Jemaah Haji Malingering, Apa Itu?
![]() |
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bidang kesehatan mendampingi pasien tanazul.[Foto:TNCMedia/Kemenkes] |
tanjakNews.com, MAKKAH -- Bergantian, baik dokter maupun perawat membangunkan salah satu pasien tanazul yang seolah olah tidur, pada saat persiapan kepulangan. Namun yang bersangkutan bergeming.
''Pak, bangun pak''
''Pak, ayo bangun, mulih (pulang) pak ke Indonesia''
Butuh waktu kurang lebih 90 menit bagi tim untuk bisa akhirnya membangunkan pasien.
''Bapak ini sedang malingering,'' ujar dokter spesialis kedokteran jiwa Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Endah Tri Lestari, Sp.KJ.
Malingering, menurut dr. Endah bukanlah kondisi terkait fisik maupun psikologis yang sebenarnya, melainkan tindakan berpura-pura sakit yang memang sengaja dipalsukan untuk mendapatkan manfaat tertentu. Ini adalah murni dari hasil keinginan seseorang, bukan karena adanya kondisi medis atau psikologis yang perlu dikhawatirkan.
Dikutip dari hellosehat.com, ada orang yang suka pura-pura sakit untuk mangkir dari janji atau tanggung jawabnya. Bisa jadi, orang tersebut mengalami sindrom ‘pura-pura sakit’ yang dalam dunia medis disebut dengan malingering.
Apa itu malingering?
Malingering adalah penyimpangan perilaku yang menyebabkan pelakunya mengaku sakit meski ia sebenarnya dalam keadaan sehat, atau bertindak seolah-olah penyakitnya lebih parah dari yang sesungguhnya, dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi. Para ahli tidak memasukkannya sebagai penyakit mental, karena mereka yang pura-pura sakit atau mengalami malingering justru termotivasi akibat keadaan lingkungan sekitarnya.
Terkait jemaah hai yang sakit, jemaah haji asal embarkasi Surabaya yang mengikuti proses tanazul, dipulangkan pada Senin, 18 Juli Pukul 19.15 Waktu Arab Saudi. Yang bersangkutan merupakan pasien psikiatri di KKHI Makkah.
Pasien dijadwalkan berangkat bersama tim pendamping tanazul pukul 13.15, enam jam sebelum waktu keberangkatan pesawat di 19.15. Tim kesehatan bandara memberikan waktu sampai pukul 15.00 bagi tim tanazul evakuasi KKHI untuk memastikan kondisi pasien transportable.
''Pasien tanazul dengan kondisi duduk, harus dibuktikan kalau beliau dalam kesadaran yang baik,'' ujar Penanggung Jawab Tanazul KKHI Makkah, dr. Itah Sri Utami, Sp.KP yang dikutip kemkes.go.id.
Jika sampai waktu yang ditentukan, pasien tidak bergeming, maka yang bersangkutan akan dibatalkan tanazulnya, meski kondisi vitalnya terpantau baik.
Kondisi vital pasien sebelum keberangkatan terpantau baik, sampai sebelum waktu keberangkatan terus dilakukan pemeriksaan. Baik tensi, maupun saturasi oksigen. Pengecekan terhadap gula darah sewaktu juga baik, mengingat pasien memiliki komorbid diabetes melitus.
Pada pukul 14.20 pasien mau dibangunkan dan duduk sendiri. Akhirnya tim pendamping berangkat bersama yang bersangkutan pukul 14.24 waktu setempat dari KKHI Makkah menuju Bandara King Abdul Aziz (KIAA) Jeddah.
Tim pendamping terdiri dari satu orang dokter umum yaitu dr. Sasti Isana, satu perawat Soni Budiono, dan satu perawat jiwa Siti Aminah.
Tim pendamping dibekali dokumen yang dibutuhkan, mulai dari surat permohonan pencabutan paspor, resume medis, paspor pasien, serta surat jalan dari kepala Daerah Kerja, serta surat masuk atau surat izin bandara.
Tim juga dibekali dengan emergency kit jika dibutuhkan tindakan kegawatdaruratan selama proses pengiriman pasien ke Bandara.
''Dipastikan juga pasien dilengkapi dengan obat-obatan yang dibutuhkan selama di perjalanan,'' tambahnya.
Kurang lebih selama satu setengah jam perjalanan, tim pendamping dan matsari tiba di bandara KIAA. Sekitar pukul 16.00 WAS, tim langsung disambut oleh tim kesehatan bandara untuk serah terima pasien beserta dokumen yang dibutuhkan.
Yang bersangkutan langsung dibawa ke pos kesehatan oktagon oleh tim kesehatan bandara. Karena kondisi pasien yang sempat merajuk setibanya di Bandara, tim pendamping, khususnya perawat jiwa tetap menemani.
''Di sini wae (saja), adem (dingin),'' rajuknya, terduduk di trotoar setelah berjalan kurang dari 10 langkah setelah turun dari ambulans.
Setelah dibujuk, yang bersangkutan mau di papah untuk kemudian di bawa ke poskes oktagon. Setelah menunggu kurang lebih selama satu jam, jemaah kemudian di bawa ke ruang tunggu, untuk kemudian terbang pulang ke Indonesia pukul 19.15 waktu setempat.
Mengapa ada orang yang mengalami malingering atau berpura-pura sakit?
Seperti ditulis di hellosehat.com, para ahli menyebutkan bahwa sindrom ini berkaitan dengan gangguan kepribadian yang antisosial serta riwayat kepribadian penderitanya. Berbeda dengan sindrom Munchausen yang terjadi akibat ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, justru malingering ini terjadi akibat beberapa hal seperti:
- Berusaha menghindari hukuman dalam kasus kriminal tertentu
- Keinginan untuk menggunakan obat-obatan terlarang atau menyalahgunakan obat
- Sedang dalam kegiatan militer, memalsukan kesehatannya agar mendapat keringanan
- Ingin mendapat tunjangan pekerjaan, sehingga melakukan klaim palsu
Bagaimana ciri dan tanda seorang pelaku malingering?
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-5 (DSM-5), malingering dapat dideteksi jika ia memiliki ciri dan tanda berikut:
- Sedang berada dalam kondisi medikolegal. Medikolegal adalah ilmu medis yang berkaitan dengan hukum. Dalam hal ini orang dengan malingering akan ‘kambuh’ jika sedang berada dalam kasus hukum tertentu.
- Cenderung tidak bisa diajak kerja sama, dan melanggar berbagai peraturan. Orang yang punya malingering, tak hanya memalsukan status kesehatannya saja tetapi sering melanggar peraturan dan tidak kooperatif jika diminta untuk bekerja sama. Hal ini yang terjadi ketika ia diperiksa oleh dokter, ia akan mudah tersinggung dan mengelak.
- Mengeluhkan gejala yang berlebihan. Orang dengan malingering akan mengeluhkan gejala yang ia rasakan dengan berlebih-lebihan dan mengatakan bahwa ia memiliki penyakit yang parah.
- Memiliki gangguan kepribadian antisosial, yaitu gangguan perilaku yang tidak menghargai hukum serta norma sosial yang berlaku.
Apakah ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi malingering atau pura-pura sakit?
Sebenarnya, tidak ada pemeriksaan fisik khusus untuk mendeteksi sindrom ini kecuali pemeriksaan tes medis yang dapat menunjukkan bukti bahwa pasien tersebut tidak sedang sakit. Sementara, biasanya para ahli akan memeriksanya dengan pemeriksaan mental yang dilakukan dengan cara memberikan berbagai pertanyaan pada orang yang dicurigai malingering. Orang yang mengalami malingering akan menunjukkan berbagai gejala berikut ketika dilakukan pemeriksaan mental:
- Mudah tersinggung dan berkelit ketika ditanyakan terkait dengan kesehatan atau penyakit yang sedang dideritanya tersebut.
- Tidak segan-segan melayangkan ancaman bunuh diri.
- Ketika ditanyakan akan mengelak dan cenderung memberikan jawaban yang berbelit-belit.
Dari berbagai pertanyaan yang dilayangkan secara terus-menerus, biasanya pelakunya akan memberikan jawaban yang tidak konsisten dan hal ini yang kemudian dapat menandakan bahwa ia hanya berpura-pura saja. ***