News Breaking
Live
update

Breaking News

Kepak Sayap Kufu-Kufu

Kepak Sayap Kufu-Kufu



Oleh: All Amin

Sopir yang salah jalan menjadi penyebab pecahnya perang dunia pertama.

Tanggal 24 Juni 1914 Pangeran Franz Ferdinand, pewaris tahta Austria-Hongaria melakukan kunjungan ke Sarajevo dalam rangka peresmian sebuah rumah sakit.

Kabar kunjungan Ferdinand terdengar oleh Gavrilo Princip, seorang remaja Serbia-Bosnia yang tergabung dalam kelompok separatis bersenjata Black Hand.

Kelompok garis keras yang menginginkan kebebasan Serbia-Bosnia dari pengaruh Austria-Hongaria.

Gavrilo Princip dan beberapa orang temannya datang ke Sarajevo merencanakan pembunuhan terhadap Ferdinand.

Sehari sebelum kematian Ferdinand upaya membunuhan terhadapnya gagal dilakukan. Granat yang dilemparkan oleh Nedeljko Abrinovi ke mobil Ferdinand justru meledak dalam mobil pengiring di belakang mobil Ferdinand.

Setelah kejadian itu, harusnya jadwal kepulangan Ferdinand sudah tiba. Tapi, ia bersikeras ingin mengunjungi teman-temanya yang menjadi korban ledakan granat.

Sopir yang belum terbiasa dengan jalan-jalan di Kota Sarajevo melewati jalur yang salah. Sehingga rombongan itu mesti berputar arah.

Mobil terbuka yang membawa Franz Ferdinand dan istrinya Sophie berputar tepat di depan cafe di mana Gavrilo Princip duduk. Pemuda 19 tahun itu langsung melepaskan tembakan ke arah Sophie dan Ferdinand.

Kematian Franz Ferdinand membuat Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia-Bosnia.

Serbia-Bosnia dibantu oleh Jerman sedangkan Austria-Hongaria disokong Rusia. Lalu bergabung pula Inggris dan Prancis. Juga Amerika dan Kanada.

Turki yang waktu itu masih berbentuk Kerajaan Ottoman pun turut serta ke dalam peperangan. Turki memilih berada di pihak Jerman.

Begitulah, sejarah mencatat bahwa perang dunia pertama dipicu oleh kematian Franz Ferdinand yang ditembak Gavrilo Princip. Sebab seorang sopir yang salah memilih jalan.

Pada pertempuran di Marcoing, Prancis tanggal 28 September 1918 dalam perang dunia pertama antara Inggris dan Jerman, tentara Inggris berhasil memukul mundur tentara Jerman.

Prajurit Inggris, Sersan Hendry Tandey mendapat tugas menyisir area bekas pertempuran, guna melihat kalau ada temannya yang masih hidup.

Dalam penyisirannya, Hendry Tandey melihat seorang prajurit Jerman yang tertinggal oleh kawan-kawannya yang sudah melarikan diri.




Ketika sudah berada dalam jarak tembak, Hendry lalu membidik tentara Jerman itu. Sekedip sebelum menarik pelatuk, Hendry melihat tentara Jerman itu sedang terluka.

Didorong rasa kemanusiaan Hendry tak jadi menembak, dan membiarkan tentara Jerman itu pergi. Sembari terseok melangkah, tentara Jerman itu menatap Hendry dan memberi isyarat seolah mengucapkan terima kasih.

Hendry Tandey pada saat itu pasti sama sekali tidak akan mengira, kalau prajurit Jerman yang tak jadi ia tembak itu, pada perang berikutnya menjadi seorang pembantai yang menyebabkan kematian pada kisaran 6 juta orang-orang Yahudi.

Sambil menunjuk foto Hendry Tandey yang dipajang di ruang kerjanya, Adolf Hitler mengatakan, inilah tentara Inggris yang hampir membunuhnya.

Dalam ilmu pengetahuan dikenal sebuah teori yakni Butterfly Effect. Konsep Efek Kupu-kupu.

Teori ini diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz, seorang matematikawan dan meteorolog Amerika Serikat tahun 1963. Ilmuwan yang mengembangkan prakiraan cuaca modern.

Efek Kupu-kupu merupakan sebuah teori keterhubungan nonlinear antara satu kejadian kecil dan peristiwa besar sesudahnya.

Sesuatu yang sangat kecil dan tampak tak bersesuaian, ternyata bisa menyebabkan peristiwa besar di tempat lain, dalam jarak dan waktu yang jauh berbeda. Kupu-kupu yang menggerakkan sayapnya di hutan Amazon dapat menyebabkan badai di Eropa.

Sebuah teori ketidakpastian, di mana sangat sulit memprediksi hasil akhir. Sebab kompleksitas dan sensitivitas, keadaan dapat berubah signifikan hanya karena yang tak terduga.

Saya termasuk yang bersepakat dengan teori efek kepakan sayap kupu-kupu ini. Lorenz menyajikannya dalam perspektif matematika dan fisika. Sejatinya, teori ini mengonfirmasi apa yang sudah dipaparkan oleh ajaran Islam sebelumnya.

Sebelum ke sana, mencari relevansi esensinya, coba kita lihat lagi, potongan peristiwa-peristiwa besar dalam catatan sejarah, pada fase abad 20 yang bisa menjelaskan teori butterfly effect.

Sebagian besar orang yang belajar sejarah, tentu setuju bila kemerdekaan dan lahirnya Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dapat dimulai dari masa pergerakan nasional, yang bermula dari munculnya organisasi-organisasi seperti: Boedi Oetomo, Sarikat Islam, dsb. Lalu terselenggara Kongres Pemuda 2 kali. Peristiwa itu menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda, dan seterusnya. Klimaksnya Proklamasi kemerdekaan. Begitu jalur linearnya. Sejarah mencatat demikian.

Bila saya mengatakan bahwa: Peristiwa Proklamasi 17 Agustus pun sangat erat hubungannya dengan hasil penemuan seorang ahli kimia Jerman yang bernama Otto Hahn, dan selembar surat yang ditulis oleh Albert Einstein turut berkontribusi atas peristiwa proklamasi itu, barangkali akan ada yang komplain, bisa-bisa saya diomelin, sebab dianggap kurang memiliki rasa nasionalisme. Tapi, sebentar, kita urai dulu rangkaian peristiwanya.

Penemuan Otto Hahn dari Institut Kimia Keiser Wilhelm, Jerman tahun 1938 menjadi cikal yang mengubah pengetahuan manusia tentang atom. Partikel terkecil dalam jagat raya ini.

Sebelumnya para ilmuwan mengira kalau radiasi dalam atom itu terjadi alamiah saja, sampai Otto Hahn menemukan bahwa inti atom itu masih bisa dibelah, dan pembelahan itu menghasilkan energi. Penemuan Otto Hahn itu dinamakan dengan fisi nuklir.

Penemuan Otto Hahn sampai ke telinga Albert Einstein. Sang Jenius pemilik rumus E=MC2.

Temuan Otto Hahn itu menggelisahkan Einstein. Dalam pikiran Einstein pemecahan inti atom dapat menghasilkan energi yang maha dahsyat.

Itu artinya tak lama lagi Hiitler akan memiliki nuklir yang akan menjadi senjata pemusnah massal.

Lalu Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat kala itu, Franklin Delano Roosevelt agar Amerika mendului Jerman membuat bom atom. Maka atas persetujuan Roosevelt dimulailah sebuah proyek rahasia pengembangan bom atom yang diberi nama Manhattan Project di bawah pimpinan Dr. Oppenheimer.

Terciptalah dua produk fenomenal dari Manhattan Project. Dua bom atom diberi nama Litle Boy dan Fat Man. Keduanya yang meluluhlatakan Kota Hirosima dan Nagasaki.

Dua bom atom itu tujuan awalnya dibuat untuk melawan Jerman. Tapi, akhirnya menjadi mimpi buruk untuk warga Jepang. Terutama bagi penduduk kota Nagasaki. Sebab, keputusan menjatuhkan Fat Man di Nagasaki baru diambil, ketika pesawat pengebom B29 sudah lima kali berputar-putar di atas Kota Kokura.

Sebab kabut yang menutupi Kota Kokura hingga pilot tidak mendapatkan visual yang jelas terhadap target, akhirnya Mayor Charles Sweeney Komandan misi pengeboman memutar pesawatnya ke Nagasaki. Keberuntungan Kokura menjadi kiamat untuk Kota Nagasaki. Hal kecil yang menjadi pengubah nasib keduanya adalah kabut di atas Kota Kokura.

Dua hantaman telak itu membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika. Momentum kekalahan Jepang itu, membuka gerbang kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia yang telah berjibaku melawan kolonialisme selama ratusan tahun. Begitulah kekira rangkaian keterhubungan peristiwanya. Antara peristiwa Proklamasi Republik Indonesia dan temuan atom Otto Hahn juga selembar surat Albert Einstein.

Sekarang mari kita coba dulu berandai-andai.

Seandainya sopir yang membawa Franz Ferdinand memeriksa dan memastikan dulu rute yang akan ia lalaui.

Seandainya Hendry Tandey menarik saja pelatuknya, membunuh tentara Jerman yang terluka itu.

Seandainya Albert Einstein tidak menulis surat kepada Roosevelt

Seandainya tak ada kabut yang menutupi Kota Kokura saat akan dibom

Tak ada ilmu pengetahuan yang dapat memprediksi kejadian di masa depan dengan akurasi yang mendekati tepat. Semua hanya bisa memperkirakan kemungkinan berdasarkan probabilitas-probabilitas. Belokan riskan terjadi oleh variabel yang besarannya seukuran efek kepakan sayap kupu-kupu.

Begitulah cara alam semesta ini bekerja. Semakin para ilmuwan berusaha mengungkap tabirnya, semakin banyak ditemukan misteri yang tak dapat diungkap.

Untuk satu bagian cuaca saja Edward Norton Lorenz, pengembang konsep prakiraan cuaca menyimpulkan: sistem cuaca memiliki sifat tidak linear dan tidak dapat diprediksi secara pasti.

Sub-cabang filsafat terdiri dari empat hal: Filsafat matematika, Logika filsafat, Filsafat fisika, dan Teologi filsafat. Yang paling tinggi adalah filsafat ketuhanan. Kembali kepada ajaran agama.

Terminologi Islam untuk menyimpulkan uraian yang panjang di atas, cukup dengan satu kata: takdir.

Ketentuan Allah. Qadarullah. Iman kepada takdir, simpel sudah.

Terhadap apa yang sudah terjadi, ajaran Islam melarang pengandaian. Stop berandai-andai.

Dalilnya bisa pakai ayat atau hadis. Keduanya ada.

Al-Qur'an: Surat Al-Imran ayat 144: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka."

Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA: "Janganlah kamu berkata: 'Seandainya aku melakukan ini, pasti akan terjadi itu.' Karena itu adalah kelemahan iman."

Jadi, perspektif takdir ketika melihat hubungan antara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan surat Albert Einstein di atas, bisa dibalik.

Selaras dengan bunyi kalimat dalam teks pembukaan UUD 45, "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa..." sebab Allah akan menakdirkan Indonesia merdeka, maka jauh sebelumnya ditakdirkan pula lahir penemuan tentang pemecahan inti atom yang menghasilkan bom. Dan manusia tidak mengetahui itu sampai ia melihatnya.

Teori tentang sesuatu baru bisa diketahui setelah dilihat dapat dijelaskan dalam teori-teori mekanika kuantum. Ilmu fisika yang mempelajari tentang partikel-partikel terkecil yang membentuk alam semesta, yang sifat-sifatnya berbeda dengan fisika klasik.

Tentulah penulis artikel ini tak mampu menjelaskannya. Sedangkan sesuatu yang jelas dan terang benderang saja sering tak tepat ia memaparkan, apalagi partikel-partikel tak kasat mata, pecahan-pecahan atom yang berupa gelombang, selalu bervibrasi, dan menghasilkan energi. Tak cukup ilmu penulis untuk menjelaskan dimensi mekanika kuantum yang sungguh rumit.

Begitulah kodratnya manusia. Makluk yang diberi ilmu hanya sedikit. Untuk bekal kehidupan.

Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA: "Allah SWT berfirman: 'Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam kebenaran, lalu setan menggoda mereka, dan Aku tidak mengajarkan kepada mereka kecuali sedikit.'"

Bagi yang merasa telah banyak tahu, barangkali perlu merefleksikan diri pada hadis di atas.

Meyakini dan menggunakan perspektif takdir guna menyikapi beragam kompleksitas persoalan kehidupan merupakan langkah yang tepat. Ikhtiarkan apa yang dapat diubah dengan bekal ilmu pengetahuan. Terima yang tidak kuasa diubah dengan penuh kesadaran sebagai makluk lemah yang penuh dengan keterbatasan.

Konklusinya: posisi kita sekarang, di mana pun, apapun keadaannya, sedang baik atau buruk, semuanya adalah takdir Allah. Beginilah adanya saat ini, terima tanpa berandai-andai.

Tarok saja pengandaian itu di depan, di antara alternatif tujuan. Sebab nanti bisa sampai, bisa tidak, bisa pula tiba entah di mana, di tempat yang belum terpikirkan sama sekali. Sebagai mana dulu kita tak terpikir akan bersua takdir seperti sekarang.

Terus rajut setiap helai benang yang ada di tangan, walau belum tahu nanti akan jadi kain apa, dan bagaimana coraknya. Just do it.

Ibrah teranyar terkait apa yang akan bersua di depan adalah misteri, dan kepakan sayap kupu-kupu bisa menimbulkan badai. 

Ada seekor kupu-kupu yang telah terbang kian kemari selama beberapa tahun, hingga pada satu waktu, tiada yang menyana kupu-kupu itu menggemparkan satu republik. Nama kupu-kupu kecil itu adalah: Kufu-kufu Fafa.  Entah sampai sedahsyat (apa) badai yang akan ditimbulkan. Tampak pusaran anginnya belum berhenti. Kita lihat saja.

(All Amin | Perception Engineering)

_____________

Tags