Kolaborasi dan Konektivitas
Oleh: All Amin
Judul di atas merupakan dua hal yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi kompetisi di masa revolusi industri gelombang keempat ini. Dapat menggabungkan keduanya adalah langkah tepat untuk meraih kemenangan di masa-masa ini.
Praktik berkolaborasi sudah membudaya dalam kultur masyarakat Minangkabau. Orang Minang terbiasa bergotong royong. Suka bekerja sama.
Ada ungkapan klasik dalam bahasa Minang; "Nan buto paambuih lasuang, nan lumpuah pangajuik ayam, nan pakak palabeh badia, nan binguang suruah-suruahan."
Ungkapan itu semakna dengan: "The right man, on the right place."
Dalam falsafah masyarakat Minangkabau tak ada sumber daya yang mubazir. Semua memiliki peran. Punya spesialisasi sendiri-sendiri. Dan, dapat saling memberi manfaat.
Tentang rasa "terhubung" pun ada kekhasan pada masyarakat Minangkabau. Kekerabatannya kuat dan rasa cinta pada kampung halamannya kental.
Bisa jadi ini pengaruh budaya matrilineal yang dipakai di Minangkabau. Kampungnya adalah rumah ibunya. Pulang kampung berarti pulang ke rumah Ibu.
Bagi orang Minang, berbuat untuk kampung halaman merupakan panggilan jiwa. Serasa berbakti kepada Ibu.
Rasa itu pulalah yang tersemat pada beberapa tokoh dari Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Iliran Gumanti, Kabupaten Solok. Ketika merealisasikan gagasan, nak menghidupkan kembali organisasi berbasis kampung halaman.
Organisasi itu diberi nama: Masyarakat Alam Gumanti (MAG).
Organisasi serupa dulu pernah ada. Namanya Ikatan Keluarga Lembah Gumanti (IKLG). Seiring berputar waktu, bertukar generasi, maka formatnya dikemas ulang. Dengan semangat dan pola terbarukan. Rohnya tetap sama: organisasi sosial kemasyarakatan.
Paguyuban ini diharapkan bisa jadi tempat berkumpul. Tautan penghubung yang menyatukan sesama anak Nagari sekawasan alam Gumanti.
Bila beragam potensi bisa bertemu, dipadukan kefasihan dalam berkolaborasi, sangat mungkin itu akan menjadi titik loncat, jalan mewujudkan asa bersama; membangun kampung halaman.
Di antara langkah konkret menuju ke cita-cita itu, maka akan diadakan acara:
Musyawarah Nasional Masyarakat Alam Gumanti
Hari Sabtu, 13 November 2021.
Di Balairung Hotel, Jakarta Timur.
Beberapa agenda yang akan dibahas dalam Munas itu: Menyusun konsep, agar segala sesuatu berjalan terencana dan sistematis. Pelembagaan organisasi. Memilih ketua dan menyusun pengurus. Membuat program kerja, serta membahas hal-hal lainnya yang dianggap perlu.
Semoga segala wacana dan langkah baik ini mendapat dukungan dari semua unsur masyarakat dalam kawasan Gumanti yang kini terdiri dari tujuh kenagarian: Alahan Panjang, Sungai Nanam, Aie Dingin, Salimpek, Talang Babungo, Sariak Alahan Tigo dan Sungai Abu.
Baik yang berdomisili di ranah atau di perantauan. Semua saling bahu membahu. Seayun langkah menuju cita-cita bersama.
Langkah penggabungan kolaborasi dan konektivitas itu serupa upaya menyusun mosaik. Dibutuhkan kesabaran, kegigihan, dan konsistensi semangat. Bila tiap potongan menemukan pasangan yang tepat, maka ia akan menyatu. Saling melengkapi. Klop.
Semakin banyak yang dapat disusun, makin besar pula ukuran keberhasilan. Makin dekat pula kepada gambar besar yang ingin dibuat. Mari kita saling bersinergi membangun alam Gumanti. (All Amin)