Inilah ‘Aisyah, Kekasih Rasulullah SAW
Inilah ‘Aisyah, Kekasih Rasulullah SAW
Oleh : Muhammad Karim
(Asatidz Tafaqquh Study Club)
Tidak ada yang mampu mengungkapkan kecintaan Nabi Muhammad SAW kepada ‘Aisyah, kecuali dari lisan Rasululloh SAW:
أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟
قَالَ : عَائِشَةُ، فَقُلْتُ : مِنَ الرِّجَالِ؟ فَقَالَ : أَبُوهَا، قُلْتُ :
ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ, فَعَدَّ رِجَالًا
“Siapakah
orang yang paling engkau cintai? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‘Aisyah.’ Aku bertanya, ‘(Maksudku) dari kaum laki-laki?’ Beliaupun menjawab,
‘Ayahnya (yaitu Abu Bakar)’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau
menjawab, ‘Umar bin Khattab.’ Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan beberapa orang yang dicintainya.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Oleh sebab itu para wanita akhir zaman, hendaknya
tidak hanya mengenali ‘Aisyah dari sisi romantisnya saja, akan tetapi juga mentauladani
dan memahami siapa ‘Aisyah ummu al-mukminin, sehingga dipilih oleh Allah SWT sebagai istri Nabi Muhammad SAW
di dunia dan akhirat. Berikut sejarah ringkas tentang ‘Aisyah.
Nasab ‘Aisyah Ummu al-Mukminin:
Ummu al-Mukminin ‘Aisyah lahir
tujuh tahun sebelum hijrah ke Madinah al-Munawwaroh, ayahnya bernama Abu Bakar.
Sebelum masuk Islam nama ayahnya adalah Abdul Ka’bah, kemudian Nabi Muhammad SAW menggantinya
menjadi Abdullah. Jadi, nasab ummu al-Mukminin adalah ‘Aisya binti Abdullah
bin Abi Quhafah Utsman bin ‘Amir bin ‘Amar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin
Marroh.
Nasab ‘Aisyah bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW di kakeknya yang ke tujuh, yaitu Marroh. Adapun nama ibundanya Sayyidah ‘Aisyah adalah Zainab, namun lebih dikenal dengan Ummu Ruman. Memiliki nasab yang mulia dan dipilih oleh Allah SWT sebagai istri Nabi Muhammad SAW, tidak menjadikannya congkak dan sombong, tidak membuatnya lalai untuk selalu beribadah. Berikut gambaran amal ibadanya ‘Aisyah:
Nasab ‘Aisyah bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW di kakeknya yang ke tujuh, yaitu Marroh. Adapun nama ibundanya Sayyidah ‘Aisyah adalah Zainab, namun lebih dikenal dengan Ummu Ruman. Memiliki nasab yang mulia dan dipilih oleh Allah SWT sebagai istri Nabi Muhammad SAW, tidak menjadikannya congkak dan sombong, tidak membuatnya lalai untuk selalu beribadah. Berikut gambaran amal ibadanya ‘Aisyah:
‘Aisyah
adalah perempuan yang sangat zuhud. Ia hanya bertemu dengan orang yang ingin
belajar dan bertanya perkara hukum, halal dan haram. Sebelum wafat, ‘Aisyah
semakin dan terus
memperbanyak ibadah-ibadah sunnah pada malam hari maupun siang. Ia
selalu melaksanakan sholat berjama’ah mengikuti imam yang sholat di masjid
Nabawi, karena rumahnya berdampingan dengan Masjid. Namun kalau ia sedang
bersama dengan para wanita Madinah, maka ‘Aisyah pun bertindak menjadi imam
untuk mereka.
Di
dalam kitab ‘Aisyah Ummu al-Mukminin yang ditulis oleh Syekh Ramadhan
al-Buthi diterangkan bahwa ibunda kita ‘Aisyah selalu rutin berpuasa, tak
pernah meninggalkan sholat malam, menunddukkan hatinya (tadhorru’)
ketika melaksanakan sholat, apabilah ia membaca ayat-ayat peringatan (Khouf
atau Wa’id) ia mengulang-ulangi ayat tersebut, kemudian berdoa kepada Allah
SWT.
Ketika
‘Aisyah sedang berpuasa, ia dikirim oleh Ibn al-Munkadir harta sebanyak 100
dirham, lebih kurang 6 Milyar. Namun ‘Aisyah tidak terpesona dengan harta
tersebut, ia tetap melakukan kebiasaannya sebagaimana dulu ketika Nabi SAW
masih hidup. ‘Aisyah tatkala menerima uang 6 Milyar tersebut di waktu pagi, ia
langsung menyedekahi seluruh uang tersebut. Sehingga pada waktu sore, uang itu
tidak ada lagi di tangan Ummu al-Mukminin. Bahkan untuk sekedar membeli
sedikit makanan pun, yang akan ia santap tatkala berbuka puasa, tidak ia
sisakan sama sekali. ‘Aisyah tidak akan membawa harta ke dalam rumahnya kecuali
ia sudah mensedekahkan seluruhnya. Begitulah ‘Aisyah memberikan tauladan kepada
wanita di zamannya hingga pada saat ini. Semoga ibunda kita ‘Aisyah ditauladani
oleh para wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga mengingatkan
umat untuk peduli dengan saudara sesama Muslim untuk berbagi, terutama keluarga
terdekat.
Sayyidah ‘Aisyah
bukanlah wanita yang mengidolakan yang tak layak diidolakan, tidak melakukan
dan tidak akan melihat hal yang tak layak dilihat. Sehingga ia menjadi seorang
guru para ahli hadits dan fiqh. Berikut murid-murid ‘Aisyah ummu
al-Mukminin.
‘Aisyah
dan Murid-muridnya
Ummu Al-Mukminin ‘Aisyah merupakan
guru besar bidang hadits dan fiqih, sehingga ia memiliki murid yang sangat
banyak, di antara muridnya adalah para tabi’in. Mereka yang ingin
belajar atau talaqqi dengan ‘Aisyah harus duduk dibelakang pembatas,
sedangkan ‘Aisyah mengajarkan mereka dari Raudha. Adapun di antara murid
yang sangat dekat dengan ‘Aisyah dan mendapatkan perhatian yang lebih, sehingga
bisa langsung duduk dengan ‘Aisyah adalah mahram-mahram nya, seperti
Abdullah bin Zubair, ‘Urwah bin Zubair, Qosim bin Muhammad, Abdullah ibn Abi
‘Athiq, ‘Ubad bin Abdullah bin Zubair, Khobib bib Abdullah bin Zubair, ‘Ubad
bib Hamzah bin Abdullah bin Zubair, dan Abu Salamah bin Abdurrahman. Semua
mereka mengambil riwayat hadits dari ‘Aisyah, dan yang paling banyak mengambil
riwayat dari ‘Aisyah adalah ‘Urwah, sehingga ‘Urwah pun menjadi salah saatu ulama
besar di Madinah.
Begitulah khidmat Sayyidah
‘Aisyah dalam bidang keilmuan, semoga umat juga semakin semangat dalam mendalami
ilmu-ilmu hadits dan fiqih dan tidak terlena dengan hal-hal yang kurang
bermanfaat.
Wafatnya
‘Aisyah
Sayyidah
‘Aisyah meninggal ketika umurnya 67 tahun pada malam selasa di bulan Ramadhan
tahun 58 H, ia berwasiat untuk dimakamkan di Baqi’pada malam hari. Ia pun
disholatkan oleh Abu Huroiroh bersama kaum Muslimin lainnya setelah
melaksanakan sholat witir. Dan ketika pemakaman yang turun untuk menyambut
‘Aisyah ada lima orang di antaranya adalah Adullah bin Zubair dan Urwah bin
Zubair, anak dari saudari kandungnya Asma’ binti Abi Bakar.
Sungguh
Ummu al-Mukminin ‘Aisyah selalu membawa keberkahan dan kebaikan untuk seluruh
manusia,bahkan ketika meninggal sekalipun tetap memberikan pelajaran untuk
manusia. beginilah hasil dari Madrasah al-Nubuwat. Semoga kaum Muslimin
terutama wanita, menjadikannya contoh dalam segi apapun, terutama dalam hal
menuntut ilmu, akhlak dan ibadah.(Artikel ini sebelumnya sudah terbit di hidayatulloh.com)