News Breaking
Live
update

Breaking News

Batagak Rumah Baru

Batagak Rumah Baru

Ilustrasi/net



Oleh: All Amin

Di Ranah Minang populer istilah batagak rumah. Artinya membangun rumah. Atau mendirikan rumah baru. Aktivitas kolektif yang telah menjadi warisan tradisi, sarat dengan nilai-nilai luhur. Semangat saling bergotong royong dan tolong menolong.

Ada yang skopnya kecil. Rumah untuk perorangan. Perembukannya melibatkan selingkaran keluarga dekat saja. Pun ada yang skala besar, membangun rumah guna tempat berhimpum masyarakat banyak. Mendirikan rumah adat. Batagak rumah gadang.

Tahapan proses keduanya mirip-mirip.

Dalam keluarga kecil batagak rumah biasanya dilakukan bila ada salah seorang anggota keluarga yang telah memiliki kemampuan. Ingin hidup mandiri. Misal, sudah berpenghasilan cukup. Ada yang hendak berumah tangga, dsb.

Wacana itu dimusyawarahakan dalam keluarga dekat dulu. Setelah hitungannya setengah matang, barulah dibicarakan dengan karib kerabat lainnya.

Sedangkan batagak rumah gadang--rumah adat, kegiatannya melibatkan lebih banyak orang. Sekaum sepersukuan. Bahkan se-nagari. Daerah setingkat desa di Sumatra Barat.


Keberadaan rumah gadang menjadi simbol eksistensi masyarakat adat. Juga tempat menyelenggarakan beragam kegiatan yang bersinggungan dengan kebudayaan.

Tapi, saya tidak hendak menceritakan tentang rumah adatnya. Saya tak banyak tahu tentang itu.

Prolog batagak rumah, sekadar perumpamaan.

Penganalogian untuk upaya yang sedang dilakukan oleh Masyarakat Alam Gumanti (MAG) dalam memulai langkah-langkahnya guna mewujudkan daerah otonom baru (DOB).

Bak seseorang yang telah dewasa. Mulai mapan kehidupannya, dan merasa sudah waktunya untuk hidup mandiri. Berkeinginan nak batagak rumah. Lalu dengan suka cita mengutarakan keinginan itu kepada keluarga besarnya. Tentunya wacana itu disambut gembira oleh karib kerabat dan handai tolan. Begitulah kiraan tentang wacana DOB Gumanti. 

Jadi, bukan cerita tentang rumah gadang Minangkabau yang unik itu. Arsitekturnya yang unik dan proses pembangunannya yang tak biasa.

Lazimnya proses mendirikan bangunan, di mana-mana selalu pondasi yang dibuat lebih dulu. Rumah Gadang Minangkabau tidak. Urutannya beda.

Dalam proses membangun rumah gadang yang pertama kali dikerjakan adalah mendirikan tiang utamanya. Batagak tonggak tuo. Posisi tiang tepat di tengah-tengah bangunan. Setelah tiang itu berdiri kokoh. Menghujam ke bumi. Barulah diikuti oleh tiang di sekeliling tiang utama itu. Kesemua tiang itu dibuat saling bertaut. Saling mengikat satu dengan yang lainnya. Setelah semua tiang berdiri barulah di bawahnya dialas dengan batu sebagai pijakan.

Semua proses pengerjaannya penuh dengan makna filosofis. Kearifan lokal khas Minangkabau.

Ada beberapa kemiripan tahapan antara batagak rumah dan wacana DOB. Di antaranya, sama-sama dimulai dengan musyawarah.

Dalam batagak rumah gadang, semua unsur dalam masyarakat dilibatkan. Saling berdiskusi dan berkontribusi sesuai peran dan posisinya masing-masing. Di antara materi rundingan, tentang penentuan lokasi dan kapan waktu pembangunannya.

Proses itu sering paralel dengan upaya mancari kayu yang akan dijadikan tonggak tuo. Tiang utama rumah gadang. Sebab tiang itu memiliki peran sangat penting. Tempat bertumpu. Maka kayunya harus yang terbaik. Ada beberapa kriteria khusus yang mesti dipenuhi oleh kayu yang akan dijadikan tonggak tuo itu.

Ketelitian dalam menemukan kayunya, agaknya serupa dengan Michaelangelo ketika mencari marmer yang akan dijadikan patung. Sebab menurut seniman legendaris dari masa reneisans yang namanya dipakai juga oleh tokoh super hero Kura-kura Ninja itu, "Bila pahatannya salah masih dapat diubah, marmernya tidak."



Pun begitu wacana DOB Gumanti. Musyawarahnya telah dimulai. Beranjak dari beragam obrolan lepas serupa di warung kopi. Baik obrolan langsung, maupun obrolan di langit, melalui sambungan internet.

Kini, langkah-langkahnya sudah mulai disusun. Tim formatur DOB Gumanti sudah membuatkan forum diskusi formalnya. Agar pembicaraan tentang wacana itu menjadi lebih terarah dan sistematis. Mulai dilakukan pendekatan kepada Tokoh-tokoh yang berkompeten agar bersedia menjadi narasumber dalam Focus Group Discussion (FGD). Guna mengumpulkan banyak referensi. Banyak energi. Menuju cita-cita bersama: batagak rumah baru.

Tentang DOB itu pun saya tak banyak tahu.

Saya bahkan tidak tahu siapa yang pertama kali menggunakan kata "pemekaran" untuk proses menjadi daerah otonom baru itu. Mengapa tidak menggunakan kata; pembagian, pengembangan, atau pemecahan saja.

Mekar itu berubah menjadi lebih indah, merupakan rangkaian proses alamiah yang tidak mungkin bisa dihentikan. 

All Amin | anggota tim formatur DOB Gumanti

Tags