Bermula dari Bogor, Corona Meneror
TANJAKNEWS.com, Pekanbaru - Dari mana asal pemyebaran virus Corona (COVID-19) di Indonesia? Diduga awalnya adalah acara seminar di Bogor, Jawa Barat, yang menjadi salah satu episentrum penularan virus Corona. Ada dua acara di Bogor, Jawa Barat, yang digelar di akhir Februari 2020 itu.
Pertama adalah acara seminar bisnis syariah yang digelar di Kecamatan Babakan Madang (Sentul), Kabupaten Bogor pada 25-28 Februari, kedua, acara Persidangan Sinode Tahunan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (PST GPIB) di Kota Bogor yang digelar 26-29 Februari 2020.
Setidaknya ada dua orang yang terkonfirmasi positif corona usai mengikuti acara Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB di Hotel Aston di Kota Bogor yang juga dihadiri oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Wali Kota Bogor Bima Arya. Dua orang ini merupakan warga Lampung dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Dari riwayat seminar bisnis syariah (tanpa riba) dan acara keagamaan di Bogor pada akhir Februari 2020 itu, setidaknya ada 9 orang positif corona yang tersebar di berbagai daerah seperti Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Solo hingga Kalimantan Timur (Balikpapan, Samarinda, dan Kutai Kartanegara).
Solo
Di Solo, Jawa Tengah ada enam pasien positif Corona yang dirawat di RSUD dr Moewardi, Solo. Keenam pasien ini semuanya memiliki riwayat dalam sebuah seminar di Bogor. Dua di antara enam pasien tersebut telah meninggal dunia. Pasien pertama meninggal pada Rabu (11/3/2020) dan dimakamkan di Magetan.
Dia adalah seorang pria berusia 59 tahun. Dia tidak memiliki riwayat ke luar negeri, tetapi sempat mengikuti seminar di Bogor pada 25 hingga 28 Februari. Dia mulai mengeluhkan gejala batuk-pilek pada 29 Februari.
“Dia habis pulang seminar di Bogor, kebetulan keduanya peserta seminar di Bogor tanggal 25 sampai 28 Februari. Tanggal 29 mulai pilek-batuk, ke dokter, kemudian masuk karena keperburukan paru cepat, masuk observasi. Dibawa ke RSUD dr Moewardi, masuk PDP,” jelas dokter spesialis paru RSUD dr Moewardi, dr Harsini, Kamis (12/3).
Merespons peristiwa ini, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menetapkan Solo berstatus kejadian luar biasa (KLB) pada Jumat (13/3). Selang lima hari setelah meninggalnya pasien pria 59 tahun itu, satu pasien Corona lain meninggal di RSUD dr Moewardi.
Dia adalah seorang perempuan berusia 49 tahun asal Wonogiri. “Benar, warga kami positif COVID-19, kemudian meninggal tadi petang sekitar pukul 18.00 WIB di RSUD dr Moewardi, Solo,” ungkap Bupati Wonogiri Joko Sutopo kepada wartawan melalui telepon, Rabu (18/3/2020).
Joko mengatakan pasien tersebut merupakan warga Kecamatan Jatipurno. Dia termasuk dalam klaster yang ikut ke Bogor, Jawa Barat. Warga tersebut pulang dari Bogor pada 29 Februari 2020. “Yang bersangkutan merasakan gejala demam-pilek sekitar 3 Mei, kemudian memeriksakan diri ke sebuah klinik, berlanjut ke rumah sakit. Lalu dirujuk ke (RSUD dr) Moewardi sejak 13 Maret lalu,” terang Joko.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku sudah berkomunikasi dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk melakukan tracing. Dia juga berharap masyarakat melapor jika ada kontak dengan peserta seminar itu.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ada 1 pasien positif corona yang juga terpapar usai mengikuti seminar syariah tanpa riba di Sentul, Kabupaten Bogor. Dari tracing yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, didapati pasien yang dirawat di RS Yogya pernah mengikuti seminar di Sentul. Seminar itu merupakan seminar yang sama dengan yang dihadiri para pasien positif corona di Solo, Jawa Tengah, yaitu seminar bisnis syariah.
Lampung
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana, mengatakan berdasarkan riwayat perjalanannya, pasien positif corona di daerahnya itu mengikuti PST GPIB di Kota Bogor pada 26-29 Februari 2020.
Reihana menambahkan bahwa laki-laki dengan usia 62 tahun tersebut menghadiri seminar GPIB di Hotel Aston, Kota Bogor, Jawa Barat, pada 25-28 Februari 2020. Kemudian pada 29 Februari 2020 pasien kembali ke Bandar Lampung. Lalu mengalami gejala pada 3 Maret 2020 yaitu panas, batuk, nafsu makan masih normal namun susah menelan, dengan suhu tubuh 37 derajat Celsius.
Samarinda
Dinkes Kalimantan Timur menyebut ada satu pasien positif corona. Pasien itu usianya 29 tahun dan kini dirawat di RSUD Aji Muhammad Parikesit, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Pasien ini diketahui memiliki riwayat bepergian ke Jakarta pada 23 Februari 2020. Kemudian pasien lanjut ke Bogor pada 26-29 Februari 2020 mengikuti PST GPIB di Hotel Aston, Kota Bogor. Pada 4 Maret 2020, pasien itu pulang ke Kaltim.
Gubernur Kaltim, Isran Noor, mengatakan pasien tersebut dirawat di RSUD AW Sjahranie, Kota Samarinda. “Update perkembangan COVID-19 di Kaltim. Ada tiga pasien terduga COVID-19 di Samarinda, satu positif. Yang dua masih menunggu hasil litbang,” ujar Isran kepada wartawan, Rabu (18/3).
Isran menyatakan pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan mengikuti sebuah seminar di Sentul, Kabupaten Bogor, dan berkegiatan di Jakarta. Seminar yang dimaksud adalah seminar syariah tanpa riba. “Yang bersangkutan sudah mendapat stressing. Dia sadar telah berinteraksi dengan pasien meninggal dari Solo, dia kemudian melaporkan kondisinya ke Dinas Kesehatan Samarinda,” ujar Isran di Samarinda.
Harii ini, Pemerintah mengumumkan ada penambahan pasien meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Hingga hari ini, jumlah warga yang meninggal total menjadi 48 orang. “Penambahan kasus meninggal dari perjalanan penyakit ini sebanyak 10 orang. Total meninggal sekarang pada posisi sekarang adalah 48 orang,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Minggu (22/3/2020).
Hingga per 22 Maret, Kasus Positif Corona di Indonesia Jadi 514, Sementara itu, pasien yang sembuh bertambah 9 orang. Total pasien yang sembuh saat ini 29 orang. “Kasus yang sudah sembuh, sudah dua kali pemeriksaan negatif dan dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang sebanyak 9 orang sehingga totalnya menjadi 29 orang,” ujar Yuri.
Yuri menekankan seluruh data ini sudah diberikan kepada semua kepala dinas kesehatan provinsi dan rumah-rumah sakit lokasi pasien dirawat untuk kepentingan perawatan dan tracing kontak. (Red)