News Breaking
Live
update

Breaking News

Luar Biasa! 100 Liter Sebulan, Wanita Ini Jadi Ibu Susu untuk 25 Bayi

Luar Biasa! 100 Liter Sebulan, Wanita Ini Jadi Ibu Susu untuk 25 Bayi

 


tanjakNews.com, KISAH -- Air Susu Ibu (ASI) yang dimiliki Maya Djatirman memang di atas perempuan normal. Dalam sehari lewat bantuan alat khusus ia bisa menghasilkan 3-4 liter. Tak ingin anugerah yang dimilikinya terbuang sia- sia, ia pun membaginya pada bayi-bayi yang membutuhkan. Alhasil, tercatat ada 25 anak yang menjadi bayi susunya. Pada KARTINI, Maya berbagi kisahnya menjadi ibu susu bagi puluhan bayi.

Tak ingin apa yang didapatkannya terbuang sia-sia, Maya memutuskan untuk menjadi pendonor ASI bagi bayi-bayi yang membutuhkan. Tak hanya satu atau dua, selama dua tahun ini, terhitung ada 25 bayi yang menjadi bayi susunya. Segala rasa lelah, kurang tidur, bunyi suara pompa susu yang membosankan, terbayar saat mendengar jika bayi- bayi yang diberinya ASI menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

SELAMA HAMIL 4 KALI DIRAWAT DI RS

Usai menggelar pesta pernikahan pada 23 Januari 2010, bersama pasangannya, Maya Djatirman, memang menunda untuk segera mempunyai anak. Namun, takdir Tuhar tak ada yang bisa melawannya. Beberap bulan kemudian, sepulang liburan dari Amerika bersama suami, ia terlambat menstruasi. Ia pun memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya, ia ternyata hamil dan kehamilannya sudah memasuki minggu ke-4! Ia tak menduga karena merasa telah melakukan upaya pencegahan kehamilan. Sontak Maya teringat pertandingan futsal yang akan dijalaninya.

"Saya tanya ke dokter, dengan kondisi seperti itu, apakah saya masih boleh bermain futsal? Saya menanyakan ini karena posisi saya sebagai striker di tim tak mudah untuk digantikan," ujar Maya yang mendapatkan jawaban dokter bahwa ia tak boleh main futsal mengingat kondisinya yang sedang hamil.

Di bulan pertama kehamilan diakuinya tak pernah merasakan morning sickness yang biasa dialami wanita hamil. Maklum saja ketika itu ia memang tak menyadari kalau di dalam rahimnya sudah tumbuh janin berumur hampir satu bulan. Memasuki bulan ke dua, barulah serangan morning sickness menghampirinya. Tak hanya mual- mual di pagi hari, mual yang ia rasakan terbilang hebat. Setiap makanan yang masuk ke mulutnya tak bisa ia telan. Baru masuk mulut langsung keluar.

Kondisi itu semakin diperparah karena produksi air liurnya meningkat. Alhasil ia sering membuang ludah yang berlebihan ini.

"Setiap saat selalu saja air liur ini mau keluar. Saking seringnya, saya ke mana-mana sampai bawa botol plastik untuk menampung," ujar Maya yang didiagnosa dokter terkena hiperemesis (muntah berlebihan) dan hipersaliva (air liur berlebihan).

Karena setiap makanan yang masuk ke mulutnya langsung dimuntahkan, Maya pun tak bisa mengonsumsi makanan-makanan sehat yang dianjurkan untuk ibu hamil. Ia pun menggantikannya dengan mengonsumsi jus buah. "Makanan yang bisa saya telan hanya donat (merek tertentu-Red) dan rendang padang yang dimasak dengan kayu bakar. Selebihnya tak ada yang bisa masuk ke mulut saya," ujarnya.

Karena mengonsumsi makanan manis dan berbahan dasar daging, berat badannya pun naik drastis, mencapai hampir 100 kg. Meski berat badan naik terus, ia cenderung lemas. Bahkan sering pingsan hingga harus dirawat di rumah sakit. "Selama hamil saya masuk RS setiap dua bulan sekali, dengan masa perawatan selama 3-4 hari. Wah, benar- benar tersiksa deh," ujar Maya.


HAMIL 5 BULAN ASI SUDAH KELUAR

Tanda-tanda akan mempunyai ASI yang berlebih sudah terlihat saat ia hamil 5 bulan. Saat itu, ia sering mendapatkan bra dan bajunya basah terkena rembesan ASI. Jumlahnya pun semakin banyak satu hari usai melahirkan. Saat itu suster memintanya untuk langsung menyusui anaknya. Meski payudaranya bengkak dan mengeras serta merasakan sakit kepala yang luar biasa, ia mencoba untuk menyusui buah hatinya yang dinamai Percy Barra Pradana.

Karena belum juga bisa mengeluarkan ASI, lama- payudaranya semakin membengkak, benjolannya semakin banyak dan keras. "Payudaraku sampai dipijat oleh 3 bidan lo. Wuihhhh, sakitnya luar biasa. Katanya kalau benjolan-benjolan di payudara itu tidak dikeluarkan, saya bisa dioperasi karena terkena mastitis (peradangan jaringan payudara). Sontak saya teriak tidak mau dioperasi. Karena itulah saya biarkan bidan memijat sampai dua jam."

Meski ASI-nya banyak, Maya kesulitan menyusui secara
langsung buah hatinya yang lahir pada 17 Februari 2011 itu lantaran puting payudaranya datar. Karena kebutuhan ASI-nya tak terpenuhi, bilurubin sang anak sempat tinggi dan harus disinar. Suster-suster bingung, karena di satu sisi ASI Maya banyak, tapi di sisi lain bayinya kekurangan ASI. Akhirnya, suster pun bernisiatif melakukan breastpump (pemerahan ASI) pada Maya. Kemudian meminumkannya pada Percy menggunakan sendok.

Melihat maya kerepotan memberikan ASI menggunakan sendok, ketika di rumah, ibu mertuanya menyarankan untuk memberikan ASI lewat botol. Awalnya Maya tak ingin, karena ia tak mau nantinya anaknya akan mengalami bingung puting (kondisi di mana bayi tidak bisa membedakan antara puting payudara ibunya dan dot). Tapi ternyata anaknya tetap kesulitan minum ASI langsung dari payudaranya. Akhirnya Maya menyerah. Jadilah Percy menyusui lewat botol.


ASI BERLIMPAH, PUTUSKAN JADI DONOR ASI

Saat memompa ASI, Maya menyadar ASI yang dihasilkannya banyak, bahkan berlebihan. Di bulan pertama Maya bisa mendapatkan sampai 400 ml ASI setiap memerah. Ia memerah setiap 2-3 jam. Saat memerah ia sering merasa kerepotan. Di samping harus mengurus bayinya, ia juga harus berjuang memerah ASI-nya setiap dua jam sekali. Lewat dari jadwal tersebut, dipastikan ia akan mengalami mastitis yang bisa membuatnya demam.

"Bahkan meski sudah dipompa tiap dua jam, mastitis bisa tetap ada, malah suhu badan saya pernah sampai 40C," tuturnya.




Menyadari ASI yang dihasilkannya banyak, bahkan stok ASIP (Air Susu Ibu Perah)-nya sudah memenuhi lemari es, ia terpikir untuk mendonorkan ASI pada mereka yang membutuhkan. Niatan ini langsung ia utarakan pada suami dan keluarganya. Betapa senangnya Maya, ternyata mereka mendukung niatnya itu. Ia pun mulai mencari-cari mereka yang membutuhkan ASI. Ia juga berkonsultasi pada dokter dan alim ulama mengenai langkahnya ini karena pernah mendengar tentang saudara sepersusuan.

"Begitu dijelaskan lebih detail tentang saudara sepersusuan menurut agama Islam, keyakinan untuk mendonorkan ASI makin bertambah," ujarnya.

Langkah pertama, ia langsung 'beriklan' di Twitter AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Tak disangka responsnya cukup menggembirakan. Bahkan melihat animo yang cukup besar, Maya yang tadinya hanya menyediakan 20 botol ASIP untuk masing-masing peminat, menambah sampai 30 botol.

Di minggu berikutnya pun permintaan ASIP semakin banyak. Beberapa teman dan saudaranya yang bermasalah dengan ASI pun ikut menjadi penerima. Ajaibnya, menurut Maya, semakin banyak ia mendonor, ASIP-nya juga semakin melimpah. Sekali memerah, ia bisa menghasilkan 900-1000ml. Saking banyaknya Maya sampai menyewa freezer ukuran 200 liter sebagai tempat penyimpanan.

"Kulkas sudah penuh dengan botol- botol dan kantung ASIP. Saya sempat menyewa freezer selama 9 bulan, tapi karena butuh, akhirnya saya membeli freezer," tuturnya.

Diakuinya saat memutuskan menjadi donor ASIP, keluarga besar suaminya sempat bertanya-tanya, seperti tentang status saudara sepersusuan. Mereka kemudian menyarankan Maya untuk mencatat benar siapa-siapa saja yang menerima donor ASIP darinya.

Dalam memilih bayi yang akan diberi ASIP, Maya lebih memprioritaskan bayi berumur 0-6 bulan. Hal ini ia lakukan karena ingin ASIP-nya diberikan pada bayi yang benar-benar membutuhkan. Selain itu ia juga menanyakan kenapa bayi tersebut membutuhkan ASIP-nya. "Background-nya berbeda-beda. Ada yang anak adopsi, ada bayi kembar yang ASI ibunya tak keluar, ada juga yang butuh ASIP karena ASI ibunya sedikit hingga tak bisa memenuhi kebutuhan si bayi," papar Maya.

Untuk menentukan berapa banyak ASIP yang diberikan, bersama ibu bayi calon penerima ASIP, ia menghitung kebutuhannya. Misalnya saja, bayi tersebut setiap hari butuh 600ml ASI, padahal ibunya hanya mampu menghasilkan 400ml. Maka dirinya akan mendonorkan ASIP-nya sebanyak 1400ml per minggunya. "Bahkan ada yang full semuanya dari saya sejak ia umur O bulan sampai 1 tahun. Itu karena bayinya ternyata alergi susu formula. Jadi sampai berusia 1 tahun, ia hanya bisa minum ASIP dari saya," ujar Maya.

Selama menjadi pendonor ASIP, terhitung sejak anaknya berusia dua bulanan berusia dua tahun, sudah terdapat ada 25 bayi susunya, dengan perincian 22 bayi laki-laki dan 3 bay perempuan. Dari 25 bayi ini, hanya 11 orang saja yang dikenalnya. Sisanya benar-benar tidak ia kenal, bahkan ada yang tinggal di Bandung.

Karena para penerima ASIP-nya berbeda-beda, bagi mereka yang ia nilai mampu, Maya meminta orang tua bayi menyiapkan sendiri kantung ASIP-nya. Sedangkan bagi yang tidak mampu, ia sama sekali tidak meminta apa pun. "Saya melakukan ini kan niatnya ibadah dan ingin berbagi. Jadi semuanya saya lakukan dengan ikhlas. Kalaupun ada yang saya minta menyediakan kantung susu, itu untuk subsidi yang tidak mampu," terang Maya.

Selama menjadi pendonor, Maya mengaku mendapatkan banyak kemudahan. Di kantor, misalnya, ia sangat beruntung bisa memiliki ruang kerja sendiri. Jadi saat dirinya harus memerah, tak kebingungan mencari tempat. Begitu pula dengan atasannya. Untuk mempermudah Maya menjalankan aktivitas memerah ASI, atasannya membelikan alat breastpump yang harganya cukup mahal. Selain itu, ia juga mendapatkan banyak manfaat dari kegiatannya ini. Di antaranya Percy yang tadinya menyusui lewat sendok, bisa langsung menyusui lewat payudaranya setelah berkonsultasi dengan dr Asti Praborini yang direkomendasikan oleh salah satu ibu bayi ASIP-nya. Yang tak kalah menyenangkan, ia mengalami a. penurunan berat badan yang nyata. Maya yang dulu dikenal gendut, bisa langsing berkat menyusui dan mendonorkan ASIP.

Yang juga membahagiakan Maya adalah saat mendapatkan kabar kalau apa yang ia lakukan memang bermanfaat untuk bayi-bayi yang ditolongnya. Seperti yang diungkapkan oleh Lisye, seorang ibu dari bayi yang menerima ASIP-nya. Lisye, menurut Maya mengatakan bahwa ia sangat beruntung bisa bertemu dengan Maya. Lewat Maya, ia mendapatkan hampir 50 botol ASIP setiap minggunya. Lain lagi dengan Lia. Ibu bayi yang mendapatkan ASIP-nya ini mengakui kekurangan ASI anaknya terbantu dengan donor ASIP yang diberikan Maya. Ia sangat berterima kasih pada apa yang dilakukan Maya.

Seiring pertumbuhan anaknya yang hampir berumur dua tahun di bulan Februari 2014 yang akan datang, sudah hampir satu bulan ini ia menghentikan mendonorkan ASIP-nya. Bukan karena tak mau berbagi lagi, melainkan karena produksi ASI-nya tak lagi sebanyak dulu.

"Sedih sih tapi mau bagaimana lagi? Yang menyenangkan, hubungan saya dengan para anak ASIP ini selalu terjaga. Bahkan beberapa di antara orang tuanya masih sering memberi kabar tentang pertumbuhan anaknya," ujar wanita yang masih trauma untuk hamil dan melahirkan lagi ini. (OP)

Pendapat  Ahli Agama


M asalah saudara sepersusuan menurut seorang dosen pasca sarjana UIN,  memang masih ada dua pendapat berbeda. Meski demikian, itu semua kembali ke pribadinya masing-masing. Menurutnya, disebut saudara sepersusuan adalah kalau seorang ibu menyusukan langsung bayi sebanyak 3x atau 5x secara sempurna (layaknya menyusui bayi sendiri). "Dengan menyusui secara langsung ini terjadilah hubungan raudah (kasih sayang Red). Jika lewat botol atau selang tidak akan terjadi hubungan tersebut."

Para alim ulama, menurutnya mempunyai dua pendapat tentang hal itu. Yang hati-hati berpendapat saudara sepersusuan terjadi bila menyusui secara langsung sebanyak 3x secara sempurna. Di pihak lain ada yang berpendapat berbeda. "MUI sendiri memilih yang hati-hati. Karenanya MUI menghimbau kepada pihak atau lembaga yang memfasilitasi bank ASI atau donor ASI agar mencatat dengan rapi si penerima dan pemberi donor. Apa yang dilakukan Maya dengan mencatat nama bayi penerima ASIP-nya dan lebih memilih bayi yang sama jenis kelamin dengan bayinya, sudah tepat. Umur bayi juga harus diperhatikan. Jika usianya di atas dua tahun, otomatis tidak akan menimbulkan hubungan persaudaraan." (*)


Disarikan dari Majalah Kartini edisi th 2013.

Tags