News Breaking
Live
update

Breaking News

Vietnam dan Transaksi Gelap Lobster

Vietnam dan Transaksi Gelap Lobster





TANJAKNEWS.COM, Jakarta -- Ribut-ribut soal lobster ini dimulai dari keinginan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edy Prabowo untuk mengizinkan ekspor benih lobster.

Rencana tersebut menuai respon menteri pendahulu Edy, Susi Pudjiastuti. Puji kembali mengutarakan kegelisahannya atas kebijakan pemerintah yang akan membuka kembali ekspor benih lobster.

Jika sebelumnya Susi menyebut bahwa lobster yang bernilai ekonomi tinggi itu tidak boleh punah, hanya karena ketamakan dan Indonesia mesti mensyukuri nikmat, Susi kembali 'menyindir' rencana kebijakan Menteri KKP saat ini, Edhy Prabowo.

Dalam cuitan di Twitternya, yang diunggah pada Sabtu kemarin (14/12/2019), Susi mempertanyakan kembali sebuah pertanyaan krusial.

"Bener kita harus ekspor bibitnya?? [bibit lobster]," katanya dikutip dari akun Twitter @susipudjiastuti, Minggu (15/12/2019).

"Apakah tidak lebih baik tunggu besar dan dijual dengan harga lebih dari 30 kalinya???

Sementara itu seorang pelaku bisnis seafood export, Heru Cahyono, lewat akun Twitternya @hcahyono menceritakan pengalamannya hal ikhwal bisnis lobster. Berikut rangkaian tweetnya yang diunggah, Senin (16/12/2019)

Saya akan cerita tentang benih lobster/lobster seed/lobster fingerlings ini . Tanpa maksud offense atau defense pihak mana pun. 

Saya tulis apa yang saya tahu dan alami sebagai pelaku di bisnis seafood export secara umum lebih dari 15 tahun.

Kalau ada yang kurang silakan ditambahi. 

Saya mulai dari lobster benih yang dilarang tapi si ekspor secara ilegal itu, adalah lobster seeds. Jadi bukan anakan lobster yang sudah gede .

Peraturan kita mengharuskan bibit ini diambil dari laut adalah panjang karapas 8 cm, atau setara 200 gram berat lobster itu .

Benih lobster yang dimaksud beberapa hari ini adalah lobster benur kecil, makanya disebut lobster seed. Biji masih transparan panjang beberapa sentimeter. 



Foto saya ambil dari internet, sebesar itu biar ada gambaran pembanding tangan orang dewasa.

Jadi jauh di bawah aturan yang menngaruskan panjang karapas min 8 cm atau dalam berat sekitar 200 gram.

Benih itu adanya di laut, tidak bisa dideder seperti udang, bandeng ataupun lobster air tawar (crayfish).

Ini diambil dari laut/pantai langsung secara alami (wild caught)

Ada yang bilang bahwa yang ada di laut cuma 1 % yang tumbuh dewasa karena satu indukan bertelur ratusan ribu. Iya benar. Terus, masalahnya di mana? 

Sejak zaman Nabi Adam juga begitu, apa lobster punah? Alam memberikan caranya sendiri untuk menjaga keseimbangannya .

Lalu kenapa untuk ditambak harus ambil yang lobster seed ini? Dan harus yang masih transparan seperti tadi?

Karena survival rates untuk adapted ke lingkungan baru lebih besar dibanding yang sudah besar, misalnya ukuran 100 atau 200 gram tadi. Rata-rata berapa? Masih 20 persenan

Ini hal yang sangat umum dan diketahui oleh semua pembudidaya lobster, baik Indonesia atau Vietnam. 

Kata kuncinya adalah , belum ada teknologi advance untuk budidaya ini, dibanding budidaya aquaculture yang lain. 20 % SR  (survival rates) sudah bagus.1.000 - bertahan 200 ekor.

Yang namanya budidaya lobster, jangan dipikir seperti budidaya udang, lele, bandeng, kerapu. 
Lobster ini rentan mati , sampai sekarang yang saya tahu belum ada yang berhasil memindahkannya ke darat terus dibuat ekosistemnya persis seperti habitatnya di laut.
Setahu saya begitu.

Harganya berapa? Harga lobster seed ini kenapa membumbung tinggi? Karena dilarang.

Sehingga cost-nya membengkak di urusan non komersial. Harganya  antara Rp20 ribu - Rp30  ribu sampai Rp50 ribu se ekor.  Tergantung jenis dan cara pembeliannya. Ada yang root, ada yang dipisah berdasar jenis.

Terus, satu kiriman berapa banyaknya? Puluhan ribu. Karena barangnya kecil , dipacking pun juga lebih banyak jumlahnya .

Paling mahal itu jenis lobster mutiara.  Paling murah bambu. 
Transaksinya gelap. Transporternya gelap. Transitnya: Singapura (karena singapura ini legal).

Harga lobster berapa?
Yang sudah gede,  fluktuatif, harganya di Hongkong , Shanghai, Singapura berubah-ubah .
Lokal berapa?

Ini updatenya





Nah, Budidaya lobster itu uber-uberan dengan namanya SR dan bukan perkara mudah.

Teman saya bahkan harus hire orang Vietnam 5 orang untuk handle kolam apungnya.  Memang orang kita gak bisa?

Buktinya emang tidak.
Untuk apa? Untuk menyelam lama  beberapa kali sehari.

Nyelam tadi buat apa? Buat feeding dan cleaning.  

Lobster itu dikasih makannya musti sambil nyelam. Kalau ditebar begitu saja dari atas tidak dimakan, sama saja buang pakan. 

Ketergantungan terhadap alam masih sangat tinggi. Kita berusaha, selanjutnya biar alam yang putuskan.

Lalu kenapa Vietnam?

Berhari-hari ini Vietnam tiba-tiba jadi primadona. Juga sebagai bahan pelampiasan kekesalan. Mana bal-balan kita kalah lagi sama mereka. Komplet jadi musuh bersama karena dianggap sebagai penadah lobster selundupan dari kita. 

Faktanya memang mengejutkan. Dan banyak yang mungkin tak tahu.

Saya akan mulai dari sini, ini koordinatnya. Saya masih ingat waktu lihat bagaimana gilanya budidaya ini di lokasi ini.

Coba buka koordinat google map ini 
12.638191,109.356022  pakai satelite view dan zoom sedekat mungkin. 




Coba hitung berapa banyak keramba mereka di Na Thrang itu. Hitung berapa kotak per keramba  terlihat jelas di google map. Ribuan jumlahnya

Di bagian lain Vietnam ada, tapi sedikit. Karena sentranya ada di kawasan Na Thrang ini. Terkonsentarsi di sini.

Bayangkan juga sedimentasi dari  semua pakan dan obat-obatan yang dipakau terkumpul di teluk itu .

Sekadar informasi,  ikan patin Vietnam sedang mulai diban di beberapa negara .

Lalu kenapa Vietnam terus membeli lobster seeds? Karena untuk mencukupi keramba yang ribuan tadi. Tidak cukup disuplai dari lokal mereka. Selain kita juga dari Pilipina. Dengan cara sama: menyelundupkan.
Karena di Pilipina juga dilarang sepeti kita.

Pertanyaannya, apakah Vietnam jadi paling hebat dengan teknologi pembudidayaannya? 
Tidak. Sama saja.

Yang membedakan adalah SDM-nya. Mereka kerja jauh lebih keras dibanding SDM kita. Mereka mampu menyelam lama dan telaten dalam memfeeding benih lobster tadi sampai menjadi dewasa .

Teman saya sampai hire 5 orang pekerja Vietnam , dan orang lokal kita tidak mampu mengikuti karena musti menyelam terus menerus.

Ekosistem alam laut tidak bisa kita kontrol semua parameternya. Itu tantangan di budidaya lobster, termasuk di Vietnam.

Itu sekilas cerita yang saya tahu. Koordinat tadi juga karena saya pernah lihat secara langsung jadi ingat lokasi di google map .

Sudahlah, biar saja lobster hidup di laut dan besar di laut. Masih banyak ikan lain yang bisa ditangkap dan dijual . KKP kayak gak ada urusan lain. (*)


@hcahyono - twitter
Editor: Oce Satria

Tags