News Breaking
Live
update

Breaking News

Para Teolog Kristen Meminta Memaklumi Adanya Kesalahan dalam Naskah Bible

Para Teolog Kristen Meminta Memaklumi Adanya Kesalahan dalam Naskah Bible



BUKAN suatu rahasia lagi bahwa Bible yang ada saat ini sudah mengalami sejarah yang panjang dan rumit, sehingga para teolog dan pengkaji Bible akhirnya meminta kita agar memaklumi dan menerima Bible saat ini apa adanya dibalik ragam polemiknya seperti adanya kesalahan, kesilapan, pengubahan dan sebagainya. 

Dalam buku "Misquoting Jesus", Bart D Ehrman mengungkapkan bagaimana naskah-naskah Bible yang mengalami distorsi, pengurangan, pengubahan dan penambahan telah terjadi sehingga sulit untuk mencari bagaimana bentuk naskah aslinya. Hal ini merupakan masalah yang besar, bahkan saking besarnya, sejumlah pengkritik naskah mulai menyatakan bahwa mereka sebaiknya menghentikan dahulu segala pembahasan tentang 'naskah asli', karena kita tidak akan mengetahuinya, tulisnya.

Gerrit Cornelis van Niftrik & B.J. Boland dalam buku "Dogmatika Masa Kini" juga memberikan pemakluman terhadap kondisi Bible yang kita terima saat ini:

"Kita tidak usah merasa malu, bahwa terdapat pelbagai ke- khilafan di dalam Alkitab: kekhilafan-kekhilafan tentang angka- angka, perhitungan-perhitungan, tahun dan fakta-fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu ber- dasarkan caranya isi Alkitab telah disampaikan kepada kita, se- hingga dapat kita berkata: dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan-kekhilafan itu barulah kemudiannya terjadi di dalam turunan-turunan (salinan- salinan) naskah itu. Isi Alkitab, juga dalam bentuknya yang asli, telah datang kepada kita "dengan perantaraan manusia" (Calvin)"




Niftrik dan Boland mengakui bahwa Bible yang kita terima saat ini adalah bible yang sudah mendapati ragam polemik, namun ia memberikan sedikit cercah harapan dengan mengatakan "dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan". Namun walaupun begitu "naskah Asli" itu tidak pernah sampai di tangan kita. Bruce Metger pun ketika mendefinisikan suatu ayat dalam Bible apakah asli atau tidak, dia hanya mengkompromikan pada apa yang tertulis dalam naskah tertua yakni Sinaiticus dan Vaticanus, namun bagaimana bentuk dari "naskah asli" sebelum era dua manuskrip ini, tidak ada yang bisa menguraikannya.

Manuskrip kodeks Sinaiticus dan Vaticanus adalah naskah tertua dari Bible Kristen yang berasal dari abad ke-4. Namun faktanya, sejarah teks Perjanjian Baru dalam tiga ratus tahun pertama sering digambarkan oleh para kritikus teks sebagai "periode kebebasan relatif" atau "periode kreativitas relatif." Selama periode ini, sebagian besar perubahan pada teks Perjanjian Baru, baik yang tidak disengaja maupun disengaja, mulai terjadi. Dalam buku "The Orthodox Corruption Of Scripture: The Effect Of Early Christological Controversies On The Text Of The New Testament" sebuah buku yang mengungkapkan bagaimana kontroversi fenomena pengubahan teks-teks agama Kristen terjadi menuliskan sebagai berikut:

"(pada tiga ratus abad pertama) Selama isu-isu kristologis (masa-masa perdebatan soal status eksistensi ketuhanan Yesus) masih diperdebatkan, sebelum ada satu kelompok Kekeristenan yang berhasil mendominasi dan sebelum pihak proto-ortodoks menyempurnakan pandangan mereka yang akhirnya berkembang pada abad keempat, kitab-kitab suci Kristen yang sedang beredar dalam bentuk manuskrip sering kali 
mengalami perubahan. Teks-teks ini tidak kebal terhadap perubahan; sebaliknya, mereka diubah dengan cukup mudah dan sering kali secara signifikan. Sebagian besar perubahan ini terjadi secara tidak sengaja karena ketidaktepatan, kecerobohan, atau kelelahan para penyalin. Namun, ada juga perubahan yang dilakukan secara sengaja, mencerminkan perdebatan teologis yang terjadi pada masa itu"

Pengamatan serupa juga dibuat oleh Harry Gamble dalam buku "Books and Readers in the Early Church: A History of Early Christian Texts". Dia berkata:

"Keluhan tentang pengubahan teks cukup sering ditemukan dalam literatur Kristen awal. Teks Kristen, baik teks-teks Kristen yang bersifat kitab suci maupun non-kitab suci tidak kebal dari proses transmisi yang tidak diatur dengan baik melalui salinan tangan. Bahkan, dalam beberapa hal, teks-teks ini lebih rentan daripada teks biasa, dan bukan hanya karena komunitas Kristen sering kali tidak memiliki juru tulis yang ahli. Meskipun tulisan Kristen umumnya bertujuan untuk mengekspresikan pandangan bersama suatu kelompok, anggota kelompok yang bertindak sebagai editor dan penyalin sering kali merevisi teks sesuai dengan persepsi mereka sendiri. Godaan ini lebih kuat terkait dengan teks-teks religius atau filosofis daripada teks lainnya hanya karena lebih banyak yang dipertaruhkan.

Sebagian besar literatur Kristen awal disusun untuk tujuan memajukan sudut pandang tertentu di tengah konflik gagasan dan praktik yang sering muncul di dalam dan antara komunitas Kristen, dan bahkan dokumen yang tidak dirancang secara polemis mungkin tetap digunakan secara polemis. Setiap teks rentan terhadap perbaikan demi membuatnya lebih dapat digunakan dalam situasi kontroversi teologis"

Dari sini dapat dipahami bahwa pada kurun tiga ratus tahun pertama masehi maraknya terjadi pengubahan bahkan pemalsuan bible adalah karena:

1. Belum ada satu kelompok Kristen yang mendominasi. Masing-masing kelompok Kristen memiliki basis dan kekuatan sendiri seperti kaum nestorian, yakobit, melkit, adopsionis, modalism, macionism dll.

Masing-masing memiliki naskah kitab sucinya (karena dimasa itu Bible Kristen belum dikanonkan secara sah). Dan dikatakan mereka masing-masing mengubah isi Bible agar isinya sesuai dengan ajaran keyakinan kelompok mereka. Dan Kekristenan yang berhasil bertahan sampai sekarang adalah kelompok Diofisit yang menuhankan Yesus (juga karena dukungan kerajaan Romawi - dulu disebut Melkit), sedangkan kelompok lin sudah musnah baik secara alami maupun dibasmi.

2. Tidak ada aturan resmi bagaimana mentransmisikan teks agama, dan tidak diatur bagaimana penyalinan itu seharusnya dilakukan. Sebagai perbandingan untuk mudah dipahami bagi Muslim, bahwa Quran sedari awal memberikan aturan standar koreksi dua arah; yakni secara teks tulisan dan hafalan mutawatir. Sehingga tiap ada kesilapan terhadap penyalinan tulisan akan mudah dikenali karena dapat divalidasi dengan metode hafalan mutawatir. Hafalan mutawatir adalah ingatan kolektif yang didikumentasikan dalam benak hati oleh banyak penghafal yang bahkan mereka saling tidak kenal. Hal ini semakin diperkuat dengan metode sanad untuk menjaga keotentikan hafalan dan tulisan naskah.

Selengkapnya pembahasan ini disarankan untuk dibaca lebih lanjut dalam ebook kami "Apakah Alkitab Bibel Masih Asli?" pada bab ketiga.

NB: Ebook ini dibuat atas permintaan temen-temen Kristiani yang terus-terusan menuntut kami untuk membuktikan klaim tahrif yang diungkapkan dalam Al-Quran. Semoga ebook ini dapat menjawab rasa penasaran temen-temen dan pertanyaan terkait.


Dimuat ulang dari @RabbaniansID (Youtube)
Silakan simak konten-konten bagus lainnya di kanal @RabbaniansID

https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible

https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible


Tags