News Breaking
Live
update

Breaking News

Kata Babeh Ridwan Saidi, Putra Minang Buat Kerajaan di Philipina

Kata Babeh Ridwan Saidi, Putra Minang Buat Kerajaan di Philipina

 
Budayawan Betawi, Ridwan Saidi. (Foto: teluaur.co.id)


tanjakNews.com, JAKARTA  --Budayawan Betawi, Ridwan Saidi atau lebih dikenal dengan panggilan Babeh, dikabarkan meninggal dunia pada Minggu 25 Desember 2022 pukul 08:35 di RSPI Bintaro Tangerang Selatan.

Kabar duka ini datang dari pesan singkat yang disebarkan oleh pihak keluarga Babeh Ridwan Saidi.

Inna lillahi wa inna ilayhi roji’un. Telah berpulang dengan tenang Suami, Ayah dan Dato kami tercinta Bapak Ridwan Saidi pada hari Ahad, 25 Desember 2023 pukul 08:35 di RSPI Bintaro Tangsel,” tulis keterangan pesan keluarga.

Menurut Jihan, yang merupakan anak dari Ridwan Saidi, almarhum meninggal di rumah sakit. 

Berikut salah satu tulisan Babeh yang pernah dimuat di Republika, 2021 lalu. Judulnya "Putra Minang Buat Kerajaan di Philipina, Bukan Patih Majapahit Gajah Mada!"

SERAT Pararaton 1600 M memberi kabar, yang Gajah Mada 238 tahun sebelum serat ditulis, bersumpah akan taklukkan sejumlah kerajaan, antara lain, Temasik. 

Temasik berdiri di Singapura pada 1299. Tak ada konfirmasi dari Singapura bahwa Gajah Mada pernah ke Singapura, apalagi kuasai Temasik. Dongeng begini tidak mendidik.

Setelah berdiri kerajaan Pagaruyung di Minangkabau pada 1347 berangkatlah ke Philipina seorang warga Minang bernama Bagindo Ali. Niatnya mau berdakwah, tapi entah apa yang terjadi Bagindo Ali malah mendirikan power system. Namanya Kerajaan Sulu.

Soal itu, Presiden Duterte dan Nur Misuari mengakui fakta sejarah ini. Di dalam perjalanannya Kerajaan Sulu membangun semirip regionalisme dengan kerajaan Sambas dan Tidore.

Pada abad XV M menyusul putra Minang lain, Rajo Sulaiman, membangun power system yang ia beri nama Fi Amanilah. Nama ini kemudian menjadi nama kota Manila. Presiden Marcos menghargai jasa Rajo Sulaiman dengan membuat monumen beliau dan pintu gerbang.

Semirip regionalisme sudah berlaku antara Pagaruyung dan Negeri Sembilan. Bekas raja Negeri Sembilan yang cakap menjadi Raja Pagaruyung, vice versa.

Tradisi ini bulan baru, Mesir dan Persia juga melakukan hal serupa. Malah mereka lebih dulu, tetapi tradisi ini di Jawa tak dikenal.

Adityawarman mestinya perdana menteri yang cakap, mestinya dia native atau dari salah satu negara tetangga. Saya belum dapat keterangan akurat Adityawarman putra daerah atau dari Kerajaan Melayu.

Syahbandar Sunda Kalapa 1518-1540 Wa Item sebelumnya Syahbandar Malaka. Nama asli beliau Muhammad Kasim.

Migrasi penduduk pun tidak sepihak. Di Jakarta ada kampung Melayu dan di Tangerang juga. Di Bangkok ada kampung Jawa. Ada pula Pondok Ranggon di Jakarta yang mengingatkan kita pada Burma atau sekarang Myanmar.

Ajarkanlah anak didik sejarah yang benar. Jangan rangsang mereka berkhayal!

Demikian ditulis Babeh.


Profil lengkap Ridwan Saidi


Drs. H. Ridwan Saidi (2 Juli 1942 – 25 Desember 2022) adalah seorang budayawan Betawi, sejarawan, dan intelektual Islam. Ia juga merupakan mantan anggota DPR melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1977-1987. Ridwan tercatat sebagai lulusan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) Universitas Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1974-1976.
Sebagai seorang budayawan Betawi, Ridwan banyak terlibat dalam aktivitas pelestarian budaya serta menulis buku-buku mengenai masyarakat Betawi.Ridwan Saidi meninggal dunia pada 25 Desember 2022.

Kehidupan awal

Ridwan Saidi, putra asli Betawi ini lahir di Jakarta, 2 Juli 1942 dari pasangan Abdurrahim dan Muhaya. Ia pernah menempuh jenjang perkuliahan di Fakultas Publistik, Universitas Padjadjaran pada tahun 1962-1963. Ia tidak menyelesaikan jejang pendidikannya di Fakultas Publistik tersebut dan pindah untuk menuntut kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang dikenal sebagai FISIP) di Universitas Indonesia pada tahun 1963-1976.

Karier

Dalam perjalanan kariernya, Ridwan Saidi cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Ia pernah menjadi Kepala Staf Batalion Soeprapto Resimen Mahasiswa Arief Rahman Hakim, pada tahun 1966. Setelah itu, pada tahun 1973-1975, Ridwan Saidi menjadi Sekretaris Jendral Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara. Pada tahun 1974-1976, Ridwan Saidi menjadi Ketua Umum PB HMI.

Dalam perkembangannya kemudian, Ridwan Saidi berkecimpung ke kelompok partai dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pada tahun 1977-1982 dan 1982-1987.Di bangku parlemen, Ridwan sempat menduduki kursi Wakil Ketua Komisi APBN (1977-1978) dan setelah itu dia konsisten menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi X yang membidang lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan sejak 1978-1987.

Usai jabatannya di DPR berakhir, pada tahun 1995 hingga tahun 2003, Ridwan menjadi Ketua Umum Partai Masyumi Baru. Ridwan juga pernah aktif dalam kegiatan Muktamar Rakyat Islam se-Dunia di Irak pada tahun 1993. Selain itu, Ridwan Saidi juga pernah aktif pada Festival Budaya Babylonian (Babylonian Cultural Festival) di Irak pada tahun 1994. Pada tahun 2003, Ridwan Saidi kemudian menjadi Ketua Steering Committee Kongres Kebudayaan. Ia juga pernah menjadi Ketua Komite Waspada Komunisme dan menjadi ketua dan pendiri Yayasan Renaissance pada tahun 2013.

Sumando Minang

Ridwan menikah dengan seorang wanita kelahiran Minang, Sumatera Barat, bernama Yahma Wisnani, pada tahun 1977. Mereka dikaruniai lima orang anak, antara lain Syarifah Jihan Marina, Syarif Razvi, Rifat 
Najmi, Ferhat Afkar, dan Shahin Maulana.


Babeh Tak Bermedia Sosial

Sosial media di Indonesia seperti menjadi bagian gaya hidup. Mulai dari usia muda hingga mereka yang telah berumur turut ambil bagian dari perkembangan teknologi tersebut.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi budayawan, Ridwan Saidi. Seperti ditayang Yahoo Berita, 2014 lalu,  Ridwan mengaku tidak tertarik untuk memiliki akun dalam sosial media dan ada alasan lain dirinya enggan aktif di sosial media tersebut.

"Saya tidak menggunakan itu (sosial media), saya tidak mau berurusan dengan orang yang mengganggu," kata Ridwan dalam diskusi bertajuk 'Berperang Citra di Social Media' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (22/2/2014).

Ridwan menuturkan, dirinya hanya cukup memanfaatkan teknologi dengan menggunakan ponselnya untuk menelpon atau berkirim pesan melalui SMS. Itupun ia memanfaatkan teknologi untuk orang yang kenal cukup baik dengannya.

"Saya tidak mau berurusan dengan orang yang tidak saya kenal," tuturnya.

(dari berbagai sumber)

Tags