas sepuluh tahun untuk sekolah. Mereka dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya.

Pada 2001 dunia menjadi ribut begitu Taliban melanjutkan penghancuran patung Buddha Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah.


Dituduh Tempat perlindungan al-Qaeda


Perhatian terhadap penguasa Taliban di Afghanistan makin besar setelah serangan di World Trade Centre, New York, September 2001.

Mereka dituduh memberi perlindungan kepada Osama Bin laden dan gerakan al-Qaeda, yang dianggap bertanggungjawab atas serangan itu.

Pada 7 Oktober 2001, koalisi yang dipimpin AS melancarkan serangan di Afghanistan, dan pada pekan pertama Desember tahun yang sama, Taliban runtuh.

Pemimpin kelompok itu, Mullah Mohammad Omar, dan sejumlah tokoh senior lainnya, termasuk Bin Laden, lolos dari salah satu perburuan terbesar di dunia.

Banyak pemimpin senior Taliban dilaporkan berlindung di Kota Quetta di Pakistan, tempat di mana mereka memimpin Taliban. Namun keberadaan tempat yang dijuluki "Quetta Shura" disangkal oleh Islamabad.

Meski dengan banyaknya pasukan asing, Taliban perlahan-lahan mengumpulkan kekuatan dan melebarkan pengaruh di Afghanistan, membuat banyak wilayah di negara itu tidak stabil, dan kekerasan meningkat ke tingkat yang tidak pernah terlihat lagi sejak 2001.

Banyak serangan Taliban terjadi di Kabul, dan pada September 2012, kelompok tersebut melakukan serangan besar-besaran di pangkalan NATO, Kamp Bastion.

Harapan untuk negosiasi perdamaian pertama kali diangkat pada 2013, saat Taliban mengumumkan akan membuka kantor di Qatar. Namun ketidakpercayaan antarpihak masih tinggi dan kekerasan terus berlanjut.




Pada Agustus 2015, Taliban mengakui mereka menutup-nutupi kematian Mullah Omar — yang diberitakan karena masalah kesehatan di sebuah rumah sakit di Pakistan — selama lebih dari dua tahun.

Di bulan berikutnya, kelompok itu menyatakan telah mengesampingkan pertikaian selama beberapa minggu untuk memilih pemimpin mereka yang baru, Mullah Mansour, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil Mullah Omar.

Pada waktu nyaris bersamaan, Taliban merebut kekuasan ibu kota provinsi untuk pertama kalinya sejak kekalahan mereka pada 2001. Mereka menguasai Kunduz, kota yang penting dan strategis.

Mullah Mansour tewas dalam serangan udara AS pada Mei 2016 dan digantikan oleh wakilnya Mawlawi Hibatullah Akhundzada, yang hingga kini masih memimpin kelompok ini.

Setelah kesepakatan damai AS-Taliban pada Februari 2020 — yang merupakan puncak dari pembicaraan yang panjang — Taliban tampaknya mengubah taktik, dari serangan kompleks di kota-kota besar dan pos-pos militer ke gelombang pembunuhan yang menargetkan masyarakat sipil Afghan.
Namun dari targetnya — jurnalis, hakim, aktivis perdamaian, perempuan dengan posisi kekuasaan — tampaknya Taliban tidak mengubah ideologi, melainkan hanya strategi mereka.

Meskipun pemerintah Afghanistan telah menyatakan kekhawatirannya, Presidan AS Joe Bidan mengumumkan pada April 2021 bahwa semua pasukan Amerika akan meninggalkan negara tersebut pada 11 September. Dua dekade setelah jatuhnya World Trade Center.

Setelah berhasil menumbangkan kekuatan besar AS selama dua dekade perang, Taliban mulai merebut wilayah-wilayah Afghanistan.

Kelompok ini diperkirakan kini memiliki lebih banyak jumlah daripada ketika mereka digulingkan pada 2001 — NATO memperkirakan mereka memiliki sekitar 85.000 petarung penuh waktu.

Serangan dan keberhasilan mereka merebut wilayah jauh lebih cepat dari perkiraan banyak orang. Jenderal Austin Miller, komandan misi pimpinan AS di Afghanistan memperingatkan pada Juni, bahwa negara itu kemungkinan menuju perang saudara yang kacau.

Dalam banyak kasus, Taliban mampu mengambil alih kota-kota besar tanpa perlawanan, karena pasukan pemerintah menyerah untuk menghindari jatuhnya korban sipil.

Sebuah penilaian intelijen AS pada bulan yang sama dilaporkan menyimpulkan bahwa pemerintah Afghanistan bisa kolaps dalam waktu enam bulan setelah pasukan AS angkat kaki dari negara tersebut.


Oce/Sumber: bbc.com

Tags