6 Tahun Penobatan Yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan
![]() |
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar bersama Datuk Seri Paduka yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan, H Tengku Muhammad Nizar. [TNCM/Mcr] |
tanjakNews.com, KAMPAR - Ahad (22/1/2023) berlangsung perayaan 6 tahun penobatan yang Dipertuan Agung Raja XII di Istana Darussalam Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar.
Perayaan istimewa tersebut dihadiri langsung Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar. Kedatangan Syamsuar yang bergelar Datuk Seri Setia Amanah disambut langsung Datuk Seri Paduka yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan, H Tengku Muhammad Nizar.
Sebelum masuk Istana Darussalam, Datuk Seri Paduka yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan H Tengku Muhammad Nizar, Syamsuar, serta tamu undangan juga menyaksikan penampilan tari persembahan.
H Tengku Muhammad Nizar menjelaskan bahwa istana tersebut bernama Istana Darussalam, sedangkan kerajaannya bernama Kerajaan Rantau Kampar Kiri.
"Kerajaan ini berwilayah dari Sungai Pagar sampai Pangkalan Kapas," terangnya.
Dikutip dari Wikipedia, Kerajaan Kampar Kiri didirikan pada 1700 oleh salah satu putra Yang Dipertuan Pagaruyung, Tengku Yang Dipertuan Bujang Sati gelar Sutan Pangubayang. Sutan Pangubayang dipilih setelah rakyat Kampar Kiri meminta raja kepada Pagaruyung. Setelah raja sampai ke Kampar Kiri, Gunung Sahilan ditetapkan sebagai pusat pemerintahan.
Sebelum berdirinya kerajaan Kampar Kiri, wilayah Rantau Kampar Kiri pernah dikuasai oleh Kerajaan Kuntu di Minangkabau Timur. Belum banyak peninggalan fisik yang ditemukan di Kuntu selain makam Syaikh Burhanuddin al-Kamil yang wafat pada 610 H (1214 M). Kubur ini mengisyaratkan bahwa Islam telah masuk ke Sumatra bagian tengah setidaknya sejak abad ke-13.
Kampar Kiri berstatus sebagai vasal Pagaruyung sampai jatuhnya Pagaruyung pada 1833 akibat Perang Padri. Selama perang berlangsung, Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori, adik Sultan Bagagarsyah, bersama suaminya, Sultan Abdul Jalil, melarikan diri ke Singingi, wilayah yang berbatasan langsung dengan bagian selatan Kampar Kiri. Tuanku Ismail gelar Yang Dipertuan Gunung Hijau dari Gunung Sahilan kemudian menikah dengan Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu, putri Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori.
Pada 1905, Kampar Kiri berstatus sebagai zelfbestuur Hindia Belanda di bawah Onderafdeeling Kampar Kiri, Afdeeling Bengkalis, Keresidenan Sumatra Timur.
Daerah kekuasaan Kampar Kiri dibagi menjadi 2 jenis jajahan, yakni Rantau Daulat dan Rantau Andiko. Rantau Daulat merupakan daerah pusat kerajaan, sedangkan Rantau Andiko ialah daerah yang dikendalikan oleh Khalifah nan Berempat di Mudik. Sistem empat khalifah ini diilhami oleh Basa Ampek Balai yang diterapkan di Pagaruyung.
Masyarakat Kampar Kiri hidup dalam sistem kenegerian yang terdiri atas beberapa suku (klan matrilineal) sebagaimana yang berlaku di Minangkabau. Kenegerian-kenegerian tersebut kini tersebar dalam 5 kecamatan di Kabupaten Kampar: Gunung Sahilan, Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Hulu, dan Kampar Kiri Tengah.
Kenegerian-kenegerian yang termasuk ke dalam taklukan Yang Dipertuan Gunung Sahilan adalah:
1. Rantau Daulat, dipegang oleh Datuk Besar Khalifah Kampar Kiri di Gunung Sahilan yang berkuasa atas 14 kenegerian (Gunung Sahilan, Subarak, Kebun Durian, Lipat Kain, Lengung, Lubuk Campur, Simalinyang, Sijawi-Jawi, Mentulik, Supawai, Rantau Teras, Penghidupan, Sungai Pagar, dan Londar).
2. Rantau Andiko, dipegang oleh Khalifah nan Berempat:
Datuk Bandaharo Khalifah Kuntu, berkuasa atas 3 kenegerian (Kuntu, Padang Sawah, dan Domo).
Datuk Bandaharo Khalifah Ujung Bukit, berkuasa atas 3 kenegerian (Ujung Bukit, Pasir Emas, dan Tanjung Belit).
Datuk Godang Khalifah Batu Sanggan, berkuasa atas 6 kenegerian (Batu Sanggan, Miring, Gajah Bertalut, Aur Kuning, Terusan, dan Pangkalan Serai).
Datuk Marajo Besar Khalifah Ludai, berkuasa atas 3 kenegerian (Ludai, Kota Lama, dan Pangkalan Kapas).
Gubri dalam sambutannya mengapresiasi banyaknya kegiatan yang diselenggarakan pada Festival Gunung Sahilan tahun 2023 yang mengangkat tema "saotak galah sedayung sampai, dek basamo mako kan jadi".
Ia menyanpaikan terimakasih kepada Paduka yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan H Tengku Muhammad Nizar yang telah mengundangnya pada kegiatan tersebut.
"Alhamdulillah banyak sekali acara yang diselenggarakan panitia. Ini semua karena sayangnya kita pada peninggalan sejarah yang tak boleh kita lupakan, abaikan dan harus kita lestarikan sampai negeri ini kiamat," kata Syamsuar.
Mengingat kebudayaan sudah diatur undang-undang, kata Syamsuar, maka dari itu selagi negara Indonesia masih ada maka akan terus dilestarikan.
"Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota mempunyai kewajiban untuk melestarikan budaya," ujarnya.
Menurut Gubernur Syamsuar, terselenggaranya festival Gunung Sahilan 2023 tidak terlepas dari dukungan Datuk Seri Paduka Yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan H Tengku Muhammad Nizar serta masyarakat.
Ia berharap kehadirannya membawa semangat untuk masyarakat dan berpesan agar budaya yang ada di masyarakat terus dilestarikan.
Datuk Seri Paduka yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan H Tengku Muhammad Nizar mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu undangan yang hadir.
Di akhir acara seluruh tamu undangan makan bersama, yang dikenal dengan makan bajambau.
Gubernur Syamsuar didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen, Kadiskominfotik Riau Erisman Yahya, dan Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau Roni Rahmat.
Turut Hadir Pj Bupati Kampar Kamsol, Wakil Bupati Siak, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau, utusan raja-raja di Provinsi Riau, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Datuk Seri Marjohan Yusuf, Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, serta tamu undangan lainnya. (Oce/Mcr/Wikipedia)