News Breaking
Live
update

Breaking News

Jasa Hamka dalam Revolusi Fisik di Mata Hatta

Jasa Hamka dalam Revolusi Fisik di Mata Hatta

 





tanjakNews.com, TEMPO DOELOE -- Saat Belanda melancarkan agresi militer pertama, Wakil Presiden Mohammad Hatta berada di Sumatera. Serangan Belanda diketahui seusai Hatta meninggalkan Sibolga. Dalam perjalanan ke Tarutung, Hatta sempat berpidato dan menganjurkan rakyat untuk siap berperang. Hatta berseru, “Terus berjuang, sekali merdeka, tetap merdeka!”  

Agresi militer pertama di Sumatera, Belanda menggempur dari tiga arah. Dari Padang, Brigade U bergerak untuk memperluas daerah pendudukan di sekitar Kota Padang. Brigade Z di Medan dikerahkan untuk merebut daerah perkebunan yang luas di Sumatera Timur. Brigade Y dari Palembang merebut kilang-kilang minyak dan pertambangan batu bara Bukit Asam.

Di tengah serangan Brigade Z,  Hatta terus berkeliling membakar spirit perjuangan. Perlawanan tentara menjaga pertahanan di teritorium Sumatera Timur tak kalah sengit.  Namun, gerak ofensif Brigade Z tak terbendung. Pematang Siantar, ibukota Sumatera saat itu, berhasil diduduki, 29 Juli 1947. 

Sesampai di Bukittinggi, 29 Juli 1947, Hatta mengimbau segenap pihak bersatu padu “menyelesaikan revolusi nasional”. Dengan dikuasainya Pematang Siantar oleh Belanda, pusat pemerintahan Sumatera dialihkan di Bukittinggi. Perbedaan aliran politik hendaknya tidak membuat terpecah belah.

Di Sumatera Barat dibentuklah Front Pertahanan Nasional (FPN) pada 30 Juli 1947 untuk menyatukan seluruh kekuatan, baik dari partai politik, organisasi sosial, organisasi ekonomi, laskar rakyat, pergerakan perempuan, maupun lainnya. Ada sekitar 56 badan atau organisasi berhimpun dalam FPN, di antaranya Masyumi, Masyumi Muslimat, Hizbullah, Sabilillah, dan Lasymi.  
(Kronologi lengkap dan acuan sumber, lihat Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia, 2021).

Dalam usaha penyatuan kekuatan rakyat dan FPN ini, peran Buya Hamka sangatlah besar. 

Hatta menerangkan, "Pada tanggal 29 Juli 1947 kami kembali tiba di Bukittinggi. Dari Bukittinggi saya mau mencoba memperkuat pertahanan kita di Sumatera Tengah. Di sana ada kesempatan bagi saya untuk menyatukan laskar-laskar yang sebanyak itu. Sungguhpun Republik Indonesia sudah berada lagi dalam peperangan dengan Belanda, laskar-laskar itu belum juga mau insaf, bahwa mereka itu harus bersatu."

Hatta melanjutkan, "Setelah saya berunding dengan Gubernur Sumatera Mr. Teuku M. Hasan dan Panglima Sumatera Jenderal Soehardjo, yang menerima ketegasan saya, supaya laskar-laskar itu bersatu, saya minta Residen Sumatera Barat Mr. St. Moh. Rasjid, supaya ninik-mamak dan ulama-ulama yang terkemuka diundang esok malamnya pada suatu rapat di penginapan Tamu Agung tempat saya menginap untuk mempersoalkan penyatuan laskar yang terlalu banyak di Sumatera Barat. 

Pada rapat itu esok malamnya saya anjurkan supaya laskar-laskar yang ada disatukan dan dipusatkan di bawah satu Komando. Dalam usaha ini HAMKA banyak pula memberi petunjuk kepada saya tentang keadaan daerah dan pemimpin-pemimpin yang berpengaruh. Di samping Front Pertahanan Nasional yang sudah ada didirikan pula Badan Pengawal dan Nagari & Kota (B.P.N.K.). Pimpinan badan tersebut diberi nama Sekretariat, yang terdiri dari lima orang, yaitu: 
1. HAMKA, 
2. Chatib Sulaiman, 
3. Udin, 
4. Rasuna Said dan 
5. Karim Halim." 

"Di dalam badan ini tergabunglah sekalian partai dan sekalian barisan. Di sebelah T.N.I. (Tentara Nasional Indonesia) terdapatlah persatuan sekalian perkumpulan untuk hanya satu tujuan, yaitu memenangkan perjuangan. Dengan anggota Sekretariat itu sering saya bertemu, terutama dengan HAMKA.

Besar pula jasa HAMKA waktu K.T.N. (Komisi Tiga Negara) datang ke Bukittinggi, melihat semangat rakyat. Gerakan rakyat yang menyambut kedatangan K.T.N. ke Bukittinggi berlaku teratur dan bersifat sopan adalah yang usaha HAMKA. K.T.N. memperoleh kesan yang baik. Ini dikatakan oleh Prof. Frank Graham (anggota K.T.N. angkatan Amerika Serikat), waktu ia bertemu dengan saya pada bulan Januari 1948 di Kaliurang, Jogya
.
Waktu saya dalam tahun 1948 sebagai Wakil Presiden merangkap jabatan Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dan datang ke Sumatera Barat dalam bulan Februari 1948 HAMKA di mana perlu selalu mendampingi saya. Sesudah itu dalam tahun 1948 juga dua kali saya datang ke Sumatera, dalam bulan April dan November, bersangkutan dengan urusan Tentara. 

Di luar hal-hal Tentara, terutama yang mengenai semangat perjuangan rakyat banyak saya mendapat keterangan dari HAMKA," tulis Hatta dalam buku Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka (1978: 3-4).


29 Juli 2022 jelang Isya
Hendra Sugiantoro

Note: Tulisan di atas hanya menyimpan data untuk tulisan "Dari Jam Gadang Nyaris Mayor Jenderal" setelah diketik di WA.

Tags