Drone Kamikaze Hisbullah Hajar Haifa dan Tel Aviv
tanjakNews.com, DHOHA -- Serangan drone Hizbullah di pangkalan Brigade Golani di Haifa, Israel utara, yang menewaskan sejumlah tentara dan melukai puluhan lainnya.
Media Israel melaporkan bahwa Tel Aviv merencanakan serangan “besar dan luas” terhadap Lebanon, sebagai tanggapan atas
Dilaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam konsultasi keamanan yang diadakan di markas besar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv (tengah) pada Senin malam (14/10/2024) membahas tanggapan Israel terhadap Hizbullah, selain kemungkinan serangan Israel terhadap Iran.
Sejak awal Oktober ini, Teheran telah mengantisipasi kemungkinan serangan yang akan dilancarkan Tel Aviv terhadapnya, setelah Iran menembakkan sekitar 180 rudal ke Israel.
Iran mengatakan bahwa serangannya tersebut merupakan balasan atas pembunuhan Israel terhadap kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, dan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut, serta pembantaian yang sedang berlangsung” di Jalur Gaza dan Lebanon.
Sumber informasi Israel mengatakan bahwa Tel Aviv “sedang merencanakan respon besar terhadap serangan drone di wilayah Israel.”
Pangkalan pelatihan Brigade Golani di Binyamina, selatan Haifa, Israel utara, pada Ahad lalu dihantam drone kamikaze Hizbullah. Menurut laporan resmi, serangan ini menewaskan sedikitnya tentara dan melukai 61 lainnya, delapan di antaranya serius, namun berbagai laporan lain menyatakan jumlah korban yang sebenarnya jauh lebih besar.
Sumber tersebut menjelaskan bahwa pemboman rudal besar-besaran dari Lebanon terhadap Haifa dan wilayah Gush Dan (Tel Aviv Raya) pada Senin pagi juga akan mengarah pada “respon Israel dalam skala besar, bahkan mungkin di Beirut.”
Seorang pejabat senior Hizbullah menyebut serangan balasan kelompok pejuang Lebanon ini terhadap kota-kota besar di bagian utara wilayah pendudukan Zionis di Palestina sebagai “baru permulaan.”
Kepala Kantor Hubungan Media Hizbullah, Hajj Mohammad Afif, menyatakan demikian kepada wartawan pada hari Jumat (11/10) saat berbicara mengenai serangan yang menyasar kota-kota Haifa, Safed, dan Acre (Akka).
“Kepada musuh, kami katakan bahwa kalian baru melihat sebagian dari kemampuan kami,'” ungkapnya.
“Perlawanan itu hidup dan kuat, persediaan strategisnya masih utuh, dan ada ribuan pejuang yang siap mati demi membela Lebanon,” imbuhnya.
Hizbullah telah melancarkan ratusan serangan balasan ke wilayah pendudukan Israel di Palestina sejak Oktober lalu, ketika rezim Israel mulai mengintensifkan serangannya ke Lebanon.
Serangan Israel menjadi lebih mematikan dalam beberapa minggu terakhir telah merenggut nyawa lebih dari 2.000 orang Lebanon, termasuk Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah.
Afif mengecam Israel karena serangannya menyasar kawasan permukiman dengan dalih bahwa kawasan tersebut berisi depot senjata.
Dia menyebut kedutaan besar AS untuk Lebanon “terlibat dalam kejahatan Israel terhadap warga sipil dan petugas medis” di Lebanon.
Pejabat Hizbullah juga mengecam PBB dan masyarakat internasional karena gagal mengambil tindakan nyata untuk menghentikan kekejaman rezim Israel.
Hizbullah mengumumkan penembakan salvo rudal dan peluru artileri terhadap konsentrasi pasukan Israel di permukiman Kfar Yuval dan Margaliot di wilayah pendudukan serta dua tempat konsentrasi lainnya di sekitar desa Yaroun di Lebanon selatan dan barak Rawia di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel di Suriah.
Sehari sebelumnya, media Israel melaporkan bahwa Hizbullah telah menembakkan sekitar 200 roket ke bagian utara wilayah Palestina pendudukan.
Sementara itu, sejumlah sumber yang mengetahui operasi Hizbullah mengatakan bahwa Hizbullah masih memiliki persediaan senjata dalam jumlah besar, termasuk rudal presisi paling kuat, yang belum digunakan, meskipun telah terjadi gelombang serangan udara yang menurut Israel telah sangat menguras persenjataan Hizbullah.
Dua sumber di antaranya, yaitu seorang komandan lapangan Hizbullah dan satu lagi orang yang dekat dengan kelompok pejuang ini, mengatakan kepada Reuters bahwa kepemimpinan Hizbullah sempat terguncang pada hari-hari pertama setelah terbunuhnya Nasrallah pada tanggal 27 September, namun mereka membentuk “ruang operasi” baru dalam tempo 72 jam kemudian.
Dua sumber tersebut, yang meminta agar nama mereka tidak dipublikasikan karena faktor sensitivitas, mengatakan bahwa pusat komando baru tetap beroperasi meskipun ada serangan Israel berturut-turut, yang berarti bahwa para pejuang di Lebanon selatan mampu melawan dan meluncurkan rudal sesuai instruksi pusat komando.
Sumber ketiga, seorang pejabat senior yang dekat dengan Hizbullah, mengatakan kelompok tersebut kini terlibat dalam perang atrisi.
Avraham Levin, seorang pengamat di lembaga pemikir Alma Israel, mengatakan Hizbullah “siap dan menunggu” pasukan Israel dan bahwa mereka bukanlah sasaran yang empuk. (Liputan Islam)