Menteri PPPA Usul ke Mendikdasmen: Tugas Sekolah Tidak Lewat HP
tanjakNews.com, JAKARTA -- Ternyata pelajar atau siswa yang berlebihan menggunakan media sosial memengaruhi kualitas prestasi karena perhatian terlalu banyak pada medsos mengganggu fokus dan konsentrasi pelajar. Faktanya sering kali waktu mereka terbuang hanya untuk scrolling media sosial tanpa tujuan yang jelas.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi mengusulkan agar tugas-tugas sekolah tidak lagi diberikan menggunakan gawai (handphone), melainkan dilakukan secara manual sebagai upaya mengurangi ketergantungan penggunaan gawai pada anak.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Mendikdasmen Prof Mu'ti, Kementerian PPPA mengusulkan untuk mengurangi penggunaan gadget di lingkungan anak-anak. Bagaimana bila tugas-tugas sekolah itu tidak lagi menggunakan gadget, tetapi secara manual seperti sebelum masa COVID-19," kata Arifah Fauzi di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa.
Upaya ini sekaligus mendukung rencana Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) untuk membatasi penggunaan media sosial oleh anak.
Arifah Fauzi juga mengusulkan agar ada buku penghubung antara sekolah dan orang tua murid agar terjalin komunikasi dua arah dalam memantau perkembangan belajar murid.
"Ada buku penghubung antara sekolah dan orang tua itu lebih terasa komunikasinya. Jadi ini salah satu yang kami usulkan kepada Menteri Dikdasmen agar tugas-tugas sekolah tidak lagi menggunakan gadget," kata Arifah Fauzi.
Pemerintah meminta masukan dari para pakar, akademisi, hingga media, soal wacana pembatasan penggunaan media sosial bagi anak-anak, sehingga diharapkan kebijakan yang akan diterapkan nantinya dapat tepat dengan mempertimbangkan banyak aspek.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengatakan pemerintah akan menggelar rapat kabinet untuk membahas rencana pembatasan penggunaan media sosial bagi anak-anak.
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan Kemkomdigi masih mengkaji usulan pembatasan penggunaan media sosial bagi anak-anak.
Banyak ahli menyoroti dampak negatif penggunaan gawai yang bermuara pada keterlibatan pada media sosial. Dampak negatif media sosial bagi pelajar antara lain: terganggunya kegiatan belajar, buruknya manajemen waktu, berkurangnya fokus, perundungan siber, dampak negatif terhadap harga diri akibat perbandingan yang tidak realistis dengan orang lain, kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan potensi terpapar konten yang tidak pantas, yang semuanya diakibatkan oleh penggunaan media sosial yang berlebihan atau tidak sehat.
Positif - Negatif
Mengutip dari laman capital.edu, disebutkan ada sejumlah dampak negatif medsos bagi kesehatan mental pelajar. Dampak negatif antara lain:
1. FOMO:
Rasa takut ketinggalan (FOMO) pada acara atau peluang yang menarik dapat menyebabkan rasa tidak mampu dan kesepian serta dapat menciptakan tekanan untuk merasa bahwa siswa harus menghadiri setiap acara.
2. Perbandingan:
Prevalensi media sosial telah memicu kemampuan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan kurangnya rasa percaya diri. Ketika kita membandingkan diri kita dengan apa yang kita lihat di media sosial, kita umumnya membandingkan diri kita dengan unggahan orang-orang yang melakukan hal-hal yang mereka sukai dan mengunggah foto-foto terbaik dari aktivitas yang seringkali ideal tersebut.
3. Perundungan dan Pelecehan Siber:
Platform media sosial dapat membuat siswa terpapar pada perundungan siber, pelecehan, atau komentar negatif. Pelecehan daring semacam itu dapat berdampak buruk pada harga diri, terkadang menyebabkan kecemasan dan depresi.
4. Gangguan Tidur:
Penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama sebelum tidur, dapat mengganggu pola tidur di kalangan siswa. Kurang tidur dapat menyebabkan peningkatan stres dan penurunan kesehatan mental secara keseluruhan.
5. Kecanduan dan Manajemen Waktu:
Keterlibatan terus-menerus dengan media sosial dapat menyebabkan kurangnya manajemen waktu atau bahkan kecanduan, sehingga memengaruhi kinerja akademis dan kesejahteraan secara keseluruhan.
6. Realitas yang Difilter:
Sifat selektif dan terkurasi dari unggahan media sosial sering kali menciptakan realitas yang difilter dan diidealkan. Kesenjangan antara kehidupan daring dan luring ini dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan menyebabkan kecemasan dan depresi.
Namun begitu, Douglas T. Buzenski, seorang Psychotherapist dari Capital University tak setuju orang hanya fokus pada dampak negatif medsos bagi pelajar.
"Saya pikir pikiran kita sering kali langsung tertuju pada dampak negatif media sosial, tetapi mari kita mulai dengan beberapa kemungkinan dampak positif," kata Buzenski.
Dampak Positif Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Pelajar menurut Buzenski antara lain:
1. Koneksi dan Dukungan:
Platform media sosial menyediakan sarana bagi pelajar untuk terhubung dengan keluarga, teman, dan rekan sejawat. Hal ini terutama berlaku selama masa-masa perpisahan fisik, seperti pergi sekolah, atau saat teman-teman pergi ke sekolah masing-masing. Memiliki jaringan dukungan daring dapat memberikan kenyamanan, dan mengurangi perasaan kesepian dan keterasingan, yang semuanya dapat membantu memudahkan transisi ke perguruan tinggi.
2. Informasi dan Kesadaran:
Media sosial dapat memungkinkan pelajar untuk tetap mendapatkan informasi tentang berbagai peristiwa terkini, masalah kesehatan mental, teknik perawatan diri, dan sumber daya untuk mencari bantuan. Komunitas daring, terkadang, juga dapat menciptakan ruang aman bagi individu untuk berbagi perjuangan dan pengalaman mereka, yang menumbuhkan rasa memiliki.
3. Ekspresi dan Kreativitas:
Platform media sosial dapat berfungsi sebagai saluran kreatif bagi pelajar untuk mengekspresikan diri mereka melalui seni, musik, tulisan, atau video. Terlibat dalam usaha kreatif dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan harga diri yang positif.
Mengurangi Dampak Negatif
Pendidikan Kesejahteraan Digital:
Siswa dapat mendidik diri mereka sendiri tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab, dampak perilaku daring, dan strategi untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara interaksi virtual dan kehidupan nyata.
Membina Koneksi Offline:
Mendorong siswa untuk membangun hubungan offline yang bermakna dan terlibat dalam aktivitas di luar media sosial dapat memperkuat rasa memiliki mereka terhadap komunitas mereka dan mengurangi dampak negatif dari perbandingan online.
Mendorong Praktik Perhatian Penuh:
Menggabungkan perhatian penuh dan teknik pengurangan stres dapat membantu siswa mengelola tekanan media sosial dan kehidupan akademis dengan lebih efektif. Siswa akan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengendalikan apa yang dapat mereka kendalikan dan untuk hidup dalam realitas saat ini.
Membatasi Waktu Layar:
Menetapkan batasan dan membatasi waktu layar yang berlebihan dapat membantu siswa mengurangi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental mereka dan memberi ruang untuk perbaikan di bidang lain dalam kehidupan mereka. (Oce)