Sepenggal Kisah Naoke Nemoto, Istri Bung Karno
tanjakNews.com -- Saya kembali ke Jakarta dari Belanda tahun 1958, lalu tinggal pada sebuah keluarga di Jalan Cimandiri.
Di samping rumah tempat saya tinggal terdapat sebuah rumah dengan halaman yang tertata apik dan ada patung gajah putih yang besar.
Yang membuat penasaran saya adalah penghuni rumah tersebut. Seorang perempuan Jepang yang cantik. Saya sering bertemu dengannya saat berjalan kaki ke Pasar Cikini. Dia memakai payung yang sewarna dengan baju yang dikenakannya.
Wanita itu nampak tertutup, paling-paling mengucapkan "Selamat Pagi" dan bercakap seperlunya.
Beberapa kali pada malam hari saya perhatikan tiba-tiba seluruh lampu rumah itu dipadamkan, lalu terdengar suara mobil atau jip terdengar memasuki rumah dan pintu gerbang segera ditutup. Saat kendaraan itu meninggalkan rumah, kembali lampu dinyalakan.
Saat bung Karno melakukan kunjungan ke Uni Soviet tahun 1964, bersama suami saya, Sjuman Djaja, bersama beberapa orang staf Kedubes RI, saya mendapat tugas menemani seorang wanita cantik berlibur di pesisir Laut Hitam. Barulah saya ingat, wanita itu adalah orang yang pernah tinggal di sebelah rumah keluarga Diapari Jakarta dulu.
Kami lalu diperkenalkan di sebuah hotel di Moskow. Namanya Naoke Nemoto yang kemudian diganti oleh Bung Karno menjadi Ratna Sari Dewi.
Saya katakan kepadanya bahwa kita sering berpapasan saat menuju pasar Cikini. "Oh, kamu kenal dengan pak Diapari ya?" begitu reaksinya.
Karena hubungannya dengan Bung Karno belum resmi maka, Dewi Sukarno tidak mungkin ditampilkan di muka umum. Oleh karena itu tugas kami untuk menemaninya.
Kami berlibur di Laut Hitam dengan mendapat prioritas dan fasilitas yang istimewa. Dewi bangun pukul 11 siang langsung ke salon, sarapan dan aktivitas lainnya. Kami harus siap melayani apa kemauannya.
Suatu saat saya menemani Dewi ke kantor pos karena dia ingin mengirim telegram kepada Bung Karno dengan kalimat "I love you Bapak bla bla bla...", dan langsung dibalas "I love you Dewi bla bla bla...."
Meski Bung Karno melarang memakai bikini saat di pantai, Dewi nekad memakainya saat berenang dan di pantai. Bahkan kami diminta untuk memotretnya saat bergaya.
Saat saya mau melihat foto itu, saya tak menemukannya. Saya tanyakan kepada Sjuman, dia juga mengatakan tidak tahu. Apakah ada orang yang mengambil? Saya juga tidak tahu. Hal itu tidak bisa saya jawab sampai sekarang. Seolah foto-foto itu hilang begitu saja di udara. (*)
(Diceritakan oleh Farida Oetoyo, maestro balet legendaris Indonesia dalam buku "Saya Farida" Sebuah Autobiografi)
Keterangan foto: Ratna Sari Dewi (berpayung) bersama putrinya, Kartika Sari Dewi di Paris
(Indozone)