Politikus Desmond J Mahesa Meninggal Dunia
tanjakNews.com, JAKARTA - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa meninggal dunia, Sabtu (24/6/2023) pukul 04.00 WIB di RS Mayapada.
"Ya benar," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, Sabtu (24/6/2023).
Kaabar ini juga dikonfirmasi Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang saat ini masih berada di Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Dasco mendapat kabar dari istri Desmond.
"Memang Desmond dari kemarin masuk Rumah Sakit Mayapada. Dan, hari ini pukul empat subuh telah meninggal dunia. Saya kebetulan di Makkah mendapat telepon dari istrinya yang mengabarkan berita duka cita ini," kata Dasco, Sabtu (24/6/2023).
Berdasarkan informasi, Desmond wafat di RS Mayapada. Alamat rumah duka berada di Jalan Saco 1 No.1, RT1/RW4, Ragunan, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan.
Desmond adalah aktivis '98 yang kemudian menjadi politisi partai Gerindra. Dilihat dari situs resmi DPR, Desmond lahir di Banjarmasin 12 Desember 1965.
Saat ini, Desmond menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI. Dia terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2019/2024 wakil dari daerah pemilihan (Dapil) Banten II.
Kisah Penculikan Desmond
Pagi itu, 3 Februari 1998, tak ada kecurigaan di diri Desmond Junaidi Mahesa. Dia beraktivitas seperti biasa di kantornya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur.
Desmond yang kala itu menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) mengaku didatangi 8-10 orang pada pukul 02.30 WIB dini hari.
Pagi harinya, sekitar pukul 08.00 WIB, kembali datang orang tak dikenal. Namun, Desmond mengaku tak menaruh prasangka. Dia tak menyangka bahwa pagi itu menjadi hari di mana dia diculik.
"Kemudian, saya keluar kantor naik bus nomor 06 sampai di Kampung Melayu," kisah Desmond kepada Harian Kompas, 13 Mei 1998.
"Antara LAI dan GMKI, saya dihadang dua orang yang menodong dengan senjata. Sesudah ditodong, saya bergerak, kacamata saya jatuh, saya sulit mengenali orang. Tetapi ada mobil Suzuki Vitara warna abu-abu di GMKI. Jatuhnya kacamata membuat saya tidak leluasa dapat bergerak karena mata saya minus dan silinder, jadi sulit untuk mengenal orang. Saya diringkus, dimasukkan mobil, kepala saya ditutup seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras serta dihimpit dua orang. Sejak itu saya tidak tahu diputar-putar, setelah 50 menit saya sampai di suatu tempat," papar dia.
Selanjutnya, Desmond mengaku diborgol, matanya ditutup kain hitam. Selama tiga jam, ia diinterogasi tentang aktivitasnya.
"Setelah itu saya dibawa ke bak air. Setelah sempat disuruh menyelam, saya ditanya lagi soal sikap saya. Setelah selesai, saya dibawa ke sebuah ruangan dengan enam sel. Di situ sudah ada Yani Afri dan Sony, keduanya anak DPD PDI Jakut yang ditangkap Kodim Jakarta Utara soal peledakan bom di Kelapa Gading," demikian kesaksian Desmond saat itu.
Setelah sehari Desmond ditahan, aktivis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) Pius Lustrilanang masuk, disusul aktivis Haryanto Taslam. Menurut Desmond, ada tawaran yang diberikan penculik kepadanya. Ia diminta mengaku bersembunyi di Garut. Namun, kala itu Desmond mengajukan skenario lainnya: pergi ke Irian Jaya untuk melakukan penelitian.
Diperiksa pada malam hari
Selama diculik, Desmond mengaku mendapatkan dua buah selimut, celana pendek berwarna biru dan jingga, serta tas berwarna hijau muda.
"Setiap orang yang ditahan diberi celana pendek, ada berwarna biru dan jingga. Selain itu saya juga diberi tas berwarna hijau muda," katanya.
Pada malam hari, seusai makan malam, Desmond menjalani pemeriksaan secara bergantian. Saat pemeriksaan, matanya ditutup kain hitam. Menurut Desmond, pemeriksaan hanya dilakukan pada malam hari hingga dia dibebaskan pada 3 April 1998.
Dibebaskan
Desmond baru dilepaskan dua bulan setelahnya. Saat dibebaskan, dia dibawa dengan menggunakan mobil.
Salah seorang yang membawanya memberikan tiket pesawat Garuda menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan nama yang tertera pada tiket bukan namanya. Ia diturunkan sekitar 100 meter sebelum Terminal F Bandara Soekarno Hatta.
Sesampainya di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Desmond langsung melaporkan peristiwa yang dialaminya ke Polresta Banjarmasin. Dia pun sempat kembali ke rumah orang tuanya di Banjarmasin.
Namun demikian, Desmond mengaku tak dapat mengidentifikasi sosok penculiknya. Sebab, tanpa kacamata, penglihatannya sangat terbatas. Ia juga tak bisa memastikan lokasi penculikannya selama dua bulan. Demikian pula soal di mana dia ditempatkan, apakah di sebuah rumah, kantor, atau bangunan lainnya.
"Pokoknya sebuah bangunan besar permanen, namun sepi," kata dia. Desmond hanya mengatakan, kala itu dirinya diculik oleh orang yang punya organisasi rapi. (Sumber:Detikcom dan Kompas.com)