Semalam di Atas Bagan
Oleh: All Amin
(Part of Life Experience Tourism: Menjelajah Ranah Minang)
PENGALAMAN ini perlu Anda rasakan. Minimal sekali seumur hidup. Seru. Ngeri-ngeri sedap. Memacu adrenalin. Jua memperkaya rasa. Akan bersua nilai-nilai perjuangannya, lalu dapat bercerita.
Cerita tentang pengalaman liburan yang berkesan.
Ini bukan cerita tentang, "Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota. Naik delman istimewa ku duduk di muka" Bukan, bukan. Tapi, boleh jadi akan selekat itu dalam memori.
Ini cerita turut menjadi nelayan. Semalaman di atas bagan, ikut menangkap ikan di laut lepas.
Perjalanan ini bagian dari aplikasi konsep life experience tourism. Berwisata pengalaman hidup. Edisi menjadi nelayan.
Sepanjang pesisir pantai di wilayah Sumatra Barat, banyak terdapat kampung-kampung nelayan. Mudah ditandai dengan tampak ramai terparkir kapal-kapal penangkap ikan. Di antaranya di Pantai Tarusan, dekat kawasan wisata Mandeh. Kapal penangkap ikan dalam penamaan lokal disebut dengan bagan. Perahu bercadik.
Berdasarkan jarak tempuh dan lamanya berlayar, jenis bagan ini dibagi dua oleh nelayan. Bagan tengah dan bagan tepi.
Sesuai penamaan, bagan tengah menangkap ikan jauh ke tengah laut dan sekali berlayarnya lama. Bisa berhari-hari.
Sedangkan bagan tepi, melautnya sejauh pandangan mata. Selama masih terlihat pulau tempat berangkat dalam standar nelayan masih dianggap dekat. Standar itu tentu tak berlaku umum, sebab bulan pun bisa terlihat dari sini.
Bagan tepi melaut hanya satu semalam. Mereka berangkat sebelum gelap, dan menjelang terang pada besok harinya, ikan hasil tangkapan mereka sudah harus berada di pasar.
________________________
Konsep Life Experience Tourism dipopulerkan oleh Maestro Tour Designer asal Ranah Minang Ridwan Tulus sejak seperempat abad silam.
"Life Experience Tourism sebuah ide dan gagasan pariwisata, yang saya sampaikan pertama kali pada tahun 2000 di Program Master Pengkajian Asia-Africa Kyoto University. Atas undangan Nippon Senin Kyokai-Jepang" Kata Ridwan Tulus.
Belakangan, oleh praktisi pariwisata kawakan ini, konsep life experince tourism diajarkan kepada yuniornya All Amin. Penulis artikel ini.
Mendapat asupan pengetahuan dan dorongan semangat dari Sang Mentor yang derajat keilmuannya dalam dunia pariwisata terkategori sahih, All Amin yang praktisi pemasaran merasa tertantang untuk melahirkan produk-produk perjalanan wisata. Pesan dari Guru Tulus, "Create something different."
Menurut penafsiran All Amin, esensinya adalah tentang kreativitas mengemas realitas. All Amin berkeyakinan model ini marketable. Jua memiliki efek stimulan signifikan terhadap ekonomi kerakyatan. Serta membawa dampak positif di sisi sosiologi. Sebab masif terjadi interaksi dan transaksi langsung antarmasyarakat. Aktivitas ekonomi dan interaksi sosial bergerak di akar rumput.
Termakan doktrin dari Sang Mentor, maka lahirlah produk perjalanan wisata Menjelajah Ranah Minang, dengan tema-tema yang telah siap dirilis: Semalam di Atas Bagan. Baladang di Alahan Panjang. Kampung Elok Bareh Solok. Menelusuri Asal Secangkir Kopi. Menapak Jejak Pahlawan Cendikiawan, dan seterusnya. Masing-masing memiliki cita rasa yang unik. Patut dan perlu untuk dicoba.
Kembali ke semalam di atas bagan. Ada tiga pilihan kegiatan dengan keseruan yang berbeda. Monggo dicoba dulu satu-satu. Pengalaman berkesan menangkap ikan semalaman bersama nelayan.
Pertama, naik bagan beratap. Berlayarnya sejauh pandangan mata dari bibir pantai. Lampu bagannya banyak. Bagan ini biasanya digunakan menangkap ikan-ikan kecil. Penamaan versi Padang disebut; bada, taneman, gambolo, dsb. Gambolo itu semacam anak tongkol, atau mirip-mirip ikan sarden.
Tak jarang bagan ini yang dilengkapi peralatan untuk merebus ikan, sebab ada kalanya bada yang didapat langsung direbus, untuk dijadikan ikan teri.
Pola tangkap ikannya menggunakan jaring yang diturunkan. Dulu diturunkan manual. Sekarang sudah banyak yang menggunakan mesin. Jaring turun sembari bagan terus jalan memutar, sampai ujung jaring bertemu, dan membentuk kantong. Serupa dalam film animasi Finding Nemo produksi Disney.
Pelayaran bagan mencari ikan dipimpin oleh seorang Tungganai. Dia lah yang akan menentukan lokasi penangkapan, di mana dan kapan jaring diturunkan.
Kedua, memancing di tengah laut. Memancing ikan karang. Lokasinya bisa di dekat-dekat pulau, atau karang di tengah. Hasil pancingannya ikan-ikan mahal, seperti: kerapu, kakap, dsb.
Tapi, jangan bayangkan serupa kegiatan memancing wisata yang menggunakan kapal khusus dengan peralatan bermerek Shimano, dsb. Bukan, bukan. Ini betul-betul memancing bersama nelayan tradisional. Dengan peralatan seadanya, dan hasil pancingan untuk dijual ke pasar guna pemenuhan kebutuhan hidup. Real struggle for life.
Ketiga, menjaring ikan pakai perahu yang lebih kecil dan tak beratap. Awak perahunya juga tak banyak. Ini bisa jadi lebih menantang. Menjaring ikan di laut di tengah malam, di udara terbuka. Sejauh mata memandang air tak berujung. Selain memacu adrenalin, jua bagus untuk perenungan.
_________________________
Ketika Tungganai memerintahkan jaring turun, seketika anak-anak bagan pun menurunkan jaring. Tumpukan jaring yang beratnya ton-an itu pelan-pelan tenggelam ke dalam laut. Bagan terus jalan memutar sampai ujung akhir jaring bertemu dengan pangkalnya. Seperti mempertemukan dua ujung kain yang akan dijadikan kantong.
Tadi, sebelum jaring diturunkan, lampu-lampu besar yang ada di sekeliling bagan sudah menyala terang. Menyinari permukaan air laut. Sekelompok besar ikan terlihat berloncatan di permukaan air, seperti para cheerleader yang menari riang di bawah sorot lampu panggung. Ikan-ikan itu seolah siap untuk diangkut.
Setelah kedua ujung jaring bertemu, jaring yang panjangnya ratusan meter itu ditarik perlahan. Terus, sampai bagian mengantong yang berisi ikan naik sempurna ke atas bagan.
Bila rezeki sedang bagus, maka banyaklah hasil tangkapan. Tapi, acap pula bersua tak seberapa ikan yang didapatkan.
Namun, berapa pun hasilnya, bagan mesti balik ke dermaga. Jaring hanya bisa sekali turun. Sebab, menjelang terang ikan-ikan itu sudah harus tiba di pasar.
Hasil penjualan ikan dibagi tiga. Untuk pemilik bagan. Lalu toke pemodal bekal dan bahan bakar melaut. Sepertiga terakhir untuk Tungganai dan anak-anak bagan. Yang semalaman melaut
Sebutannya anak bagan. Sejatinya mereka seorang ayah yang mungkin menjelang melaut ada anaknya yang minta dibelikan sepatu. Lalu penuh semangat ia semalaman bersabung nyawa di lautan lepas. Rupanya besok pagi ia hanya dapat membawa beberapa ekor ikan untuk sekadar makan hari itu. Uang pembagiannya sebagai anak bagan hanya cukup dibelikan ke beberapa liter beras, dan satu buah lem aica aibon. Ia berjalan gontai sambil memikirkan alasan apa yang akan disampaikan pada anaknya agar mau sepatunya dilem saja dulu. Realita seringkali begitu.
Dalam filsafat terdapat dua pandangan: Idealis dan realis. Kekira bedanya, idealis adalah pemikiran bagaimana seharusnya, sedangkaan realis adalah sebagaimana adanya. Mungkin dua hal itu yang mendasari istilah: antara ekspektasi dan realita.
Saya cenderung masuk ke dalam kelompok yang berpikir di tengah. Klaster ummatan wasathan. Semua mesti seimbang.
Jadi, selain membebaskan imajinasi menari-nari di panggung impian. Membayangkan keindahan dalam pikiran. Kaki tetap harus menapak pada keadaan. Di mana realita mesti dapat kita nikmati. Itulah esensi berjalan-jalan mencermati pengalaman hidup orang lain. Guna memperkaya rasa dan melapangkan jiwa.
Bila Anda tertarik nak mencoba, pengalaman berkesan semalam di atas bagan, hubungi:
WhatsApp: 081337208840
Email: Tridawa@gmail.com
(All Amin | Kreator Life Experience Tourism)