News Breaking
Live
update

Breaking News

Tulis Soal Investasi Telkomsel di GOTO, AEK Mengaku Dapat Serangan Pribadi

Tulis Soal Investasi Telkomsel di GOTO, AEK Mengaku Dapat Serangan Pribadi




Jika tensi suatu perkara semakin naik maka serangan balik semakin naik pula. 
Itu keadaan yang biasa. -- AEK

tanjakNews.com-- Beberapa waktu belakangan, isu investasi Telkom via Telkomsel di GOTO sebesar 6,3 trilun yang ditulis Agustinus Edy Kristianto semakin menarik. AEK, inisial populer Edy Kristianto, menguliti hal ikhwal investasi yang ditengarai berbau kongkalingkong dan berpotensi melanggar hukum itu. Ia menulis analisanya dan memosting hanya di akun Facebook miliknya. Sangat terbuka. 

Beberapa hari lalu ia menulis bahwa ia mulai mendapat serangan pribadi terkait isu yang ditulisnya. Berikut selengkapnya tulisan jurnalis tersebut.

SEPANJANG hari ini saya ditanya beberapa teman mengenai artikel tentang saya yang katanya menulis karena motif uang. Ada satu versi artikel lain yang saya dapat beberapa hari lalu dan itu beredar di internal Telkom tentang siapa saya sebenarnya.

Anda tahu sendiri, saya tidak pernah mem-block orang, status saya pun selalu publik, jadi bisa dilihat di kolom komentar tentang materi yang mereka tuduhkan. Bahkan, kemarin saya Zoom di Narasi Institute pun, ada komentar yang menyerang pribadi. 

Saya menulis kasus sejak lebih dari 15 tahun lalu, baik sebagai wartawan Media Indonesia yang meliput di KPK sejak ia berdiri, Direktur Publikasi YLBHI, maupun ketika mengelola primaironline dan gresnews, serta ketika menjadi narsum di ILC maupun Kompas TV. Rasanya orang-orang yang berada di dunia media massa, terutama teman-teman saya, sudah tahu itu dan bisa menilai sendiri. Isu yang beredar adalah karena Telkom pernah bekerja sama advertorial dengan gresnews maka saya terima uang dari situ. Ketika sudah tidak terima uang, saya membalas dengan tulisan. Begitu, kan?

Tidak sepenuhnya benar. Kerja sama itu adalah kerja sama antarperusahaan dan rasanya sudah pernah saya tulis di status setahunan lalu. Karena gresnews adalah media maka waktu itu kerja samanya berupa advertorial kegiatan Telkom (seperti di media pada umumnya yang hidup dari iklan dan Telkom pun beriklan di media-media lain juga) dan sosialisasi mengenai hukum (terutama hukum tentang medsos, pencemaran nama baik, telekomunikasi, digital) dalam bentuk tips dan konsultasi hukum. 

Saya adalah pemimpin redaksi, bertanggung jawab atas pengelolaan redaksi. Materi advertorial tidak ditulis oleh redaksi tapi oleh Telkom. Saya tidak mengurusi soal invoice dsb. Kalau mau tahu berapa besarnya, disesuaikan dengan harga wajar. Saya tanya staf saya, kisarannya 25-40 juta (belum pajak). Itu semua masuk perusahaan, ada bukti pekerjaan, dipergunakan untuk membayar gaji dan operasional perusahaan dsb. Tidak masuk ke kantung saya personal. Bahkan saya tidak pernah menandatangani berkas apapun tentang kerja sama itu karena ada departemen lain yang mengurusi.

Gresnews sendiri sudah berhenti beroperasi karena berbagai alasan yang diputuskan oleh RUPS, setelah 10 tahun beroperasi dengan modal sendiri. Bukan karena soal Telkom.

Mengenai isu Telkomsel-Gojek sudah saya dengar dari orang Telkom sendiri jauh hari sejak sebelum transaksi terjadi dan dari awal saya sudah mengungkapkan bahaya dan ketidaksetujuan saya di internal Telkom. 

Isu soal iklan/advertorial Telkom, saya mem-PHK karyawan, saya tim sukses lawan Erick Thohir dan sejenisnya adalah isu klasik yang sering dituduhkan kepada saya, sesering tuduhan bahwa saya adalah kadrun, bahkan ada yang bilang membantu khilafah; berada di balik Anies Baswedan dan sebagainya.

Sepanjang pengalaman saya mengungkap kasus, baru pada pemerintahan Jokowi-lah serangan pribadi terjadi. Jujur saja, orang tahu saya adalah pelapor kasus Hambalang dan pengungkap pertama kasus BI ketika SBY berkuasa dan Anas Urbaningrum adalah ketua umum partai pemenang. Berdebat panas soal materi kasus memang terjadi tapi tak sehuruf pun ada serangan pribadi. Padahal, mudah bagi Anas dkk ketika itu untuk membantai saya, jika mereka mau.

PKS, berkaitan kasus korupsi sapi impor dan perseteruan Fahri Hamzah pun, saya menulisnya. Tapi, tak sehuruf pun ada serangan pribadi. Perdebatan materi, iya, dan itu wajar. 

Bahkan, saya pun harus akui, ketika Ketua Umum Golkar saya serang tentang Prakerja, mereka pun hanya membalas secara materi kasus. Tak sehuruf pun serangan personal. 

Begitu pun LBP. Kurang apa saya menulisnya tentang PCR dsb, tapi kita harus fair, saya tidak mengalami serangan pribadi sehuruf pun. Soal materi berdebat, iya, itu wajar.

Tapi, kasus GOTO-Telkom dan Thohir connection ini memang panas. Ketika tensi naik, serangan pribadi berubi-tubi. Bahkan ada juga beberapa pihak yang justru menghubungi saya via DM kalau saya sedang tidak menulis, sebab mereka tidak ada kerjaan meng-counter katanya.

Kita senyumkan saja. 

Saya menulis status ini bukan untuk membela diri semata. Tujuannya supaya kita tidak teralihkan fokus jadi membahas masalah yang menjauh dari pokok perkara sebenarnya, yakni tentang dugaan nepotisme, afiliasi, konflik kepentingan, dan sejenisnya dalam transaksi Rp6,3 triliun GOTO-Telkomsel. Apalagi, kasus ini tengah bersiap menghadapi klimaks.

Itu saja.

Saya mengerti taktik mereka mendegradasi kredibilitas pribadi agar orang tidak percaya materi yang saya tulis. Tapi, prinsip saya, jika pun hanya satu orang yang membaca tulisan saya, saya akan tetap menulis dengan kredibilitas informasi dan kualitas yang sama. Jumlah penyuka/pembaca tidak mempengaruhi kualitas tulisan dan kredibilitas informasi yang saya tulis. Lihat saja tulisan saya sejak 10 tahun lalu di sini yang hanya dibaca beberapa orang dan itu tidak masalah buat saya, karena saya sama sekali tidak melakukan monetisasi.

Sebagai jawaban dan klarifikasi, saya rasa cukup sekian dan saya persilakan orang untuk percaya atau tidak percaya.

Apapun yang terjadi, apa yang sudah kita mulai untuk dibongkar, tak bakal berhenti.

Salam.

Tags